"Apa Dok? Mandul?" Tanya Haikal sekali lagi, guna memastikan bahwa pendengarannya kali ini tidak salau. Apakah pendengarannya ini salah, atau malah benar mengenai ucapan sang dokter, atau malah sebaliknya. Apakah dokter ini salah dalam berucap, atau malah benar.
Dokter langsung membenarkannya dengan anggukkan kepalanya. "Iya, Nyonya Leandra mengalami kemandulan." Ujat sang Dokter.
Haikal yang mendengar itu pun langsung menggenggam tangan istrinya, dan mengusap tangan istrinya secara perlahan. Berusaha menenangkan istrinya.
"Tapi kalian tenang saja. Kemandulan Nyonya Leandra ini bukan berati tidak bisa hamil. Nyonya Leandra masih bisa hamil, tapi kemungkinannya hanya 5% dari 100%. Sangat sedikit mungkin. Tapi tidak ada hal yang tidak mungkin bukan? Selagi Nyonya dan Tuan Leandra mau mengikuti prosedur kehamilan, kemungkinan kehamilan itu bisa terjadi. Namun balik lagi kepada sang pencipta. Kita memang berusaha sebaik mungkin. Tapi kalau sang pencipta belum kasih? Yang terpenting saat ini adalah usaha dari Nyonya dan Tuan Leandra dalam mengikuti program kehamilan. Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil bukan?" Ujar sang Dokter, memberikan pengertian serta penjelasan kepada mereka bertiga.
"Kenapa anak saya Haikal Chandra harus mengikuti program kehamilan?" Tanya samg ibu penasaran. Bukan kah hanya mantunya yang tidak subur?
"Ketidak suburan itu bisa menyerang siapapun, Nyonya. Kalau misalkan Tuan Leandra tidak bisa menjaga pola makan yang akan meningkatkan kesuburan, sehingga kesuburan menjadi terganggu dan terjadinya perubahan, dari yang subur menjadi tidak subur." Jelas sang Dokter.
"Kapan kita bisa memulai program kehamilannya Dok?" Tanya sang ibu, lagi.
"Minggu ini juga bisa. Tuan dan Nyonya Leandra kan sibuk, nanti kita akan mendiskusikan mengenai jadwal pertemuan program kehamilan. Selain itu, kami juga akan memberikan supelemen untuk kesuburan Tuan dan Nyonya Leandra." Ucap sang Dokter.
"Bisakah kami berdiskusi dulu mengenai ini? Aku tidak mungkin mengambil keputusan secara sepihak. Yang hamil, mengandung, maupun melahirkan itu istriku. Jadi, aku harus berdiskusi dulu dengannya." Pintanya, menatap sang dokter. Tidak memperdulikan tatapan sang ibu, yang sudah menatap dirinya dengan tatapan tajam.
"Yak, Hai--"
"Tentu saja bisa. Setelah berunding, kalian bisa menghubungi nomorku. Karena bagaimana pun juga ini rumah tangga kalian. Kalian sendiri yang menentukan jalannya rumah tangga kalian." Ucap sang dokter, lalu memberikan kartu namanya kepada pasiennya ini.
Ia langsung mengambil kartu nama itu. "Terima kasih dokter. Saya akan menghubungi anda, kalau kami sudah sepakat dalam memiliki anak." Ucapnya.
"Saya tunggu kabarnya. Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan." Ucap sang Dokter, memberikan sedikit nasihat kepada sepasang suami-istri ini.
"Kalau begitu kami permisi dok. Terima kasih atas pendapat serta nasihatnya." Ucapnya yang pamit keluar dari ruangan dokter.
"Dokter, terima kasih." Sambung Gisella.
Mereka bertiga akhirnya keluar dari ruangan Dokter, dengan sang ibu yang paling akhir keluar.
"Ibu, ibu pulang sendiri ya. Aku dan istriku ingin berbicara berdua." Pintanya, yang langsung menarik istrinya pergi, meninggalkan ibunya sendiri.
"Ibu, aku pergi dulu. Hati-hati, bu!" Ucapnya yang terputus karena tarikan suaminya.
Sampai di parkiran rumah sakit, ia langsung memasukkan istrinya ke dalam mobilnya, dan di ikuti dirinya.
"Yang, sikap kamu tadi tidak sopan." Peringatan yang langsung ia berikan akan sikap suaminya tadi.
"Maafin ibuku ya." Ucapnya yang tidak mengidahkan ucapan istrinya.
"Ibumu tidak salah, yang. Apa salahnya seorang ibu yang menginginkan cucu." Ujarnya, memberikan pengertian kepada suaminya.
"Tentu saja dia salah. Tidak seharusnya dia memaksa kita, yang membuat mental kamu menjadi terganggu. Aku tidak mau kau berpikir berlebihan karena masalah ini, dan membuat kesehatan mental kamu terganggu." Ucapnya yang dari kemarin sangat memikirkan perasaan istrinya.
"Aku tidak apa-apa. Aku memaklumi ibumu juga kok. Dia seperti itu karena khawatir kepada kita bukan? Kalau tidak melakukan ini, kita tidak tau masalah serta kendala apa yang ada di diri kita. Aku malah berterima kasih kepada ibumu. Dengan adanya pemeriksaan ini, aku jadi tau apa masalah aku." Ucapnya yang tidak mau menbuat hubungan antara suaminya dan ibunya rusak karena hal ini.
"Aku tidak perduli apabila kamu mengalami kemandulan dan tidak bisa hamil. Jadi, jangan pernah berfikiran yang tidak-tidak mengenai masalah ini ya? Apalagi kalau sampai kesehatan fisik serta mental kamu terganggu." Ujarnya, memperingati sang istri.
"Tentu saja. Kau tau sendiri bagaimana diriku. Aku tidak akan memusingkan masalah ini." Ucapnya, yang sudah menampilkan senyuman manisnya, supaya suaminya tidak khawatir.
"Jangan bilang seperti itu. Setau apapun aku mengenai dirimu. Tetap saja aku tidak tau dirimu yang sebenarnya. Yang tau dirimu hanyalah diri kamu sendiri. Bahkan terkadang saja aku tidak tau diriku sendiri." Ujarnya yang tidak terpengaruh akan senyuman manis milik istrinya yang menandakan kalau dia baik-baik saja. Terkadang, senyuman yang diberikan hanya untuk penutup luka.
"Kalau kau sudah lelah mengenai sikap dan tingkah ibuku? Katakan kepada diriku. Kita akan pindah jauh dari orang tuaku." Sambungnya, yang tiada hentinya memperingati sang istri.
***Ketukan pintu rumah mereka, sukses membuat mereka berdua yang sedang cuddle di kamar pun terganggu. "Aish! Siapa lagi sih?!" Sarkasnya yang sudah sangat kesal. Padahal sedikit lagi ia bisa membobol penuh pertahanan istrinya, yang sempat menolak dirinya.
Sementara dirinya malah terkekeh, begitu melihat suaminya yang sedang misuh-misuh, namun tetap jalan keluar kamar, menuju pintu utama rumah mereka.
Dengan perasaan kesal, ia mulai membuka pintu utama, untuk melihat orang gila mana yang datang ke rumah mereka malam-malam seperti ini. Ah, sebenarnya tidak malam. Baru pukul 7 malam, tapi tetap saja ia kesal! Acara naena-nya terganggu karena kedatangan orang ini.
"Yak! Ada apa kalian--- ibu?" Protesan milik tertahan begitu saja, ketika melihat ibunya yang sudah ada di depan pintu rumah mereka. "Ibu, dia siapa?" Tanyanya lagi, seraya menatap seorang wanita yang ada di belakang ibunya.
Bukannya menjawab, ibunya malah menyelonong masuk ke dalam rumah milik dia dan istrinya, seraya menarik perempuan yang ia bawa. Ibunya juga langsung mendudukkan perempuan yang ia bawa, di samping dirinya yang sudah lebih dulu duduk.
"Yak ibu! Ngapain ibu ke sini? Dan siapa wanita ini? Ibu tau, kedatangan ibu secara tiba-tiba seperti ini, sangat menganggu kegiatan aku dengan istriku yang sedang ingin enak-enak!" Protesan kesal yang langsung ia berikan akan tingkah ibunya yang suka semena-mena.
Bukannya membalas protesan miliknya, ibu malah bertanya kepada dirinya. "Di mana istrimu?" Tanya samg ibu, yang matanya sudah menelusuri sekitar.
"Istriku ada di kamar! Untuk apa ibu mencari dia? Ibu ingin mengatakan apalagi kepada dia? Katakan saja kepada diriku!" Ucapnya, yang saat ini sudah menatap ibunya dengan tatapan penuh selidik.
"Ibu ingin berbicara kepada kalian berdua. Jadi, ibu membutuhkan istri kamu di sini." Ucap sang ibu.
Baru saja ia ingin memprotes, suara istrinya sudah mengintrupsi dirinya. "Siapa-- loh, ibu?" Seruan yang langsung istrinya berikan, yang terkejut akan kedatangan ibunya.
Langsung saja ia menghampiri ibu mertuanya, dan menyapanya. "Ibu, ingin minum apa? Aku akan mengambil minum untuk ibu dan tamu ibu." Ucapnya, seraya menatap wanita yang ada di samping ibu mertuanya.
"Tidak perlu. Ibu ingin bicara hal penting kepada kalian berdua. Jadi, duduk-lah." Titah sang ibu.
Baik dirinya maupun istrinya pun langsung mengerutkan dahinya heran. Namun ia tetap menuruti perintah sang ibu. "Cepat katakan dan pergi dari rumah kami!" Ucapnya secara to the point. Menatap ibunya dan wanita yang ada di samping ibunya dengan tatapan tidak suka.
"Maksud dan kedatangan ibu di sini adalah, ibu ingin menjodohkan kamu dengan Ciara."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ENEMY? 2 - HAESELLE/CHANSELLE
FanficCERITA INI KHUSUS HAESELLE/HAETSUKI (HAECHAN X GISELLE) SHIPPER! APABILA KALIAN GAK SUKA SAMA SHIPPER INI? TIDAK DI ANJURKAN UNTUK MEMBACA CERITA INI. TAPI, APABILA KALIAN MASIH KEKEH UNTUK BACA? DILARANG UNTUK BERKOMENTAR NEGATIF KEPADA PARA TOKOH...