"Yang, bangun yang, udah pagi." Seruan yang tiada hentinya Haikal berikan, guna membangunkan istrinya yang masih terlelap.
Dan Gisella yang merasa tidurnya terusik pun langsung terbangun setengah sadar. "Apa?" Tanyanya yang masih setengah sadar.
"Bangun, udah pagi. Waktunya bikin sarapan." Ujar Haikal sekali lagi, yang masih berusaha membangunkan istrinya.
Dan Gisella yang memang masih setengah sadar pun langsung menautkan alisnya, begitu mendengar ucapan suaminya. "Kok tumben kamu udah bangun pagi-pagi gini? Biasanya harus di bangunin dulu." Ujarnya yang masih setengah sadar.
"Aku kebangun, yang. Ayo ish! Cepat buat makanan. Aku sudah lapar." Ujar Haikal lagi, yang langsung membangunkan istrinya yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya.
Iya! Bangunin istrinya dari keadaan tidur, langsung berdiri, tidak pakai duduk terlebih dahulu. Tanpa tunggu panjang, ia langsung mendorong tubuh istrinya dari belakang.
Dan Gisella yang di dorong dari belakang, hanya bisa mengikuti dorongan suaminya dan turut melangkahkan kakinya keluar kamar, menuju dapur miliknya.
"Masaknya tidak usah banyak-banyak ya." Peringatan yang selalu Haikal berikan kepada sang istri, sebelum ia duduk di kursi pantry.
Sementara Gisella yang masih dalam keadaan setengah sadar pun langsung memasakkan suaminya sebuah nasi goreng gurita. Bukan hanya untuk suaminya aja! tapi untuk mereka berdua.
Setelah beberapa menit berkutat dengan alat masak, akhirnya masakan ia buat pun telah jadi. "Ambil air dan gelas." Titah Gisella kepada suaminya, yang saat ini dirinya tengah membawa dua piring di tangannya, lalu menaruhnya di atas meja makan, dan duduk di bangku meja makan.
Tak lama suaminya pun datang dengan membawa gelas dan satu botol besar air. Mereka pun mulai makan bersama. Setelah makan, mereka berdua kembali ke kamar mereka.
"Kau mau apa?" Pertanyaan yang langsung Haikal berikan kepada istrinya, yang saat ini tengah menatap istrinya yang ingin pergi ke kamar mandi.
"Aku ingin mandi. Kau tidak siap-siap berangkat kerja?" Jawaban yang langsung Gisella berikan, mengenai pertanyaan retorik yang diberikan oleh suaminya.
Sedangkan Haikal sendiri langaung terkekeh begitu mendengar ucapan istrinya. "Sekarang baru jam 2 malam, yang. Kau ingin ngapain mandi jam segini?" Ujarnya, yang langsung menaikkan selimutnya sampai di atas dada.
"YAK!" Teriakan penuh amarah yang langsung Gisella berikan akan penuturan suaminya.
"Jangan teriak-teriak, sayang. Lebih baik kau tidur. Pagi ini aku ada meeting penting." Ujar Haikal, yang langsung memberikan speach untuk istrinya tidur ke dalam pelukkannya.
Sedangkan Gisella sendiri masih sangat marah bukan main begitu mendengar ucapan suaminya ini. Jadi suaminya ini bangunin dirinya itu karena lapar? Bukan karena sudah pagi?! Sebenarnya, ia ingin meluapkan emosinya ini kepada suaminya. Namun sepertinya rasa kantuknya lebih mendominasi dirinya, di banding amarahnya.
Jadi, ia lebih memilih untuk mengampunkan suaminya, dan menyusul suaminya yang sudah tidur lebih dulu. Masalah amarah? Dia bisa salurkan nanti setelah bangun tidur.
---Pagi harinya, ia sudah sarapan bersama dengan suaminya. Tidak ada pertengkaran yang mereka alami pagi ini. Dirinya yang sudah lupa tentang persoalan semalam, begitu juga dengan suaminya yang sedang tidak ingin berbuat jail.
"Nanti siang ingin makan di mana?" Tanya Haikal, yang saat ini tengah menatap istrinya secara sekilas yang tengah makan.
"Ayam." Jawaban yang selalu Gisella berikan, ketika suaminya bertanya tentangnya.
"Seb--"
"Tidak ada seblak! Aku bosan kalau harus memakan itu melulu!" Tolakan yang langsung Gisella berikan, cepat-cepat memotong ucapan suaminya ini.
Dan Haikal yang mendengarnya pun langsung mendengus kesal, ketika dirinya sedang berbicara malah di potong seperti itu. "Padahal kita juga sudah sering memakan ayam." Balasnya yang entah kenapa gak bisa ngalah sama istrinya, ketika istrinya sudah menunjukkan tatapan penuh peringatan yang tidak kayak biasanya.
"Apa sih! Orang--"
"Stop! Lebih baik kita berangkat sekarang." Seruan yang langsung Haikal berikan lagi, guna menghentikan ucapan istrinya, seraya menunjukkan jam saat ini. Tidak mau berdebat di pagi hari. Ia juga langsung beranjak dari kursinya, menuju kursi milik sang istri dan langsung menarik istrinya agar segera beranjak.
Sedangkan Gisella yang di tarik hanya bisa pasrah mengikuti ke mana suaminya ini membawa dirinya pergi. Memasukkan dirinya ke dalam mobil, di ikuti olehnya yang juga masuk, dan langsung menjalankan mobilnya pergi meninggalkan perkarangan rumahnya.
---Sampai di butik miliknya, suaminya ini langsung menjalankan mobilnya pergi ke kantornya. Sementara dirinya? Ia langsung menyetopkan taksi yang lewat, dan taksi langsung pergi ke alamat yang di beritahukan olehnya.
Sampai akhirnya ia tiba di depan rumah sakit. Ia langsung menuju ruangan dokter Kim, dokter yang menangani dirinya dan suaminya kemarin. "Bagaimana Dok?" Pertanyaan yang langsung ia berikan, yang saat ini sudah ada di hadapan dokter Kim.
Dokter Kim langsung memberikan hasil pemeriksaan yang sudah jadi. Hasil pemeriksaan milik pasiennya dan juga suami dari sang pasien, kepada pasiennya.
"Bagaimana hasilnya? Apakah saya dan suami saya memiliki kendala, sehingga kami belum di berikan anak sampai saat ini?" Dan lagi, ia langsung memberikan berbagai pertanyaan, begitu dirinya sudah membuka hasil pemeriksaan, dan mencoba mengerti akan hasil itu. Namun akhirnya percuma saja! Ia tidak dapat mengerti hasil pemeriksaan dokter.
"Ada kendala yang membuat kalian belum memiliki anak sampai saat ini." Ujar Dokter yang sukses membuat dirinya lemas begitu mendengarnya.
"Siapa? Apakah saya?" Tanyanya, seraya menunjuk dirinya sendiri.
"Bukan anda, melainkan suami anda. Suami anda mengalami kemandulan, yang membuat anda belum hamil sampai saat ini." Ujar sang dokter, yang membuat dirinya semakin lemas begitu mendengarnya.
"Apa? Kemandulan?" Tanyanya sekali lagi, memastikan bahwa pendengaran miliknya saat ini tidak salah.
Dokter menganggukkan kepalanya. "Namun bukan berati anda tidak bisa memiliki anak. Anda bisa memiliki anak, tapi peluangnya sangat kecil. Kalau di ibaratkan, peluang anda hamil hanya 5% dari 100%." Jelas sang Dokter.
"Dokter, boleh tidak kalau hasilnya di manipulasi? Bilang saja kalau saya yang mengalami kemandulan." Pintanya, yang saat ini sudah menatap sang dokter dengan penuh harap.
"Saya mohon dokter. Saya tidak ingin suami saya tau mengenai ini. Saya tidak ingin dia kepikiran apalagi sedih mengenai hal ini." Pintanya yang tidak siap melihat wajah suaminya yang sedih atau bahkan kepikiran hanya karena hal ini.
Yup, ia tidak mau membuat suaminya kepikiran apalagi sampai sedih mengenai ini. Lebih baik dia menutupi itu, daripada suaminya harus tau.
Kenapa tidak bilang kalau mereka berdua tidak ada kendala apapun? Ia takut ibu mertuanya ini terus memaksa mereka. Kalau ibu mertuanya ini tau dia mengalami kemandulan, mungkin ibu mertuanya akan berhenti meminta mereka seorang cucu.
"Saya mohon dokter. Saya akan membayar sesuai keinginan dokter. Tapi saya mohon manipulasi hasil ini." Pintanya, berharap sang dokter luluh.
"Ini bukan mengenai biaya. Tapi mengenai anda. Apakah anda baik-baik saja mengenai hasil yang di manipulasi ini? Anda akan mendapatkan beberapa komentar dari orang banyak mengenai kemandulan yang anda buat." Ucap Dokter, meyakinkan pasiennya ini mengenai keputusan yang telah dia buat.
"Saya baik-baik saya dokter. Yang terpenting saat ini, suami saya tidak tau akan tes ini. Saya mohon Dok." Pintanya sekali lagi.
Dokter terus memikirkan ucapan pasiennya. "Baiklah."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ENEMY? 2 - HAESELLE/CHANSELLE
FanfictionCERITA INI KHUSUS HAESELLE/HAETSUKI (HAECHAN X GISELLE) SHIPPER! APABILA KALIAN GAK SUKA SAMA SHIPPER INI? TIDAK DI ANJURKAN UNTUK MEMBACA CERITA INI. TAPI, APABILA KALIAN MASIH KEKEH UNTUK BACA? DILARANG UNTUK BERKOMENTAR NEGATIF KEPADA PARA TOKOH...