Bagian sebelumnya..
Ini akan menjadi sebuah permainan yang seru~..
_____________________________
Bel pulang telah berbunyi, semua murid di sekolah berlarian keluar untuk segera pulang ke rumah.
Sehingga di saat tepat pukul 4 sore, sesuatu yang aneh terjadi, bahkan hewan seperti kucing pun tidak ingin memasuki sekolah itu.
Hawa-hawa tidak enak yang sangat tinggi, gumpalan-gumpalan awan mulai berkumpul lalu melepaskan airnya, lagi. Beberapa murid yang berada di rumah pun merasakan sesuatu yang sama, Aneh.
Perasaan asing yang tak diketahui, bahkan hati dan logika pun tak bisa men ebak, perasaan yang aneh..dan juga asing, tidakkah itu membingungkan?
Pukul 7.30, Halilintar di kasurnya yang empuk, dengan nyaman ia rebahan di atasnya, tak lupa membuat grup WhatsApp untuk membahas rencananya.
Dengan rencana diam-diam untuk menyelidiki hal itu, tidakkah terdengar lancang? Baginya itu ialah hal biasa.
"...aneh." ucapnya sebelum terlelap dalam tidurnya.
Malam benar-benar berganti dengan cepat, baru juga menutup mata sudah harus membukanya lagi saja, daripada tidak bisa terbuka lagi, bukan? Haha.
Pukul 03:00 subuh.
Suara ketokan pintu dari kamarnya terdengar jelas di telinga Taufan, itu aneh.. mengapa ada suara seorang wanita yang memanggilnya?
Taufan bangkit dari kasur dan mengucek pelan matanya, dia melihat sela bawah pintu kamarnya yang terdapat cahaya putih yang tak lain adalah cahaya lampu di lorong. Melihat ada bayangan hitam di selanya, Ia langsung mendekati pintu dan melihat ke kaca intip yang terpasang di pintunya.Sesosok wanita dengan rambut coklat pendek berpakaian gamis berwarna putih berdiri di depan pintu, ia juga membawa seikat bunga.. mawar hitam.
"Nak.... keluarlah nak, Ibunda membelikanmu bunga mawar hitam" Taufan tersentak kaget namun ia menahan mulutnya sendiri untuk tidak berteriak, wajahnya seketika pucat, tangan dan kakinya yang bergetar. Untung saja dia mengunci rapat-rapat pintu dan jendelanya sebelum dia tidur.
Taufan segera mengambil Handphonenya, mengambil selimut lalu memojokkan dirinya di sela lemari, yang sedari kecil menjadi tempat persembunyiannya ketika ia takut.
Dengan tangan yang bergemetaran dengan hebatnya ia terus mencari cara untuk meminta bantuan ke temannya, Halilintar. Karena ia tau hanya Halilintar yang dapat menolongnya di saat-saat genting begini.
Namun sayangnya ini terlalu awal bagi seorang Halilintar 'tuk bangun, paling awal jam 4 subuh. Taufan tak tau lagi berbuat apa selain bersembunyi. Sebenarnya ia tak masalah jika harus berhadapan dengan orang itu. Tapi yang di rumah hanya ada dirinya seorang diri, ayahnya pergi keluar negri untuk bekerja, sedangkan ibunya sudah meninggal dunia sejak setahun lalu. Dan masalah utamanya adalah, wanita itu mirip dengan Ibundanya.
Taufan benar-benar ketakutan di pojokan sana, suara ketukan pintu dan bujukan untuk membuka pintu tersebut masih terdengar jelas.
....
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 5.23 pagi, suara ketukan dan bujukan dari wanita itu mulai lenyap ketika matahari mulai menunjukkan dirinya. Halilintar berlari dengan cepat ke arah rumah Taufan, melewati pintu rahasia yang tertuju ke kamar Taufan ketika ia tak dapat masuk melewati pintu utama. Membukanya dengan kunci cadangan yang ia punya
"TAUFAN! LO DI MANA?!" Halilintar melihat ke segala arah kamar Taufan yang gelap gulita, ia langsung menyalakan lampunya dan melihat kondisi Taufan yang berada di pojokan kamar dengan wajah yang begitu pucat.
"Woi anj lu kenapa sat?!" Ia langsung mendekati sahabatnya itu, menghanyutkannya dalam dekapan eratnya itu, "sudah sudah, jangan takut lagi, gue di sini sekarang." Ucapnya sembari mengelus-ngelus surai sahabatnya yang ternyata demam.
"H-hali- a..aku ting- gal di ru- mah mu.. se.. sementa- ra ya.." ucap Taufan yang masih terbata-bata karna ketakutan.
Halilintar hanya menganggukkan kepala, "Lo tunggu di sini, gue kemas baju lo buat nginap" Halilintar membereskan pakaian Taufan ke dalam koper dengan gercep, karna dia tau bahwa sahabatnya tidak akan tenang sebelum berpindah dari posisi awal.
30 menit berlalu, Halilintar dan Taufan telah berpindah lokasi. Untung saja Ibunda Halilintar sigap 'tuk merawat Taufan yang tengah diserang demam. "Ma-kasih ya tante.." ucap Taufan yang sudah lebih tenang, rasanya lega telah berpindah ke tempat yang lebih aman.
"Fan, mau bicarakan sekarang?"
"Boleh.."
"Ok, ini pertama kalinya lo ngalamin beginian?" Halilintar menatap sahabatnya dengan wajah serius, tapi tidai terlalu menekannya.
"Pertama kali.. dan anehnya dia bener bener mirip sama bunda aku–" Taufan menarik napasnya, "apa aku buat kesalahan ya Li?"
"Jangan asal ngomong deh"
....
"Keknya ini ada hubungannya sama yang kemarin lu liat, Fan."Taufan sontak kaget, ia tak menyangka hal ini ada hubungannya dengan hal itu. Apakah itu benar? Taufan benar-benar dilanda kebingungan saat ini sedangkan Halilintar hanya bisa menghela napas kasar.
"Sudah sudah, lo istirahat aja dulu-"
"Lintar jangan tinggalin gue.." Rengek Taufan yang menahan tangan kiri Halilintar, bertujuan 'tuk tidak membiarkannya kabur.
Lagi lagi Halilintar menghela napas kasar, "iya deh." Ucapnya singkat.
....
"Sunshineee! Kok sekul nya libur sihhh"
"Mana ku tau, mungkin emang lagi libur liburnya-"
"Tapi kan bukan tanggal merahhh"
"Ya- Ya kan libur tak semestinya tanggal merah Thornie!"
"Yaaaaaa.. tapi kenapa ya libur.. Thorn penasaran deh, Sunshine penasaran nda?"
"Penasaran sih, tapi gak bisa ngapa-ngapain"
"Yaahhh... sayang buaangett, padahal udah semangat sekul nihh"
"Hahahah, sudahlah, ayo beli eskrim, biar gue yang traktir"
"BENERANN!?"
"Iya beneran"
"YAAYYY! DITRAKTIR SUNSHINE! AYOOOO"
"Hahahaha dasar bocil, ayo."
...
Bersambung...
————————————————————
Tiktok: @cakra.only
KAMU SEDANG MEMBACA
Makhluk Malam - on going
HorrorTahun 1943, kasus berkelanjutan yang berupa pembunuhan, pencurian, penculikan, pembunuhan berencana, teroris. Kasus-kasus itu terus-terusan melibatkan makhluk-makhluk astral, masalah ini masih saja berlanjut hingga kini. Tentunya para pembunuh iblis...