Begitu bell istirahat pertama berbunyi, Shilla langsung heboh menarik tangan Ify untuk segera pergi ke kantin agar bisa mendapatkan tempat. Sementara itu Sivia dan Agni melangkah santai mengikuti dua gadis super aktif itu.
"Udah lo pada duduk aja, mau apa? Gue pesenin sekalian."
"Gue mau soto aja, deh. Sama es jeruk." Jawab Ify cepat lalu mengambil cermin di saku kemeja. Ify ingi memeriksa liptinnya masih stay atau sudah hilang.
"Gue samain aja." Sivia sampai dan langsung duduk di samping Ify.
"Gue temenin lo aja." Agni mengurungkan niatnya untuk duduk. Tapi Shilla menekan bahu sahabatnya itu agar duduk saja.
"Nggak. Lo di sini aja. Biar gue sama si Cicak. Bentar lagi juga tuh anak nyampe.
"Ya udah, samain aja kalau gitu." Kata Agni pasrah saja. Dia memang anaknya tidak suka berdebat. Lebih tepatnya malas untuk banyak bicara.
"Oke, tunggu bentar."
Shilla lantas mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin yang perlahan mulai ramai. Suasana juga mulai sangat berisik. Dan dari matanya, Shilla menemukan tiga sosok pemuda yang sejak kelas sepuluh sudah menjadi sahabatnya.
"WOY CICAK! SINI!"
Merasa terpanggil, Cakka mendengus lalu menepuk bahu Gabriel dan Alvin untuk menuju tempat Shilla, Ify, Sivia dan Agni berada. Ketiganya melangkah santai mengampiri Shilla dan yang lain. Mereka juga secara otomatis menjadi pusat perhatian anak-anak. Jangan salah, Cakka, Gabriel dan Alvin memang cukup lumayan terkenal di sekolah ini.
Terutama Rio, yang menjabat sebagai ketua Osis. Cakka si ketua basket, Alvin vokalis band sekolah, dan Gabriel murid pintar yang tidak pernah absen menjadi peringkat satu tanpa absen. Jadi, tidak ada anak di sekolah yang tidak tahu siapa mereka. Bahkan ingin mengenal atau menjadi teman mereka. Tapi meskipun begitu, mereka tetap merasa bahwa mereka hanya pelajar biasa seperti yang lain. Tidak ada istilah punya fans atau apapun itu. Terbukti dengan sikap mereka yang welcome untuk berteman dengan siapa saja.
"Bisa nggak sih kalau tereak jangan panggil gue cicak. Ngerusak reputasi gue sebagai cowok ganteng aja lo." Protes Cakka begitu sampai. Alvin langsung sigap duduk di samping kanan Sivia.
"Hai, yang." Sapa Alvin mencolek pipi tembem Sivia. Membuat gadis itu tersenyum geli lalu memukul bahu cowok itu pelan.
Gabriel di samping kanan Agni. Tak ada sapaan atau percakapan karena keduanya sama-sama pendiam.
"Ganteng pala lo ganteng! Udah jangan bawel. Lo ikut gue ayo buat pesen." Shilla langsung menarik tangan Cakka. Membuat cowok itu mendelik sesaat kemudian pasrah saja.
"Buruan elah!" Shilla menarik kuat tangan Cakka karena cowok itu tak mengikuti langkah cepatnya.
"Sabar dong sayang," seru Cakka tersenyum genit.
"Najis banget sumpah ekspresi lo!" Sewot Shilla.
Senyum Cakka pudar dan wajahnya berubah jadi datar. Tapi sedetik kemudian mendelik karena Shilla menariknya lagi. "Pelan-pelan Shilla woi mau jatuh nih gue-"
"Bodo amat!"
"Nafsu amat lo sama gue buset."
"Diiih! Lelet bawel!"
Dan perdebatan keduanya mulai terendam karena posisi mereka yang semakin menjauh. Di tambah juga dengan kondisi kantin yang mulai ramai. Gabriel larut dalam game di ponselnya, Ify terlihat bingung mengamati sekitar, Agni larut dengan novel yang dari malam ia baca. Sementara Alvin dan Sivia asik pacaran berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita (New Version)
Teen FictionIfy menyukai Rio, tapi Rio tidak. Meskipun begitu, Rio selalu berusaha ada untuk Ify. Membuat Ify berharap tapi sadar bahwa Rio sedikitpun tidak memberinya harapan.