5

247 25 13
                                    

Selama perjalanan menuju perdesaan yang menjadi tempat Hassan bersembunyi, tangan Eva masih digenggam erat oleh Ghost. Berkat bantuannya, perasaan perempuan itu mulai membaik. Namun, Eva memiliki perasaan aneh tentang Ghost yang tidak ingin melepas genggaman tangannya.

Seharusnya Ghost sudah sadar dengan perubahan tingkah laku perempuan itu. Eva mulai merespon beberapa penjelasan Alejandro ataupun bercengkrama dengan Soap mengenai hal-hal yang tidak begitu penting. Meskipun kedua tangan mereka tidak bersentuhan secara langsung, keduanya merasa nyaman.

"Bersiap, sebentar lagi kita sampai," ucap Alejandro dengan nada seriusnya.

Eva refleks menarik tangan kanannya dari tangan kiri milik Ghost. Dia tidak bermaksud untuk menyudahi kenyamanan itu secara kasar, tetapi misinya sudah berada di depan mata dan senjata AK117 yang sedari tadi tergeletak di dekat kakinya sudah terlihat tidak sabar untuk beraksi.

"Radio check?" tanya Alejandro.

Seluruh anggota TF-141 dan bawahan Alejandro satu persatu mengecek radionya. Setelah memarkir mobil dan menuruninya dengan cepat, Eva diam-diam menarik nafas cukup panjang dan membuangnya perlahan. Dia bisa melakukan misi ini tanpa kendala.

"Di mana mereka menyembunyikan Hassan?" tanya Soap yang sudah tidak sabar menangkap lelaki botak itu.

Alejandro menunjuk ke arah gerbang kayu tinggi yang berada tak jauh darinya. "Bangunan dua lantai berwarna putih."

"Let's get moving," perintah Ghost.

Alejandro, Eva, Soap, dan Rodolfo pun mengikuti Ghost yang sudah menodongkan senjatanya, berjalan ke arah gerbang kayu. Namun, sesuatu membuat pikiran Eva sedikit terusik. Sejak kapan Lieutenantnya itu memakai kacamata hitam? Dan apa kacamata itu tidak mengganggu jarak pandangnya? 

"Hei, Eva, ada apa?" Soap menyikutnya.

Perempuan itu menggeleng. "Nervous?"

Soap terkekeh, menurutnya sangat mustahil seorang Evangeline merasa gugup. "Kau bisa melakukannya. Latihanmu bahkan tidak mengecewakan," ucapnya.

Pintu gerbang dibuka lebar dan tidak ada satu orang pun yang terlihat menjaga area depan. Kali ini Eva berjalan di belakang bersama Soap, sedangkan Ghost dan Alejandro bergerak di depan dan Rodolfo yang berada di tengah.

"Clear, move."

Perkarangan rumah pertama tampak kosong dan memiliki tanda-tanda sudah ditinggalkan cukup lama. Pemandangan di area ini sangat indah. Jikalau bukan karena Hassan, Eva pasti akan menatap pemandangan lembah yang diselimuti kabut putih lebih lama lagi.

"Civilians?" tanya Soap.

"Pergi." Alejandro berjalan mendekati gerbang kedua. Gerbang hitam yang tidak sebesar sebelumnya dan terdengar suara obrolan musuh dari belakangnya. "Tempat ini diambil alih oleh cartel, sekarang menjadi tempat persembunyian."

Eva segera bergerak di dekat dinding bangunan, menjauh dari gerbang. Dia tidak ingin peluru musuh dengan mudah mengenainya. Teriakan bahasa spanish pun terdengar setelah Ghost membuka gerbang. Mereka semua sudah tahu dengan kedatangannya.

"Move," perintah Alejandro.

Satu orang berhasil ditumbangkan oleh Alejandro, lelaki itu dengan cepat mengabarkan rekan timnya untuk masuk dari arah yang berlawanan. Suara tembakan mulai memenuhi area, Eva berhasil menumbang dua orang musuh yang anehnya belum siap dengan kedatangan mereka.

"Reload," seru Eva sembari menyandarkan punggungnya di dinding rumah.

Ghost dan Soap segera mem-backup satu-satunya perempuan di tim. Keduanya bahkan tidak segan menembakkan peluru ke arah musuh yang mulai berdatangan.

Under His Gaze - CODWMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang