Bab 2. Semakin Lama, Semakin Menjadi

6 0 0
                                    

Hari demi hari, Damian semakin menyebalkan. Hari ini aku ada ujian kimia tentang hidrokarbon. Untungnya, aku dapat menjawab semua pertanyaan dengan lancar . Tapi, Damian berisik sekali dia selalu menanyakanku jawaban. "Bisa diem ga sih?," gumamku. Damian mulai semakin berisik, aku sudah tidak peduli. Aku hanya berharap bisa lulus secepat-cepatnya dan pergi ke Universitas favoritku tanpa ada dia lagi. Dia adalah mimpi burukku, mimpi buruk yang setiap hari aku mimpikan.

Kali ini, buku catatanku yang hilang. Aku mendatangi bajingan itu dan memukul mejanya dengan keras, dia terkejut dan susu yang sedang diminumnya muncrat ke mukanya. "Mana buku gua?," tanyaku yang sangat kesal. "Bukan gua sumpah," ucap Damian. "Jangan boong lu," aku semakin kesal dan melempar meja itu. Amarahku sudah bagaikan api yang membara, inginku lempar juga kursinya. "APAAN SIH!," bajingan itu menyiramku dengan air. "KAN LU DULUAN YA" aku menyiramnya balik kali ini dengan air minumku.

"Berantem, berantem,berantem" teriakan kelas memanaskan situasi, kelas menjadi heboh. Aku dan Damian menjambak, memukul, menendang, seperti melakukan pencak silat namun ini sangat brutal. Aku mimisan, Damian ada luka. Kita berdua dipanggil ke counseling room. "Jadi, kenapa kalian berantem?," tanya guru itu. "Dia yang mulai bu, buku aku dicuri sama dia," keluhku. "Saya sudah bilang ke dia, bukan saya yang ngambil," balasnya yang tidak mau kalah. Tiba-tiba, seorang murid bernama Gia mengetuk pintu ruangan itu. "Bu, saya menemukan buku catatan Aira di tas Damian". Apa yang aku bilang? Pasti ada di dia. "Oke, terimakasih Gia," ucap guruku. "Aira, kamu boleh balik ke kelas, Damian ikut saya ke kepala sekolah," ujar guru itu. Oh, lega sekali...aku tidak terlibat dalam masalah itu lagi dan tidak akan kena surat peringatan.

Damian melewati ku dan membuat wajah aneh untuk mengejekkku. Aneh sekali anak itu, kuharap dia pindah Sekolah. Aku lalu bertemu dengan Poppy di kantin. "Ra, gua mau confess ke Damian di lapangan," ujar sahabatku yang mendadak sekali. "HAH?" "Ssst! diem dulu" dia menutupi mulutku dan menyuruhku duduk. "Aku udah pernah ngobrol sama dia," ujarnya sambil menyeruput mie nya. Aku terdiam, aku hanya menyeruput kuah mie yang hangat untuk menenangkan diriku. "Okey, fine, gua bantuin". Saat aku sedang merencanakan pernyataan cinta Poppy, aku melihat seorang laki-laki tampan yang ternyata adalah Lance Stamos. Dia tampan sekali, maksudku tidak ada cowok yang tampan dan tidak gila adalah teman-temanku tapi Lance beda cerita. Dia banyak sekali penggemarnya, aku ingin sekali berpacaran dengannya. "Ciee, suka lu sama Stamos?," tanya Poppy sambil memukul bahuku dan tertawa. "E-engga kok". Aku mengaku, aku terlalu untuk mengakuinya.

Damian lalu muncul di hadapanku. "Lu selamat, untung hidung lu ga bengkok," ucap nya tiba-tiba. "Apaan sih! Lagian iseng," ujarku yang lalu pergi meninggalkannya. Poppy tetap duduk di kantin walau makanannya sudah habis. Dia menatapi Damian, seperti bajingan itu adalah cinta matinya. Aku dipanggil guru untuk mengikuti lomba. Aku setuju untuk mengikuti lombanya, kita berdiskusi selama 1 jam dan melakukan simulasi. "Baiklah, sejauh ini kalian hebat, semoga kalian bisa menang". Aku senang mendengar kata-kata itu, aku lanjut belajar di rumah agar aku bisa menjalani lomba itu dengan lancar.

Saat aku mengunjungi rumah Poppy, aku melihat Damian yang sedang bermain dengan Poppy. " bentar, lu ngapain disini" "harusnya gua yang nanya". Kita berdua sangat shock dan speechless. Why is that bitch here? Aku tidak bisa berkata-kata. "Tenang, Aira, Lance ada diatas" "AIRA SUKA SAMA LANCE? JIAKH" ledek Damian. Aku semakin kesal, aku mengabaikannya dan berlari ke atas untuk bertemu dengan Lance. Saat aku mengetuk pintu kamar tempat biasa saat aku dan Poppy sedang bermain. Aku melihat Lance tertidur di ranjang Poppy. Aku melihat wajah Lance yang sangat tampan, aku ingin menyentuh wajahnya yang mulus itu namun, aku takut dia tidak nyaman. Aku hanya mengamati wajahnya itu, lalu mata dia terbuka. Aku terkejut, dia terbangun dari tidurnya. "Hai, Aira," sapanya sambil mengusap-usap matanya. "Hai, L-Lance". Akward silence between us for a momet. Aku tidak tahu ingin mengobrol tentang apa. Jadi, aku hanya terdiam.

Lance mengajakku mengobrol. "Eumm, Aira, lu udah ngerjain fisika belum?". Suaranya yang deep membuatku semakin jatuh cinta dengannya, aku terdiam saking kagumnya aku dengan ketampanannya itu. Ingin sekali ku menjadi kekasihnya namun, aku tahu dia bukanlah kekasihku. Tapi, semoga saja dia adalah jodohku. "Halo? Ra?" "OH- iya, eum udah, kamu?". Aku sedikit panik disitu. "Sama" jawabnya. "Kamu suka musik apa?". Aku tidak tahu kenapa pertanyaan random itu muncul dari mulutku. "Aku suka Queen," jawabnya. Woah baby! Dia memiliki selera musik yang mirip denganku. "Siapa member favorit mu?" "Brian May," ucap kita bersamaan. "Hei, sepertinya kita memiliki banyak kesamaan," ucapku. "film favorit?," tanya Lance. "Full House," kita mengucap nya bersamaan lagi. "Karakter favorit?" "Stephanie Tanner". Kita benar-benar memiliki pikiran yang mirip.

Sebentar lagi sudah mau jam aku pulang. Aku pamit ke Lance.Saat aku ingin keluar dari kamar, Lance menarik tanganku. "Aku boleh minta nomor kamu ga?". Aku tidak menyangka mataku bersinar. "Ya, boleh banget". Kita saling menukar nomor handphone. Senang sekali diriku ini, aku berlari balik ke rumahku. Poppy tampak kebingungan saat aku berlari dengan senang. Poppy merasa tidak senang, dia merasa takut. Tapi, aku tidak peduli. Semalaman, aku mengobrol dengannya. He's so cute! Semoga suatu hari aku bisa menjadi kekasihnya.

Bab 3. Coming Soon...

Psycho's LoveWhere stories live. Discover now