Chapter 6 : Ingin Kencan

466 52 15
                                    

Happy Reading ^_^

Jam berdenting pada pukul 15:00 saat ini Jeno dan Anjani sudah berada di rumah kecil dan nyaman milik mereka, Anjani sudah dizinkan pulang.

Di salah satu pemukiman di Jakarta, rumah Jeno berdiri di tempat yang sejuk dan memanjakan mata, ibunya sangat suka bunga sehingga sekeliling rumahnya penuh macam-macam bunga yang di tanam dalam pot beton.

Di salah satu pemukiman di Jakarta, rumah Jeno berdiri di tempat yang sejuk dan memanjakan mata, ibunya sangat suka bunga sehingga sekeliling rumahnya penuh macam-macam bunga yang di tanam dalam pot beton

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anggap aja ada bunga-bunga wkwk)

Perlu diketahui sungguh lengkap fasilitas kesehatan yang Karina berikan padanya, salah satunya kursi roda ini, Jeno pikir benda itu milik rumah sakit ternyata itu bisa dibawa pulang, ada 1 dokter rawat jalan yang akan sering mengunjungi sekedar memeriksa kesehatan Anjani sampai Anjani benar-benar sembuh.

Lelaki penuh kesabaran dan kasih sayang terhadap ibunya itu membantu Anjani pindah ke kursi plastik merah muda yang berada di ruang tamu, ingin berniat mengambilkan minum untuk ibunya tapi terhenti saat suara wanita gendut berkulit putih menyapa mereka.

"Permisi... Anjani," serunya, wanita itu berdiri di depan pintu, menautkan jari-jarinya di bawah perut, "bagaimana kabarmu?" tanyanya.

"Eh, bu Jopi. Ayo masuk," ajak Anjani, Wanita itu masuk lalu duduk, "Saya dua hari lalu dioperasi bu, jahitannya belum kering jadi masih sakit, ada apa?"

Jeno melanjutkan kegiatannya kedapur, kini dia akan menyajikan biskuit serta minuman, 1 teh untuk bu Jopi dan 1 air mineral untuk ibunya.

"Semoga lekas membaik yah bu An," Jopi terlihat ragu-ragu untuk lanjut bicara atas tujuannya kemari. Anjani tersenyum menanggapinya.

"Eeeumm... begini Anjani, aku kemari ingin minta bayar uang cicilan pinjaman kamu, apa sudah bisa bayar?" Tanya Jopi dengan raut wajah tak enak hati.

Anjani terdiam.

"Maaf Anjani, anak aku mau daftar kursus bahasa inggris minggu depan, sedangkan aku dan suami gajian bulan depan. Lima ratus ribu aja dulu An," sambung Jopi.

"Aku udah tiga bulan gak jualan semenjak penyakitku kambuh, kamu masih bisa kasi waktu lagi? Empat hari? Aku akan berusaha jualan lagi besok," Anjani merasa tidak enak, Jopi ini terlalu baik padanya, lagi-lagi dia tidak memiliki uang untuk mengganti hutangnya sebanyak 15 juta, uang yang dulu dia pinjam untuk membuka usaha nasi goreng.

Jopi mengangguk dia rasa 4 hari masih bisa, "Iya Anjani bisa, saya akan tunggu, terima kasih yah dan maaf."

"Tidak Jopi, aku yang harusnya berterima kasih, kamu baik sudah berkali-kali mengerti dengan keadaan saya dan Jeno. Saya minta maaf karena sudah hampir dua tahun masih belum menganti lunas uang kamu."

Jopi menyentuh tangan Anjani, "Iya An gakpapa."

Karena ruang tamu dan dapur tidaklah jauh Jeno masih dapat mendengar jelas pembicaraan mereka. Berusaha tegar dia membawa air mineral dan teh untuk kedua wanita itu. "Di minum dulu tante," tawar Jeno.

Princess Karina [JenoKarina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang