Vanilla

653 48 3
                                    

Kehadiran Baba beserta keluarganya membuat Rumi harus mengungsi ke kamar salah satu istrinya dan atas perundingan serta kesediaan istri-istrinya, akhirnya diputuskan bahwa Rumi akan mengungsi secara bergantian di setiap malamnya. Dan untuk malam ini, Vina harus dengan suka rela berbagi kamar miliknya dengan sang suami.

Rumi sih sebenarnya biasa saja, namun nampaknya berbanding terbalik dengan yang dilakukan oleh Vina.

Saat ini Rumi masih melanjutkan kegiatannya mempelajari legal system sedari siang tadi, serta Vina yang sepertinya sibuk sendiri sedari tadi.

Bukan tanpa sebab Rumi mengatakan Vina sibuk sendiri. Dari ia melangkahkan kakinya memasuki kamar Vina, ada saja kegiatan Vina yang tampaknya dengan sengaja tidak menghiraukan kehadirannya Rumi.

Dari yang beralasan ingin mandi karena merasa gerah, melakukan skincare malam secara rutin, hingga saat ini dengan Vina yang masih setia duduk di meja riasnya dengan matanya yang hanya terfokus dengan layar iPad miliknya. 

Rumi yang sedari tadi telah sadar bahwa ia tidak diacuhkan oleh Vina sesekali melirik ke arah Vina yang bahkan tidak meliriknya melalui pantulan kaca di meja rias Vina hingga membuat Rumi merasakan sedikit rasa jengkel terhadap Vina.

Kedua bola matanya memutar malas sebelum Rumi secara sengaja berdecak dengan keras.

"Vina"

"Hm?" gumam Vina tanpa menoleh ataupun melihat Rumi dari pantulan kaca

"Ck! Seriously Vin?" tanya Rumi

"Why?" tanya Vina yang kini sambil menolehkan kepalanya melihat ke arah Rumi yang saat ini telah menyandarkan tubuhnya di headboard kasur

Mendengar pertanyaan Vina lagi-lagi membuat Rumi berdecak kasar dan memutar kedua matanya lagi serta membuat Rumi menaruh laptopnya ke meja disamping ranjang Vina.

"Kenapa Rum?" tanya Vina lagi yang sekarang menatapnya dengan heran

"Lagi apa sih kamu? Perasaan dari tadi kamu asik sendiri" kesal Rumi yang saat ini telah berjalan ke arah Vina

"Baca novel" jawab Vina seadanya

"Aku ga lihat kamu pegang buku" ucap Rumi yang kini telah berada tepat di belakang Vina

"Baca novel ga harus di buku" jawab Vina, "ada banyak aplikasi baca novel di iPad dan handphone saat ini" ucap Vina lagi dan mengubah posisinya sehingga berhadapan langsung dengan Rumi

"Apa serunya sih baca layar yang penuh dengan tulisan kayak gitu sampai-sampai aku kamu anggurin?" tanya Rumi sambil melihat ke arah layar iPad Vina yang hanya menampilkan tulisan-tulisan kecil yang memenuhi layar iPadnya

"Loh? Kamu kan juga sibuk dengan laptop kamu" jawab Vina, "daripada aku ganggu ya mending aku baca novel"

"Kata siapa aku sibuk sama laptop?" tanya Rumi, "ini sekarang aku lagi di depan kamu" ucap Rumi sambil jari jemarinya kini memilin rambut Vina yang dibiarkan tergerai

"Tadi kan--" jawab Vina yang kini terpaku. Keduanya matanya hanya dapat menatap lekat ke dalam kedua netra milik Rumi yang saat ini juga tengah menatap ke arahnya. 

Keduanya hanya terpaku satu sama lain seolah waktu di dunia berhenti hanya untuk memberikan keduanya kesempatan untuk saling memuja ke dalam kedua netra masing-masing.

"Hm?" gumam Rumi seolah bertanya tanpa melepas pandangan keduanya. Jari-jemarinya yang sedari tadi asik memilin rambut Vina secara perlahan beralih menyentuh tubuh Vina serta dengan lembut membuat Vina berdiri dari posisinya dan membuatnya kini berdiri berhadapan secara langsung di depannya

Matanya yang sedari tadi tidak lepas memandang ke dalam netra milik sang istri sekarang secara perlahan berganti menatap ke arah bibir Vina yang belakangan ini sangat tampak menggoda menurut Rumi.

[β] Four Wives | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang