Chapter 8 : Nasi Goreng

407 42 21
                                    

"NASI GORENG"

"NASI GORENG"

"NASI GORENG SPESIAL, Dijamin lezat, woy beli dong cuman lima belas ribu!" teriak Karina setengah memaksa pada beberapa orang yang melewati gerobak mereka.

Bibir yang tertutup masker itu menekuk kesal pada orang yang mengabaikannya. "Perasaan udah tiga jam kita keliling kok cuman lima orang yang beli?"

Jeno terkekeh, "Itu udah lumayan kok." Tidak membiarkan Karina berteriak sendiri. "Nasi Goreng, bu?" tanya Jeno, sayangnya ditolak

Jeno tetap mendorong gerobaknya, pemuda ini sangat sabar membiarkan Karina mendumel sendiri, sebelum keluar saja Jeno sudah menduga Karina akan bosan."Nasi Goreng"

"Yang kenceng dong, Jenoo"suara Karina terdengar kesal. "Mba, beli nasi goreng? bonus foto aib Jack Steward. Mau?"imbuhnya

Dua wanita itu hanya melambai menolak, Karina harus tau tidak semua manusia mengenal saudaranya. Jika ada yang kenal tidak mungkin mereka percaya secara wajah Karina tidak terlihat jelas begitu.

"Huft!" Karina mengerutu, ternyata jualan nasgor tidak semudah yang Karina pikirkan.

Jeno tertawa kecil, ia menurunkan satu kursi plastik dan membawa Karina duduk dipinggir jalan sekedar mengistirahatkan kakinya.

Karina mengelap keringat menggunakan lengan hoodie yang dikenakannya. Jeno yang peka mengambil persediaan handuk kecil bersih miliknya serta sedikit menurunkan masker Karina agar dia leluasa membersihkan keringat gadis ini.

Karina menelan saliva secara paksa berusaha untuk tidak terbawa perasaan. Tapi, nyatanya itu sulit setelah mata mereka berdua saling beradu tatap oksigen didunia luar ini terasa minim.

"Kau haus?" tanya Jeno memecah suasana berdebar ini.

"Tidak"

"Jangan bohong. Kamu tunggu disini, aku cari minum."

Karina mengangguk pelan. Dia tidak bisa menahannya. Iya, dia benar-benar haus. "Haus akan perhatian Jeno," batin Karina dan senyum-senyum bak orang gila. Kasihan padahal masih muda.

Baru 3 menit ditinggal Karina sudah gelisah setegah mati. "Beli minum dimana sih? Aku lupa tanya tadi, bagaimana kalau ada pelanggan? Duh," Karina melirik sana, melirik sini sambil mengoyangkan kaki.

Mobil pagani huayra imola berwarna silver seharga 74 miliar berhenti tepat didepan gerobak Jeno.

Karina mengerut, merasa khawatir dan siaga takut jika itu penculik.

"Iya-iya ay,"

"WHAT THE HEK-" Karina membelalakkan matanya lebar-lebar melihat seorang gadis tinggi semampai yang dia kenal. Buru-buru dia menggunakan masker serta menurunkan sedikit topi sehingga menutupi bagian matanya.

"Mba, penjualnya mana?"

Itu Alice Manoban, "Ya lord, semoga kak Alice tidak dapat mengenalku" batin Karina gugup, dia terlihat salah tingkah. Bagaimana ini? Kalau dia jawab bisa saja Alice mengenali suaranya.

Karina menunduk sambil berdoa dalam hati lalu menunjuk-nunjuk ke arah Jeno pergi tadi.

Alice mengangkat sebelah alisnya, "oh lagi pergi yah. yaudah deh mba gak jadi"

"Aaa!" Karina menahan Alice lalu menggeleng. Karina memberi isyarat dengan menunjuk-nunjuk dirinya, memperagakan bayangan memasak lalu mengacungkan kedua jari jempolnya kearah Alice.

Alice tersenyum tipis merasa kasihan, "Bisa mba?" tanya Alice lalu dibalas anggukan dari Karina.

"Ay, aku enam bungkus. Kak Jeff katanya mau juga."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Princess Karina [JenoKarina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang