Bab 3

486 33 0
                                    

Selamat membaca...

.

.

Airene melepaskan pelukan nya dan menatap wajah pemuda di depan nya yang mengklaim diri nya sebagai adik. Ia bisa melihat lambang garis 3 pada ujung kerah baju nya.

Dan ia melihat name tag pemuda tersebut. Tertulis August Zavier Martinez. Tanpa sadar ia mengucapkannya.

Dan itu berhasil membuat ia bahkan pemuda itu pun menjadi terkejut. Pemuda itu terkejut mendengar suara indah milik Airene dan Airene terkejut karna tanpa sadar ia bersuara. Ia pun reflek menutup mulut nya.

"Coba ulangi."

Di balas gelengan oleh Airene.

"Abang mohon Airene."

"August Zavier Martinez" lirihnya

"Sekarang buka bajunya dek."

Di balas gelengan oleh Airene.

"Buka sendiri atau abang paksa."

Masih di balas gelengan oleh Airene.

Sebenarnya pas bagian ini, aku ngerasa kayak aneh gitu. Apaan tiba tiba, nyuruh buka baju padahal baru kenal.

Tapi juga namanya aura ditaktor, jadi gimana ya. Orang orang ngerasa harus menuruti ucapan nya.

Kayak, kalian ketemu orang yang auranya terasa mendominasi, saat bicara.

Lagi pula di sini, posisinya Airene bisa beladiri untuk melindungi diri nya sendiri, dan mereka juga berada di lingkungan sekolah.

Ya, semoga readers paham dan mengerti ya. Terima kasih..

"Abang hanya ingin mengobati adek, oke. Jadi menurut lah. Di balik tirai ini juga ada teman teman abang. Kalo abang macam macam, adek bisa teriak manggil mereka. Mereka akan langsung mukul abang."

"Yang ada, kita yang mati." gumam mereka berempat

Dengan ragu ia mengangguk. Dan mulai membuka pakaian nya. Saat kaos hitam yang ia kenakan juga akan ia lepas. Zavier memberikan handuk yang diberikan oleh teman nya tadi pada Airene.

"Tutup dada adek dengan itu." setelah mengatakan itu, Zavier menutup kedua matanya dan menunduk

Airene menerima dan menuruti ucapan Zavier. Setelah menutupi dadanya dengan handuk. Ia menyentuh tangan Zavier dan sedikit menggoyangkannya.

Dan saat Zavier kembali membuka mata nya. Saat itu ia melihat tubuh putih sang adik yang penuh dengan luka. Emosi dalam diri nya naik, dengan kuat ia menggenggam tangan nya. Ia mencoba untuk menahan amarah nya saat ini.

"Siapa yang melakukan ini semua?"

"..."

"Baiklah kalo adek gak mau bilang. Abang akan cari tau sendiri. Dan saat abang tau siapa pelaku nya. Akan abang bunuh mereka semua."

Airene membulatkan mata nya saat mendengar ucapan abang nya itu. Ia pun menggenggam salah satu tangan abang nya dan menggeleng.

"Kalau begitu beritahu."

"Keluarga Airene. Jadi, jangan bunuh mereka bang Zavi."

"Tadi kamu manggil abang apa?"

"Bang Zavi."

"Oke, tapi abang gak janji untuk gak balas mereka. Apa orang tua adek dari kalangan atas."

Diangguki oleh Airene.

Gadis bisu itu, ternyata.[hiatus!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang