Selamat membaca...
.
.
Bukannya menjawab, Airene malah menyuruh Zavier untuk duduk di pinggiran ranjang.
Saat Zavier duduk, Airene dengan tiba tiba bersandar pada Zavier. Lalu berbisik,
"Jangan pergi. Airene gak suka di sini. Mau pulang."
"Adek mau kembali ke tempat itu dengan kondisi seperti ini?" tanya Zavier menangkup wajah Airene
"Ikut bang Zavi." Jawab lirih Airene
Entah kenapa. Saat bersama Zavier. Ia merasa ingin sekali bersuara. Ya, walau hanya Zavier dan ia saja yang bisa dengar.
"Adek mau ikut abang ke mansion opa." ucap Zavier, diangguki Airene
"Tapi adek masih harus dirawat."
"Gak mau di sini. Jangan rumah sakit." lirih Airene
"Kalo gitu, adek harus ngomong sendiri ke papa dan bang Gabi. Karna mereka yang udah ngerawat adek." ucap Zavier sambil menunjuk papa dan abangnya
Airene melihat arah tunjuk abangnya dan menatap kedua dokter tersebut. Kedua orang itu bingung karna ditatap dengan lamat oleh Airene.
"Pa, bang, mendekatlah." ucap Zavier
Papa Luc dan bang Gabriel pun mendekat. Saat sudah berada di jarak yang dekat dengan Airene. Mereka memperhatikan, tingkah laku Airene.
Saat Airene ingin mengetikkan sesuatu di ponselnya. Abangnya, Zavier lebih dulu mengambil ponselnya.
"Bicaralah dek. Di sini gak akan ada yang larang adek untuk bersuara." ucap Zavier dan dibalas gelengan oleh Airene
"Gak apa apa Er. Jangan memaksanya." ucap papa Luc
"Benar, kamu terlalu memaksanya. Itu bisa membuatnya tertekan." ucap Gabriel
"Ah maafkan aku. Abang minta maaf ya dek. Abang gak maksud buat maksa adek. Abang Cuma mau memperdengarkan suara indah adek, ke semuanya." ucap Zavier
Airene tidak merespon ucapan mereka. Karna sedari awal papa Luc bicara. Perhatian Airene tertuju padanya.
Siapa sebenarnya pria yang memiliki wajah yang mirip dengan ayahnya bahkan tanpa sadar ia menggumamkan kata itu,
"Ayah." ucapnya tanpa sadar
Mereka semua terkejut mendengar suara indah yang walau hanya terdengar singkat itu. Bahkan telinga mereka terasa seperti menggelitik.
Airene masih belum sadar dengan apa yang ia ucapkan barusan. Karna fokusnya masih pada papa Luc.
"Hai nak, nama papa Luccene Van Martinez. Papa adik kembar ayahmu." ucap papa Luc mengusap rambut Airene seraya tersenyum
"Ah, orang ini kembaran ayah. Lagi pula gak mungkin kalo ayah berlaku baik denganku. Bahkan sebelum kepergian kakak, ayah juga udah gak menyukaiku." batin Airene
"Hey, nak. Jangan melamun." ucap papa Luc seraya menepuk bahu Airene
Airene yang tersadar, segera menundukkan kepalanya. Dan bergumam lirih,
"Gak mau di sini. Mau pulang." lirih Airene
"Kamu ingin kembali ke rumah Luise dengan kondisimu yang seperti ini?" tanya papa Luc
Airene tidak menjawab, ia hanya menggeleng.
"Adek ingin ikut Zavi ke mansion."
"Zavi?" tanya Gabriel bingung
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis bisu itu, ternyata.[hiatus!]
Подростковая литератураCerita ini hanya tentang seorang gadis. Yang saat kecil bisa berbicara. Berubah jadi gadis pendiam, yang dijadikan pelampiasan emosi. Semua kesalahpahaman dimasa lalu, yang membuat ia dituduh menjadi tersangka. Sejak saat itu. Gadis itu berubah menj...