1.

340 33 15
                                    

❤️❤️❤️❤️❤️❤️

"CICAK!" teriakan itu terdengar dari luar kelas XI Ipa 2.

"Yaelah mau apa lagi sih tu bocil, kerjaannya gangguin gue mulu. Susah emang jadi orang ganteng." Dumel cowok dengan wajah tengil yang merasa bahwa panggilan itu di tujukan padanya. Dia kembali menyalin tugas dari buku teman kelasnya yang paling pintar dan bisa di andalkan.

"HEH! CICAK!" bentaknya lagi yang sudah sampai di depan meja Cakka yang tampaknya pura-pura tidak mendengar.

"WOY PLAYBOY CAP CICAK!"

"APA? NGGAK USAH TERIAK-TERIAK GUE NGGAK BUDEK ANJIR!"

"Lo juga teriak, nyet!" Sahut Rio yang merasa konsentrasinya terganggu. Konsentrasi untuk tidur di saat jamkos seperti ini.

Cakka menoleh menatap remeh pada Rio yang kembali menyenderkan kepalanya di bahu Alvin. Keadaan kelas memang hanya mereka saja, karena sebagian besar teman kelasnya memilih ke kantin atau mencari tempat yang nyaman untuk pacaran. Tidak boleh di contoh!

"Halah mentang-mentang ceweknya aja di belain gitu bilang nggak suka," katanya berdecih. Ify cengengesan karena merasa di bela.

"Nyengir lagi lo! Apaan dah? Kalau mau caper langsung aja ke orangnya. Ngapain pake manggil-manggil gue segala." Cakka beralih pada sosok Ify yang tadi memanggilnya. Gadis berambut panjang yang di kuncir kuda itu tersenyum kecil menatap Cakka.

"Ih kan gue mau nanya sesuatu, ngapa sih lo jadi sensi gini. Pms?"

"Iya! Makanya jangan ganggu gue dulu dah sana!" usir Cakka mendorong bahu Ify agar menyingkir dari hadapannya.

"Ih jangan dorong-dorong gitu dong! Iel, Cicak nih!" Adunya.

"Kka." Suara bernada peringatan itu membuat Cakka langsung tersenyum masam. Dia mengurungkan niatnya untuk duduk kemudian mengusap bahu Ify lembut. Jika Gabriel sudah bersuara, Cakka tidak mungkin berani melawan.

"Abang ngerjain tugas dulu ya adek manis. Kalau mau ganggu, ganggu aja noh cowok lo. Ada Apin juga lagi nganggur tuh." Kata Cakka berusaha semanis mungkin berbicara.

"Nggak usah sok manis. Tai lu!"

"Anying!" Sembur Cakka jengkel.

Ify tersenyum menang lalu menjulurkan lidahnya. "Lagian lo sok sibuk sih. Mana ngerjain tugasnya juga nyontek punya Gabriel."

"Ya masih mending gue ngerjain. Nyontek-nyontek gini tuh butuh usaha tahu."

"Usaha nyontek kok bangga."

"Haruslah! Kita tuh harus bangga sama diri sendiri."

Ify berdecak sinis, "Lo tuh bego! Apanya yang di banggain?"

Sadis! Cakka langsung kicep karena hatinya cukup sakit mendengar hinaan itu. Tepat di depan wajahnya.

"Bilang aja males mikir, otak spek udang nggak usah sok-sok an makanya."

"Tai lu Fy!" Sembur Cakka. Ify tertawa lalu mengusap kasar rambut cowok itu.

Tawa Alvin pun menggema. "Emang sekali-sekali lo perlu di gituin biar nggak males ngerjain PR, Cak!" Serunya yang sejak tadi fokus main game tapi masih bisa mendengar perdebatan tak penting di kelasnya.

"Kagak ngaca banget lo jadi orang. Tadi yang nyontek kan lo duluan elah!" Seru Cakka tak terima.

"Ya emang kenapa? Kan yang lagi di bahas lo bukan gue. Ya nggak, Fy?" Balas Alvin seraya mengarahkan tangan kanannya pada Ify lalu untuk bertos-ria.

Cakka berdecak jengkel. Lalu menendang kaki Rio agar cowok itu bangun. "Yo, buru bangun! Urusin dah ni cewek lo! Lagi galau kayaknya dia karena tahu lo udah jadian sama Luna."

Tentang Kita (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang