12. Ada Yang Hilang

960 129 23
                                    

"AH KOK HUJAN WOY!" protes laki-laki dengan hoodie biru saphire nya itu.

"Hujan itu berkah, Fan." ucap Gempa yang sibuk mencatat. Di mana pun dia berada, he's always mencatat.

Bibir remaja laki-laki itu mengerucut, tanda tak suka kedatangan hujan yang tiba-tiba. Padahal hari ini ekstrakurikuler Voli akan sparring dengan sekolah lain. Dan dia harus menang!

"Gem, semalem gue mimpi ketemu Bel." ujar Taufan dengan pelan.

Gempa hanya melirik dan menunjukkan wajah kebingungannya.

"Mimpi ketemu gimana?"

"Bel ngasih tahu, katanya kalau di ruang organisasi jangan lama-lama."

Mereka sama-sama terdiam. Ruangan yang luasnya setengah dari kelas itu hanya terdengar suara hujan.

"Terus ngapain kita di sini?" tanya Halilintar yang menaruh berkas dengan sebuah cover berjudulkan Hari Pahlawan dan Hari Guru di meja cokelat.

Taufan cengar-cengir seraya menggaruk-garuk pelipisnya. "Habisnya di RO enak, adem. Walau bau kemenyan dikit." katanya.

Gempa mengernyit heran. "Bau kemenyan?" dia mencoba mengendus-endus sedikit, benar, bau kemenyan dicampur dengan melati.

Tring! Halilintar meraih ponselnya. Dia mengecek pesan yang masuk.

Pak Tarung

Hali
Tolong sebarkan
Chintya Bintang dikabarkan belum pulang ke rumah dari kemarin. Terakhir kali Chintya Bintang memakai baju putih motif bunga-bunga pink dengan rok kotak-kotak asal SMA Negeri 1. Jika ketemu bisa hubungi wakasek kesiswaan atau ketua osis

Baik Pak

Halilintar menaruh ponselnya setelah menyebarkan ke grup OSIS. Halilintar mengembuskan napas panjang. Lagi-lagi orang yang hilang, bulan lalu juga ada kabarnya, namun ditemukan dalam keadaan tak sadar diri karena pingsan dijalan. Sekarang hilangnya karena apa lagi.

"Loh, Bintang hilang?" tanya Taufan setelah membaca pesan yang dikirim oleh Halilintar.

Halilintar mengangguk sebagai balasannya. "Gak tau hilang kenapa, paling besok juga udah ketemu." katanya.

Ekspresi Gempa menandakan keanehan. "Yakin bakal ketemu?" atensi teman-temannya langsung bertuju pada Gempa.

"Pasti ketemu, Gem. Jangan mikir yang negatif ah! Kalau ilang beneran makin horror nih sekolah!" sahut Taufan.

"Bukan sekolahnya yang horror, emang lingkungan kita saja yang berbahaya."

"Kalau nanti kasusnya kayak Bel, gimana?" tanya Gempa.

Halilintar menatap tak suka pada Gempa.

"Gak usah nambah beban gue dengan lo ngomong gitu, Gem."

Gempa hanya menunjukkan senyumannya. "Yaa maap."

"Fan lo kenal teman-temannya Bintang?"

Taufan menganggukkan kepalanya. "Suruh ke sini, gue mau ngomong."

"Oke sayang."

Halilintar mendelik mendengarnya. Taufan yang ditatap penuh mematikan hanya cengengesan.

Sekitar tiga teman Bintang yang juga satu ekstrakurikuler, sedang menghadap pada Halilintar. Tiga perempuan itu tampak gugup harus berhadapan dengan ketua OSIS secara langsung.

"Maaf ya manggil kalian mendadak begini. Sebenarnya kita cuma mau tanya-tanya masalah ilangnya Bintang, apa kalian keberatan?" tanya Gempa.

Dea selaku teman sekelas Bintang tentu menggelengkan kepalanya. Begitu juga dengan Hilda dan Putri.

TEROR ORGANISASI [Publish Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang