Bab 13 : Patah Hati

246 27 2
                                    

Adakah aku di rindumu?

— Syafira Anindhita —

***

Syafira meyakini bahwa ia akan terbiasa tanpa Banyu di sisinya. Namun, itu merupukan sebuah hal yang sulit ketika dijalani. Hari-harinya terasa sepi padahal dia baru saja merasakan sebuah kehangatan dari sosok Abimanyu. Awalnya, Syafira sekali bersedih ketika mengingat semua yang ia lakukan di rumah ini hampir semuanya bersama sang suami. Ketika Banyu pergi, Syafira merasakan hampa.

Bunda Yumna sudah berusaha menghiburnya. Mengajak Syafira memasak bersama, arisan di rumah temannya, membeli barang-barang yang diperlukan, sampai pada akhirnya Syafira mulai bangkit dan menjalani harinya seperti bisa tanpa merasa dibebani dengan ketidakhadiran Banyu.

Syafira berpamitan untuk pergi ke Klinik, Bunda Yumna selalu mengantarnya sampai Syafira melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumah.

Pagi itu cerah, sudah seharusnya Syafira menjalani hari dengan semangat. Sesekali Syafira bersenandung, sampai akhirnya dia tiba di Klinik. Syafira memarkirkan motornya di parkiran khusus pegawai. Dia membalas sapaan siapa saja yang menyapa. Gadis itu tersenyum seolah tidak ada apa-apa yang terjadi.

Ia mengisi absen terlebih dulu, menaruh barang-barangnya di ruangan. Kemudian, Syafira berjaga di depan hingga waktunya ada pasien datang. Alangkah terkejutnya Syafira melihat Mega yang datang. Dia datang bersama dengan suaminya dan juga Kinan. Kinan langsung memeluknya, Syafira membalas pelukan anak itu. Dia juga merindukan Kinan. Terakhir mereka bertemu, mungkin saat Banyu berpamitan akan pergi ke Jogja.

Kemudian, Gustav mengajak Kinan untuk jajan terlebih dahulu. Kebetulan di samping Klinik, ada minimarket.

Mungkinkah Mega tengah mengandung?

Tapi, untuk apa dia datang jika bukan untuk periksa?

“Mbak Syafira, aku telat datang bulan seminggu. Baru kali ini deh telat. Aku belum tespack sih, bisa kan kalau langsung kesini aja?” Mega bertanya hati-hati. Sebab, jika benar dia hamil itu adalah anugerah. Selama ini, Mega memang tidak pernah KB setelah menikah dengan suaminya. Hubungan mereka semakin romantis sejak Kinan datang di tengah-tengah mereka.

“Bisa, aku bantu tes disini saja ya. Yuk ke ruangan dulu.”

Mega mengangguk. Ia mengikuti Syafira ke ruangan serba putih itu.

Syafira membuka etalase dan mengambil sebuah tespack. Juga sebuah wadah kecil untuk menyimpan urine.

“Coba buang air disini ya, taruh tespack-nya. Nanti bawa kesini lagi, biar saya yang periksa lebih lanjut,” ujar Syafira. Tak lupa dia memakai handscoon.

“Nggak usah malu, hal seperti ini udah biasa kami lakukan.” Syafira menatap Mega yang nampak malu-malu. Pasalnya, dulu ketika hamil Kinan dia menyadarinya saat usia kehamilan sudah delapan minggu. Saat itu, Kinan mual parah, pusing sepanjang hari sampai tidak nafsu makan.

Mega kembali. Menaruh wadah itu di atas meja. Syafira mengambilnya, menunggu beberapa saat hingga muncul garis samar di alat kehamilan tersebut. Meski samar, sudah ada tanda kehamilan di rahim Mega. Syafira mengucapkan selamat. Mega tak percaya, ia membendung air matanya dan tidak sabar ingin memberitahukan kabar bahagia ini pada suaminya.

On Your Wedding DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang