06. HANYA JADI ALAT PEMILIH

60 45 11
                                    

THE DESTRUCTION OF A
MAFAZA

COPYRIGHT• Drstii
Hak cipta di lindungi oleh undang-udang.



SEBELUM MEMULAI, TEKAN VOTE TERLEBIH DAHULU, THANK YOU👋

AND
SELAMAT MEMBACA!!



"Non Aza, itu ada yang datang." cetus Santi seraya mendatangi Mafaza yang sedang bermain ponsel di kamarnya.

Mafaza menoleh, ia melepas headset di kedua telinganya.

"Siapa, Mbak?"

"Cowok, kayak biasa. Namanya yang inisial K-Kie... ah, gatau siapa, intinya temen baik Non Aza!"

Tanpa perlu dijelaskan lagi, Mafaza tahu kalau yang datang itu pasti Kiel. Maka dari itu, Mafaza beringsut dari kasur lalu mengintip jendela kamarnya.

Di bawah sana tepat di depan gerbang, ada motor hitam yang bertengger bersama pemiliknya yang tampak berdiri sambil bersedekap tapi sesekali menepuk-nepuk lengannya, pasti karena nyamuk.

"Dia nggak mau masuk, katanya mau nunggu di depan aja." ujar Santi lagi, Mafaza tersenyum tipis lalu mengangguk.

"Oke, Aza keluar dulu ya, Mbak."

Mafaza membawa ponselnya keluar dari kamar. Turun ke lantai bawah lalu bergegas menghampiri pintu. Baru sedetik pintu dibuka, ia sudah melihat Kiel dari celah gerbang yang dibuka lebar.

Mafaza jalan menghampiri cowok itu.

"Ngapain?" tanya Mafaza, Kiel lantas bergerak sama-sama menghampiri Mafaza.

"Lo sibuk?" Mafaza menggeleng

"Enggak,"

"Ikut gue mau?"

"Kemana?"

"Belanja."

Mafaza melirik ponselnya, memeriksa jam yang ternyata masih pukul delapan, tidak terlalu malam.

"Lama?"

"Bentar doang, mumpung gue lagi di luar jadi nggak sempet nyuruh orang rumah." Mafaza diam sebentar, sedikit ragu mengiakan ajakan Kiel.

"Nggak lama kok, serius." ucap Kiel lagi.

"Serius, kan, nggak lama?"

"Iya."

"Ya udah gue ambil jaket dulu," Saat Mafaza hendak beranjak pergi, Kiel menahan lengannya.

"Gue bawa jaket." papar Kiel. Cowok itu lantas kembali ke motor dan mengambil lipatan kain yang ada di atas tangki bensin motornya-yang ternyata sebuah jaket yang dilipat.

Kiel memberikan itu pada Mafaza dan menyuruhnya memakainya.

"Cuma jaket? Helm mana?"

"Udah nggak usah, deket kok tempat belanjanya," Baru memakai jaket yang Kiel berikan, Mafaza sudah dipaksa naik ke atas boncengan.

Sikap Kiel terlalu buru-buru seakan enggan membiarkan Mafaza bersiap diri.

"Peluk gue kalo dingin."

Mafaza tidak menjawab dan motor pun melaju.

Memang, jalanan yang motor itu lewati lengang tidak ada polisi, namun Mafaza heran karena Kiel yang tidak biasanya datang tanpa memakai helm, bahkan baju pun hanya kaus biasa.

MAFAZA (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang