Tahun 1943, kasus berkelanjutan yang berupa pembunuhan, pencurian, penculikan, pembunuhan berencana, teroris.
Kasus-kasus itu terus-terusan melibatkan makhluk-makhluk astral, masalah ini masih saja berlanjut hingga kini.
Tentunya para pembunuh iblis...
Blaze yang tidak melihat siapapun di ruangan ini langsung merinding
"Ah palingan cuma halusinasiku aja-," ujarnya kembali melihat ke arah lukisan tua itu, tidak terlalu besar tapi cukup jelas untuk diperhatikan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ini ..."
Blaze melamun, menatap lukisan itu tanpa berkedip sama sekali. Lukisan yang tak pernah ia lihat seumur hidupnya namun perasaannya tak dapat berbohong.
'Lukisan ini tidak asing.'
Ucapnya dalam batin, mengeluarkan ponselnya untuk memotret apa yang ia lihat.
Dia mencoba keluar dari ruangan gelap itu hanya dengan cahaya senter dari ponsel nya sementara segala mata dari lukisan itu menatap ke arahnya.
...
"Ice ... Ice!"
Manik biru mulai terlihat, pikirannya mencoba untuk memproses apa yang barusan terjadi
Thorn mengguncang badan Ice dengan sangat kuat saking paniknya akan kehilangan.
Ice langsung duduk, wajahnya tampak masih shock, "Blaze.. Blaze mana?!"
"Belum ditemukan" ucap Solar setelah ia menghela napas berat, Gempa hanya bisa menepuk pundak Ice yang bertujuan untuk menenangkan
Hali dan Taufan mendekat, bisa dibilang kini mereka berkumpul di 1 sisi
"...."
"Lo bukan Ice ..."
"Maksud lu apa Li?"
"Taufan lo menjauh, dia bukan Ice ..."
Cengiran seram terukir di wajahnya, berdiri perlahan. Membuat yang lain melangkah mundur.
"Haa ..."
"Sudah ketahuan, ya?" ucapnya membalikkan badannya. Punggung bertanduk tajamnya terdapat tubuh Ice yang menancap ke atasnya, kematian sudah jelas ada di depannya.
Jika sosok di depannya itu bukan Ice, lantas siapa?
"Sa ...kit ...tolong aku ..."
Suara rintihan sakit terus terdengar. Suara itu bukan berasal dari Ice, melainkan dari sosok makhluk di depan itu. Ia mencengkram kuat wajahnya hingga mencipratkan darah. Taufan yang melihat itu ketakutan, bahkan sudah tidak kuat untuk berdiri. Sedangkan Thorn yang keasikan menontonnya.