3

284 37 26
                                    

Ini adalah kali pertama Eva menyicipi teh setelah sekian lama. Biasanya ia lebih memilih untuk meminum kopi kesukaannya, caramel macchiato. Namun, rasa teh yang disajikan Ghost sangat cocok di lidahnya.

“Teh apa ini?” tanyanya.

“Cuma teh biasa, hanya menambahkan sedikit susu,” jawab Ghost.

Eva tersenyum, pantas saja ia sangat menyukainya. Dengan suara sorak-sorai para prajurit yang terdengar, cukup membuat suasana yang canggung terasa ramai.

Keduanya tidak memiliki niat untuk saling membuka topik, sebenarnya Eva tidak begitu suka dengan suasana seperti ini. Namun, untuk saat ini dia lebih memilih untuk menikmati teh buatan Ghost.

Di sisi lain, Ghost berusaha untuk mengunci mulutnya rapat-rapat dari menanyakan perihal kejadian yang dialami Eva beberapa jam yang lalu. Ia menduga gadis itu memiliki trauma yang cukup parah.

Sebagai seorang Lieutenant, mengetahui salah satu anggotanya baik-baik saja adalah suatu kewajiban. Namun, untuk kasus ini, Ghost memilih untuk menutup mulutnya karena hubungannya dengan Eva tidak diawali dengan cukup baik.

Lelaki bertopeng itu bangkit dari duduknya secara tiba-tiba. "Ini sudah cukup larut."

Eva langsung bergegas menghabiskan tehnya. Tangan kirinya langsung meraih tasnya dan bergegas mengikuti Ghost dari belakang. Mereka menghampiri Soap yang masih bersenang-senang, entah sudah berapa botol bir yang ia minum malam ini.

"Soap,” panggil Ghost sembari menepuk punggung lelaki berambut mohawk itu.

Lelaki itu menolehkan kepalanya, sebuah senyuman lebar menghiasi wajahnya yang sudah memerah itu ketika melihat Ghost dan Eva yang berdiri di belakangnya. “L.t… Eva…”

“Saatnya kembali ke markas.”

“Ck, ini masih terlalu pagi untuk pulang, L.t.”

“Misi kita belum sepenuhnya berakhir, Soap. Laswell bisa saja memerintahkan kita besok untuk melanjutkan pencarian.”

“Tunggu, biarkan aku menghabiskan satu botol lagi.”

Ghost langsung menahan tangan Soap untuk meraih botol bir yang berada tak jauh darinya. “That's enough.”

Tanpa melakukan perlawanan, Soap akhirnya berdiri dari tempat duduknya. Eva meneguk pelan salivanya setelah melihat tindakan yang dilakukan Ghost. Lelaki itu seperti ingin menghabisi nyawa seseorang.

“Kau bisa jalan, Soap?” tanya Eva khawatir.

“Ya… i'm good…”

Eva sedikit memprihatinkan kondisi Soap yang kesulitan menjaga keseimbangannya. Beberapa kali ia menarik lengan lelaki itu agar tetap berdiri dan tidak berakhir mencium lantai. Saat Eva memasukkan tas miliknya ke bagian belakang mobil, Soap langsung merebahkan badannya dengan tas Eva yang dijadikan sebagai bantal. 

“Biarkan saja dia tidur di sana,” ucap Ghost sembari menyalakan mesin mobil.

Dengan Soap yang tertidur di bagian belakang mobil, membuat Eva mau tidak mau duduk di samping Ghost. Ia menarik napas dan membuangnya secara perlahan sebelum akhirnya menutup pintu belakang mobil dan bergegas memasuki tempat duduk mobil satu-satunya yang tersisa.

15 menit pun berlalu begitu cepat, hingga saat ini hanya ada suara dengkuran milik Soap yang memeriahkan perjalanan mereka menuju markas. Sejujurnya lidah Eva sedikit gatal untuk memecahkan suasana canggung, tetapi aura mencekam Ghost membuat Eva ragu.

“Apa Soap selalu seperti itu?” Eva melirik ke arah Ghost, berharap lelaki itu membalas topik pembicaraannya.

Maybe. Aku baru bertemu dengannya sebelum misi,” jawab Ghost tanpa memalingkan pandangannya.

Under His Gaze - CODWMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang