12. Obat

4K 585 7
                                    

Kalau manusia memang harus realistis, maka Shen juga akan mengimplementasikan arti realistis dalam hidupnya.

Katakanlah dia anak yang menjijikkan.

Karena dia menjilat ludahnya sendiri setelah mengatakan risih atas perlakuan Jelen sekeluarga.

Atau hujat dia saat dia mengatakan kepada Leo bahwa dia tidak peduli dengan statusnya. Bahwa katanya dia tidak peduli kalau Shen terbukti anak bungsu Leo dan Saena.

Nyatanya Shen berharap.

Dia pernah diculik, kehilangan ingatan, dan ada bukti berupa foto ketika dia diculik kala itu. Menegaskan bahwa wajahnya saat itu memang mirip dengan wajah Sean yang Leo perlihatkan.

Shen berharap dia adalah putra bungsu kesayangan Zeynan yang hilang itu.

Shen berharap dia adalah Sean. Dia ingin merasakan arti keluarga.

Itu realistis yang Shen tanamkan pada dirinya sendiri. Meski jiwanya sudah mencapai dua puluh lima tahun di kehidupan pertama, Shen sejatinya sangat ingin bahagia.

Apa pun konsekuensi setelah mengubah jalan hidupnya, yang jelas Shen tidak sudi jika dia kembali di umur remaja hanya untuk mati lagi di beberapa tahun yang akan datang.

| 12. Obat |

Pertama, Shen mengerjap. Dia belum sadar bahwa seseorang tengah memeluknya erat--walau tidak menampik kenyataan: sebenarnya dia yang pertama kali memeluk...

Jelen?!

Kedua, Shen melotot.

Tepat di depan wajahnya, Jelen memejamkan matanya dengan damai. Sangat tenang.

Jelen insomnia. Dulu, obat satu-satunya adalah Sean. Setelah Sean dikabarkan meninggal, jam tidur Jelen makin berantakan. Dia bahkan bisa semalaman tidak bisa memejamkan matanya. Ketergantungan pada obat tidur membuat fisiknya melemah sehingga Leo sebagai satu-satunya anggota keluarga yang masih memperhatikan dirinya akhirnya menegur Jelen. Hanya Leo yang menyokongnya: Saena sibuk menekuni masa lalu, sedang Arai tak jauh beda karena kehilangan Sean.

Leo hebat.

Pria itu bisa mempertahankan kewarasan dan wibawanya sebagai ayah dan suami di saat patok hidupnya berantakan. Masa-masa saat kehilangan Sean adalah rentang waktu terburuk yang menghancurkan Jelen.

Tidak ada niatan untuk menggantikan posisi Sean.

Shen masuk ke dalam Zeynan dengan ruangnya sendiri.

Kini Jelen bisa tidur dengan nyenyak.

Baik Sean maupun Shen sama-sama prioritasnya.

Shen masih tampak linglung mendapati wajahnya berhadapan langsung dengan wajah Jelen, jaraknya masih wajar. Hanya saja tangan Jelen menjadi bantal untuk kepala Shen dan tangannya yang lain melingkari kepala Shen, berada di tengkuknya sehabis disuruh elus-elus.

Ketiga, Shen ingat kelakuannya.

Dia yang meminta Jelen untuk menemaninya. Dia juga menduselkan kepalanya di lengan Jelen.

Mau ngamuk, tapi Shen sadar dia yang memulai.

"Je," Shen membangunkan Jelen. Terlebih dulu dia menjauhkan tangan Jelen yang memegangi kepalanya.

NAVILLERA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang