Prolog

812 41 4
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Hai, apa kabar?
Semoga kalian sehat selalu dimanapun kalian berada ya.

Sebelumnya, aku mau ngucapin maaf beribu kali karena sudah lama hiatus. Beberapa kali update cerita, tapi berhenti. Maaf ya, karena kesehatan aku baru mulai enakan beberapa bulan kemarin mual parah jadi males mau ngapa-ngapain😅.

Dan aku mau bilang makasih karena masih ada yang bertahan untuk nunggu ceritaku. Makasih sekali yaa♥

Semoga dengan comeback cerita ini aku bisa produktif kembali.

Oh iya, nggak pernah bosan aku untuk mengingatkan jangan lupa vote dan komen biar aku semangat nulisnya hehe, biar nggak jadi silent readers yaaa.

Menurut kamu, PROLOG ini gimana?

Udah tahu ceritanya akan bagaimana?

Karakter Syafira akankah jadi karakter cewek tersakiti selanjutnya?😅

Tekan '❤' untuk kelanjutan ceritanya ya.

☔☔☔

Masa sekolah Syafira begitu menyenangkan karena ia menghabiskan waktu dengan sebaik mungkin. Giat belajar demi mempertahankan peringkat satu, bertanggung jawab sebagai Ketua OSIS, tak pernah absen les privat di rumah, dan malam hari selalu dia habiskan untuk mengaji. Syafira juga memiliki seorang teman sejak ia kecil. Namanya Jihan. Jihan sudah seperti keluarga baginya. Mereka sering bertukar cerita, bertukar bekal, menginap disaat hari libur. Syafira juga membagikan rahasianya pada Jihan.

Yaitu, tentang perasaannya pada Adimas yang sudah lama sekali dia pendam.

Ketika mendengar itu, Jihan turut senang karena menurutnya Adimas adalah sosok laki-laki yang baik dan juga cerdas. Menurut Jihan, orang sepintar Syafira sangat cocok bersanding dengan Adimas.

“Kenapa kamu nggak nembak Adimas aja, Sya?” tutur Jihan, tangannya bergerak mengambil remot TV di kamar Syafira. Mereka berdua memutuskan untuk menghabiskan libur semester terakhir di rumah Syafira. Kedua orang tua Syafira ikut senang karena Jihan selalu bermain di rumah menemani Syafira. Maklum, Syafira adalah anak tunggal, terkadang mungkin dia merasa kesepian di rumah.

“Ih nggak boleh tahu, Abi sama Umi juga udah wanti-wanti aku untuk nggak boleh pacaran,” jelas Syafira. Menutup buku PR liburan semesternya. Kemudian, duduk di samping Jihan.

“Bentar lagi kan lulus sekolah, emang kamu yakin bakal ketemu sama Adimas terus? Kalau nanti dia kuliah di luar kota gimana? Atau di luar negeri? Dengar-dengar, Adimas dapat beasiswa di Malaysia, 'kan?” Jihan menimpali, membuat Syafira merenung. Rupanya, kabar bahwa Adimas akan berkuliah di luar negeri memang mengganggu pikirannya.

“Tapi, aku nggak yakin Adimas suka juga sama aku atau enggak,” balas Syafira.

Jihan lantas memegang bahu Syafira. menatapnya lekat. “Kita nggak akan tahu kalau nggak tanya langsung ke orangnya. Besok senin, aku akan tanya ke Adimas langsung.”

“Eh, buat apa?”

“Biar ada kejelasan, dong! Katanya kamu suka?”

“Iya, sih. Tapi——”

“Udah, pokoknya serahin aja sama aku! Kamu diem aja.”

Dan benar saja, hari pertama masuk setelah liburan semester Adimas menemuinya di perpustakaan. Di jam istirahat, Syafira memang banyak menghabiskan waktu untuk membaca buku disana. Jihan sendiri lebih banyak di ruang eskul.

“Hai, Syafira,” sapa Adimas pertama kali.

Mereka berbeda kelas selama tiga tahun ini. Namun, Syafira sering melihat Adimas karena dia sering latihan Paskibra di lapangan. Adimas juga sering mewakili sekolah mengikuti lomba-lomba, tak jarang Adimas dan pasukannya memenangkan perlombaan. Piala-piala besar di lobi sekolah kebanyakan dari eskul Paskibra.

“Iya, hai,” balas Syafira, kikuk.

“Aku boleh duduk disini nggak? Kebetulan bangku yang lain penuh.”

“Iya, boleh.”

Hari itu mereka tidak banyak bicara. Adimas mendekati Syafira secara perlahan, takut membuat Syafira risih. Namun, lama kelamaan Adimas dibuat gemas oleh tingkah Syafira setiap harinya. Ia pun mulai menyukai Syafira. Jihan ikut mendukung kedekatan Adimas dan sahabatnya itu.

“Adimas,” panggil Syafira ketika mereka akan pergi dari perpustakaan. Ini hari terakhir mereka boleh mengunjungi perpustakaan. Tak terasa minggu depan sudah Ujian Nasional.

Waktu begitu cepat berlalu, rasanya baru kemarin Adimas menyapa Syafira di perpustakaan. Kini, mereka sudah sangat dekat. Sudah tahu makanan kesukaan masing-masing, hobi masing-masing.

“Kamu jadi kuliah di Malaysia?”

Adimas sudah memberitahukan Syafira kalau dia memang mendapat beasiswa. Namun, Syafira ingin mendengar jawabannya sekali lagi.

“Iya, kebetulan disana aku punya saudara. Kenapa, Sya?”

“Oh, enggak kok.”

Melihat raut wajah Syafira, Adimas tersenyum. “Kenapa, sih? Kangen, ya?”

“Siapa? Enggak ya!” ujar Syafira ketus, namun pipinya nampak memerah malu.

Seolah tahu kekhawatiran Syafira, Adimas pun berkata, “tenang aja, selesai kuliah aku akan kembali kok.”

“Kenapa?”

“Aku akan kerja disini.”

“Oh gitu.”

“Ada kamu disini.”

Langkah Syafira terhenti. Ia menoleh, menatap Adimas bingung. “Maksud kamu?”

“Karena ada kamu disini, jadi aku akan kembali kesini.”

“Memangnya kenapa?”

“Karena aku mencintai kamu, Sya. Jadi, kamu bakal nunggu aku kan?”

Air mata membasahi pipi Syafira, ternyata selama ini Adimas juga menyimpan rasa padanya. Syafira mengangguk cepat, “iya, aku akan nunggu kamu kembali, Adimas.”

☔☔☔


Happy weekend semua.
Cuaca emang udah masuk musim hujan yaaa, selalu hati-hati yaa.

Jangan lupa baca Al-Quran ❤❤

🖋Arthar Puspita
✨Tangerang, 26 November 2023

On Your Wedding DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang