7. Nothing is Impossible

47 4 0
                                    

Pagi harinya mereka berdua sudah tiba di rumah sakit. Lebih tepatnya di ruang tunggu, sedang menunggu untuk di panggil. Ia sampai izin tidak masuk kerja karena masalah ini. Talea, selaku ibunya juga ada di sini bersama mereka. Katanya, ibunya ini ngin mendengar langsung perkataan yang keluar dari mulut dokter.

"Gisella Leandea." Panggilan dari seorang entah perawat atau dokter ini sukses membuat dirinya yang tengah berbicara sama suaminya pun langsung mengangkat tangannya.

"Iya!" Seruan yang ia berikan menyahuti panggilan yang diberikan oleh dokter atau perawat, dan mulai masuk ke dalam ruangan yang sudah ditunjuk. Meninggalkan suaminya dan juga ibu mertuanya diruang tunggu.

Ia mulai melakukan berbagai macam pemeriksaan. Di mulai dari tes ovulasi, pemeriksaan cadangan sel telur, tes pencitraan seperti USG dan HSG, tes histeroskopi, dan terakhir adalah tes hormon.

"Dokter, saya boleh tau gak hasil dari pemeriksaan ini kapan keluar ya?" Pertanyaan yang langsung ia berikan kepada sang dokter setelah semua pemeriksaan yang ia lakukan ini telah selesai, yang masih setia menatap sang Dokter yang ada dihadapaannya ini.

"Karena Nyonya memilih hasil yang cepat, maka hasil ini bisa di berikan sehari setelah pemeriksaan." Ucap sang Dokter.

"Dokter, bolehkah saya meminta bantuan kepada anda?" Tanyanya, yang begitu hati-hati untuk meminta bantuan kepada Dokter.

"Apa bantuan yang anda minta?" Tanya sang Dokter.

"Bisakah dokter mengatakan kalau hasil tesnya keluar 2 hari setelah pemeriksaan? Saya ingin melihat terlebih dahulu hasil pemeriksaan saya dan suami saya. Saya tidak siap akan hasil yang buruk, yang terjadi kepada Saya, terutama suami saya." Pintanya, yang sudah menatap Dokter dengan tatapan memohon.

"Maaf Bu, permintaan ini harus di konfirmasi kepada seseorang yang melakukan pemeriksaan. Saya tidak bisa mengatakan iya untuk ini." Ucap Sang Dokter, menolak permintaan pasiennya.

"Saya mohon, dokter. Saya tidak mau suami saya kepikiran karena hasil yang tidak sesuai. Saya pernah melakukan pemeriksaan, tapi hasilnya tidak ada masalah di saya. Namun suami saya tidak. Jadi, bisakah dokter membantu saya? Saya mohon dokter. Saya tidak ingin suami saya berpikir yang tidak-tidak, atau malah minder karena hasilnya." Pintanya sekali lagi, yang masih berusaha merayu dokter supaya mau menyetujui permintaannya.

"Baiklah. Tapi kalau misalkan ada sesuatu yang bahaya akan hasilnya. Entah itu berada di dalam tubuh anda, ataupun tubuh suami anda, saya harus memberi tau suami anda mengenai kondisinya." Ujar sang dokter.

Ia yang mendengarnya pun langsung mengangguk setuju. "Baik dokter. Saya menyanggupi ucapan dokter. Tapi saya mohon untuk tidak memberi tau hasil pemeriksaan yang sebenarnya terlebih dahulu kepada suami saya." Pintanya.

"Baiklah, saya tidak akan memberi tau kan hasilnya kepada suami anda. Saya akan bilang kalau hasilnya akan keluar dalam waktu 2 hari." Ucap sang Dokter.

"Terima kasih dokter. Oh iya! Ini kartu nama saya. Saya harap dokter menghubungi saya, kalau hasil pemeriksaan sudah keluar." Ucapnya, dan langsung memberikan kartu namanya sebelum keluar dari ruangan dokter.

Setelah istrinya keluar, barulah ia masuk ke dalam ruangan. Ia mulai melakukan berbagai pemeriksaan. Di mulai dari analisi sperma, USG, pemeriksaan hormon, biopsi testis, dan yang terakhir adalah pemeriksaan genetik.

Setelah melakukan pemeriksaan, ia mendengarkan semua perkataan dokter dengan serius, tanpa menjeda semua kalimat yang keluar dari dokter. "Kalau begitu terima kasih dokter. Saya akan kemari dua hari lagi untuk mengambil hasil pemeriksaannya." Ucapnya setelah semuanya selesai, lalu segera pergi dari ruangan dokter.

Baru saja ia ingin keluar, sang ibu malah masuk ke dalam. "Maaf dokter, bolehkah saya tau kapan keluarnya hasil tes pemeriksaan ini ya?" Pertanyaan yang langsung diberikan oleh ibunya begitu masuk, seraya menampilkan senyuman manisnya.

"Hasil pemeriksaan akan keluar dalam waktu 2 hari, setelah selesai pemeriksaan." Jawab sang dokter.

"Apakah tidak bisa di percepat dok? Saya akan membayar berapa pun harganya, asalkan hasil tes itu bisa keluar secepatnya." Ucap sang ibu, meminta kepada dokter.

"Maaf nyonya, paling cepat itu 2 hari." Jawab sang dokter.

"Dok--"

"Maaf dokter. Terima kasih atas informasi yang anda berikan." Seruan yang langsung ia berikan, yang emang sengaja menyelak perkataan ibunya, dan langsung membawa ibunya keluar.

"Yak! Haikal Chandra!" Protesan yang langsung ibunya berikan, begitu mereka sudah berada di luar ruangan dokter.

"Aku dan istriku mau langsung pulang, Bu. Kami mau buat anak! Jadi, ibu tidak usah ke rumah kami! Ibu pasti akan mengganggu kegiatan kami! Ingin cepat-cepat punya cucu, bukan?" Ujarnya kepada sang ibu, yang langsung menarik istrinya menjauh.

Dan dirinya langsung pamit kepada ibu mertuanya, ya walaupun sulit karena suaminy yang sudah lebih dulu menarik dirinya. Tapi ia tetap bisa pamit dengan ibu mertuanya.
---

Setelah dari rumah sakit, mereka berdua memutuskan untuk pergi makan siang terlebih dahulu. Mereka kira pemeriksaan akan memakan waktu sebentar. Ternyata mereka salah! Ibunya yang meminta pemeriksaan yang lengkap untuk mereka berdua. Jadi ya gitu, memakan waktu yang banyak untuk beberapa pemeriksaan.

"Tidak usah mikirin hasilnya seperti apa, ya! Apapun hasilnya, aku tetap menyayangi dan mencintai kamu." Seruan yang langsung Haikal berikan kepada istrinya yang terdengar sangat chessy.

Semnetara Gisella sendiri langsung saja mengambil ponsel yang ada di atas meja yang saat ini mereka tempati, guna menunggu makanan yang mereka pesan datang. Membuka aplikasi kamera, dan mengarahkannya kepada suaminya. "Cheese dulu dong!" Ucapnya yang sangat random.

"Yak! Aku serius tau!" Peringatan yang langsung Haikal berikan kepada istrinya yang malah melakukan hal lain akan ucapannya. Bahkan saat ini dirinya sudah mengerucutkan mulutnya sebal karena sang istri.

"Aku tau! Kau tidak perlu berkata seperti itu karena aku sudah tau seperti apa dirimu. Kau ini pria yang selalu mengerti diriku, menerima aku apa adanya, dan tidak pernah menuntut aku banyak hal. Jadi, tanpa kau berkata seperti itu? Aku juga sudah tau." Ucap Gisella, yang sudah menaruh ponselnya, dan menatap suaminya dengan tatapan serius.

Mendengar penuturan istrinya, membuat Haikal langsung menggelengkan kepalanya, dan sukses membuat istrinya ini langsung menautkan kedua alisnya penuh keheranan. Seakan tau apa yang di pikirkan istrinya ini, ia langsung memberi tau maksud dari gelengan kepalanya. "Kau salah, Gisella. Bukan aku, tapi kamu. Kamu wanita yang paling mengerti aku, kamu wanita yang mau menerima aku apa adanya, kamu wanita yang tidak pernah menuntut aku tentang hal apapun, kamu yang selalu mendukung segala keputusan aku. Serta kamu yang selalu menasehati dan memberikan pendapat yang terbaik untukku. Aku beruntung banget bisa memiliki istri seperti dirimu. Aku juga berterima kasih, karena kau mau menjadi pendamping hidupku." Ucapnya, dengan tatapan tulusnya.

"Sebenarnya sih kalau jodoh aku Lee Taeyong, aku tidak akan menerima dirimu sebagai suamiku. Tapi aku tau dan sadar kalau dia tidak akan pernah menjadi jodoh dan pendamping hidupnya aku, jadi ya aku menerima kamu." Candanya, guna mencairkan suasana yang serius ini.

Sungguh, ia tidak terlalu suka berbicara serius terlalu lama dengan suaminya. Suaminya ini kalau sudah berbicara serius? Itu tidak baik untuk kesehatan jantung dan mentalnya, karena suaminya ini selalu mengutarakan kalimat yang akan membuat dirinya tersenyum, dan juga menangis karena haru.

"Hm, bersyukur lah aku kepada dia. Karena kalau sampai dia jodoh kamu? Aku akan berusaha semaksimal mungkin, agar kau menjadi jodohnya aku." Ucap Haikal, menimpali candaan yang istrinya berikan.

"Yak! Mana bisa seperti itu!" Protesan yang langsung Gisella berikan akan ucapan konyol yang dilontarkan suaminya inu.

"Tentu saja bisa. Tidak ada yang tidak mungkin untuk seorang Haikal Chandra Leandra."

MY ENEMY? 2 - HAESELLE/CHANSELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang