Rumi baru saja pulang ke apartemen tempat dirinya dan keempat istrinya tinggal selama di Amsterdam. Setelah pertemuan mendadaknya dengan Sheva, Rumi masih tetap memenuhi janjinya atas keinginan Vivi yang menginginkan dibelikan hutspot.
Bukan membelikan hanya untuk Vivi, nyatanya Rumi juga membelikan untuk ketiga istrinya yang lain dan juga untuk keluarga Babanya yang masih tinggal menemani Rumi.
"Baru pulang kamu Rum?" tanya Rosi
"Iya Ma" jawab Rumi sembari berjalan menuju dapur yang diikuti oleh Rosi, "yang lain mana Ma? Kok sepi banget?"
"Lagi pada di kamar masing-masing deh kayaknya" jawab Rosi, "kecuali Tata, dia lagi pergi keluar jalan sama Pinky"
"Si Niki gimana Ma? Masih mabuk ga dia?"
"Sempat muntah sekali tadi. Dia juga cariin kamu tuh" jawab Rosi, "ini beli hutspot banyak banget deh Rumi, buat siapa?"
"Vivi tadi nelpon, katanya lagi pengen hutspot karena kemarin Mama sempat belikan dia hutspot" jawab Rumi, "terus karena aku pulang juga di jam orang-orang lagi lunch, ya udah sekalian aja beli take away yang banyak"
"Oh gitu, kalau gitu Mama panggilkan Vivi nya dulu biar dia langsung lunch aja ini"
"Biar aku aja Ma" tolak Rumi cepat, "Vina sama Niki biar aku yang panggilkan juga, Mama langsung makan aja" ucapnya lagi dan langsung berjalan menuju ke kamar Vivi
💍
Seperti yang terbayangkan di benaknya Rumi. Pemandangan pertama yang Rumi lihat ketika memasuki kamarnya Vivi tidak lain istri keduanya itu sedang terlelap tidur menjelajahi dunia mimpi.
Dan dengan penuh kehati-hatian, Rumi membaringkan dirinya dengan memposisikan tubuhnya menghadap Vivi yang sedang tertidur.
Matanya memandangi wajah polos sang istri yang sudah sangat berisi. Dibawanya tangannya untuk merapikan rambut panjang Vivi yang menutupi wajahnya dan berganti mengelus dengan sayang pipi chubby sang istri.
Tanpa Rumi sadari, Rumi tersenyum melihat raut wajah Vivi yang nampaknya mulai terusik karena ulahnya.
Seolah melihat Vivi yang terusik merupakan hiburan tersendiri baginya, Rumi tidak henti-hentinya mengelus pipi Vivi. Bahkan sesekali Rumi membawa jarinya untuk mengelus bibir dan hidung Vivi.
Akibat ulahnya, Vivi mulai tampak mulai rewel. Berkali-kali Vivi menepis tangan Rumi yang masih asik mengelusi wajahnya.
"Rumi ih!" rengek Vivi ketika pertama kali membuka matanya dan melihat sosok Rumi yang tengah berbaring menghadapnya
"Good afternoon, baby girl" ucap Rumi, "gimana tidurnya? Enak?"
"Masih enak" jawab Vivi yang saat ini mencoba mencari posisi yang nyaman di dalam pelukannya Rumi, "tapi bawaan pengen tidurnya makin parah aja deh Rum, kenapa ya?" tanya Vivi sambil mendongakkan kepalanya menatap Rumi
"Mau cek ke rumah sakit?"
"Rumah sakit di sini agak repot deh Rum, janjian sama Dokternya ga bisa asal langsung ketemu kayak kemarin"
"Ya udah kalau gitu, nanti aku coba tanya Ayah. Siapa tau Ayah punya kenalan dokter kandungan"
"Heum" gumam Vivi sambil mengangguk
KAMU SEDANG MEMBACA
[β] Four Wives | END
Romance[some chapters contain 17+, 18+ & 21+] Muda, tampan, dan kaya raya. Itu lah image yang disanding oleh seorang Rumi Hezkiel Prasetya. Menikah adalah keinginan akhir dari semua, terlebih lagi jika menikah dengan yang terkasih. Namun semua itu tidak be...