Bab 19

3.9K 194 57
                                    

***

Sungguh hari yang melelahkan bagi Rhea. Tapi mau bagaimana lagi semua ini sudah menjadi pilihan hidupnya, menjauh dari Calvin dan hidup sederhana Rhea pikir akan semudah itu. Namun nyatanya sangat sulit untuk ia lakukan.

Calvin memang sudah membuatnya kecewa, namun hidup berjauhan dari pria itu ternyata sangat jauh lebih sakit dari rasa kecewa yang Rhea alami.

Terlebih lagi ia hidup dilingkungan yang seperti ini. Ani memang sangat baik padanya dan perhatian, tapi jangan lupakan anak serta suami Ani yang suka memperlakukan Rhea dengan seenaknya.

"Daddy... Daddy sekarang cari aku apa enggak? Daddy pasti takut anak Daddy kenapa-kenapa kan?" Rhea menangis seraya berbaring menatap dinding yang telah usang. Ingin melihat wajah Calvin namun iPhone keluaran terbaru miliknya sudah raib dirampas oleh Dini. Rhea masih bingung mencari tempat tinggal namun Dini selalu menyuruhnya pergi, sebagai gantinya, gadis itu merebut ponsel milik Rhea dan Rhea pun bisa tinggal lebih lama di rumahnya. Hal ini sama sekali tidak diketahui oleh Ani, karena Dini jelas sudah mengancam Rhea jika sampai mengadukan ke ibunya.

Rhea lalu meraih selimut, sudah pukul sembilan malam dan kondisi desa sudah sangat sepi. Ia sebenarnya sangat lapar, ia ingin makan makanan buatan Calvin. Padahal Ani selalu memberikannya makanan bergizi, namun setiap kali ingin makan, Dini selalu merebut lauknya dan menggantikannya dengan tahu atau tempe. Seumur-umur saja Rhea bahkan belum pernah memakannya. Rhea memaksakan diri untuk makan supaya bayinya tidak sampai kelaparan.

Namun malam ini ia benar-benar sangat kelaparan. Tubuhnya semakin panas, ia sudah minum obat penurun panas dan demamnya sempat turun sebentar, namun malam ini sepertinya ia demam lagi. Perut Rhea juga rasanya tidak nyaman. Rhea ingin pergi tapi mau pergi kemana?

Semua ini memang salahnya, ia anak kota, sejak kecil ia sudah terbiasa diasuh oleh pembantu, Rhea baru memulai hidup mandiri setelah Brianna ingin menjualnya ke tempat mucikari. Namun ternyata hidup mandiri tak semudah yang ia bayangkan.
Rhea sekarang benar-benar merasa sangat frustasi.

"Eeehhh... Malah enak-enakan tidur lagi, bangun kamu!" Dini tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar Rhea dan membuka selimutnya dengan paksa. Rhea yang terkejut bukan main pun segera bangkit dari tidurnya.

"Ada apa Din?" Tanya Rhea dengan suaranya yang serak.

"Buatin kopi sama mie rebus tuh buat temen-temen bapak!" Titah Dini.

"B-bi Ani kemana?" Tanya Rhea.

"Bi Ani Bi Ani, aku tuh nyuruh kamu bukan nyuruh ibuk. Buatin sana! Lagi bunting jangan males-malesan, udah dibilangin juga!"

"Tapi aku lagi nggak enak badan Din." Adu Rhea sambil memeluk dirinya sendiri yang merasa kedinginan.

"Jangan banyak alesan deh, kamu mau aku usir dari sini ha? Data diri nggak punya, aku laporin sama perangkat desa baru tau rasa kamu." Ancam Dini membuat Rhea langsung ciut.

"Atas dasar apa kamu mau laporin aku? Kan aku bukan orang jahat." Tutur Rhea dengan penuh keberanian yang masih tersisa.

"Masih nggak mau ngalah juga?" Dini mulai maju, kini bahkan ia mulai mencengkram rahang Rhea. "Aku bisa lebih sadis dari ini kalau kamu nggak mau nurut sama aku, atau... Kamu mau aku apa-apain anakmu?" Dini melirik perut Rhea, namun Rhea segera memeluk perutnya erat-erat. Ia lalu mengangguk dengan patuh menuruti perintah Dini, biar saja ia menuruti keinginan gadis itu asalkan gadis itu tidak macam-macam dengan kandungannya.
"Nah gitu dong! Jangan macem-macem sama aku." Dini menunjuk wajah Rhea, lalu setelah itu iapun pergi dari kamar Rhea begitu saja.

Rhea lalu menangis menumpahkan segala ketakutannya. Hal yang lebih menakutkan adalah jika terjadi sesuatu kepada calon anaknya. Rhea tak akan takut Dini mengambil seluruh harta bendanya, namun yang lebih menakutkan adalah Dini mengambil calon anaknya.

Married My DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang