"Ya tuhan, Li! Itu Kakak gueh kenapa sih? Posesif banget!!" Seru perempuan berdarah Spakor, Jennie, seraya menggebrak meja kantin. Beberapa siswa menoleh kearahnya
Lian mengedikkan bahunya sembari menatap lenganya yang merah.
"Hus.. Ni jangan kebawa emosi ni,, sini gue liat tangan lu" ucap Hana, yang anggota PMR, menganalisis tangan Lian dengan serius.
"Kenapa sih, lu masih pertahanin hubungan lu sama bang jeno?, gue sih ogah ya pertahanin cowok kasar-posesif-datar kayak dia" omel jennie.
"Dia cuma salah paham aja, Ni" jelas Lian.
"Ya, enggak harus nepis tangan lu juga kali?, besok apa, bikin lo pingsan?" Ucap Jennie
"Waktu MOS. Dia bikin lo hilang di hutan, terus dia minta lu buat LDR-an sama dia. Sekarang, pas dia udah balik ke sini malah sering marah-marah gak jelas sama lu. Maunya apa coba tuh cowok?" Gerutu Jennie
"Ya jelas lah Jeno kasar. Orang ceweknya kegenitan sama cowok lain!" Sindir Rina tiba tiba datang dari arah belakang
"Jadi cewek itu harusnya bisa jaga perasaan cowoknya. Apa perlu gw jagain cowok lu?" Ucap Rina.
"Ini lagi ikut-ikutan mulut cabe!" Sembur Jennie semakin emosi
"Ih, gue gak ngomong sama lu ya!" Balas Rina jutek membuat Jennie langsung berkacak pinggang.
"Udah, Ni!" Hana menarik bahu Jennie agar kembali duduk. "Ngausah di ladenin"
"Lagian, ngaada hujan nga ada geledek, tuh, cewek ikut campur urusan orang aja!" Umpat Jennie sambil melirik Rina yang terkekeh di meja belakang kantin sekolah bersama teman-temanya.
"Pokoknya, gue saranin lu gausah kontak bang Jeno duluan. Biar dia sadar sendiri apa salahnya!" Lanjut Jennie kepada Lian.
"Yaudah yuk balik ke kelas" ajak Jennie.
"Panas juga ya lama-lama, ada cabe-cabean soalnya!"
Jennie,Hana,dan Lian berdiri, meninggalkan meja kantin seraya menatap sinis Rina yang sedang duduk di belakangnya. Rina dan teman-temanya menoleh tidak suka ke arah Jennie.
-------------------
Lian membolak balik lembar demi lembar buku sejarahnya. Mulutnya terbuka lebar, matanya memandang malas buku yang berisi paragraf itu. Hana yang duduk di sampingnya tampak sibuk bercermin didepan cermin saku. Sedangkan jennie?, dia sedang ngerokok dekat jendela kelas.
"Oh ya, Li, emang kembaran bang Jeno Beneran mau sekolah di sini?" Tanya Hana tiba-tiba.
"Nga tau" jawab Lian. "Jeno belum cerita banyak tentang soal Jona. Yang gue tau, Jona udah siuman dari komanya." Lanjut Lian.
"Mudah mudahan yang ini enggak suka nepis nepis orang kali, ya. Jangan sampe deh, sifatnya sama kaya bang Jeno" Nyinyir Jennie.
"Hush. Jangan gitu jen!" Lian mendelik Jennie yang sedang menyesap sebatang nikotinnya.
"Lian di cariin tuh!" Panggil Bombom, ketua kelas X-IPS-B
Lian menoleh. "Siapa bom?"
Bombom tidak menjawab. Dia menunjuk ke arah pintu kelas dengan kedikan kepalanya.
Lian bergegas keluar dari kelasnya. Tapi tidak satupun yang tampak sedang mencarinya. Hanya beberapa murid dari kelasnya dan kelas sebelahnya yang sibuk mengobrol di depan kelas. Lalu, Lian menghampiri lapangan futsal dan tidak menemukan apa apa di sana.
"Si bombom kebiasaan, deh, ngerjain gue terus!" Gerutu Lian. Gadis itu membalikan badanya dan terkejut mendapati Jeno sudah berdiri di hadapannya.
"Minggir!" Sahut Lian kepada Jeno langsung. Jeno menatapnya tanpa ekspresi.
"Minggir, ih"
Jeno tetap mematung di hadapan Lian ."Minggir gak?"
"Lo siento" kata Jeno.
(Aku minta maaf)Lian mengerjapkan matanya beberapa kali, memandang bingung wajah Jeno. "Aku si ento?" Tanya lian.
Jeno tidak menjawab dan tatapannya masih sama, sementara Lian mengerucutkan bibir.
Muncul dengan tiba-tiba dan hanya mengatakan satu kalimat menggunakan bahasa asing membuat Lian semakin kesal kepada Jeno. Lian langsung menggerakkan kakinya untuk berjalan, tetapi lagi-lagi Jeno menghalangi langkahnya dengan membentangkan tangan. Kepala Lian nyaris terpentok otot lengan Jeno.
"Aku minta maaf" ucap Jeno pendek.
-----------------
To be continued!!
Seru ga ada bahasa Spanyolnya??
KAMU SEDANG MEMBACA
Te amo!! || nomin gs
Teen Fiction"Em, ayo putus, kita beda agama"- lianne. "Tapi aku sayang sama kamu.."-jeno. "Maaf dinding kita terlalu tinggi"- lianne. Kisah cinta lianne, yang berbeda agama. Kisah jeno dan Lianne penuh masalah, berlika liku bagaikan roller coaster. Book ini sep...