Bab 4. My Death

8 1 0
                                    


I was minding my own business, lalu segerombolan perempuan datang. Mereka menarikku ke suatu tempat. Tempat itu adalah toilet. Mereka mendorongku sampai aku terjatuh. Aku dipukul, ditendang, dan dilakukan berbagai kekerasan. "Kenapa kalian seperti ini?," tanyaku dengan bibir yang sudah mengeluarkan darah. "Lu jauhin Lance, kalo enggak kita gebukin lagi". Of course, aku sangat kesal. "Kenapa memang kalo aku deketin Lance, ngerugiin lu emang nya?," tanyaku yang duduk dalam keadaan lemah. "Ohoho, si Culun berani banget, mau ngerasain lagi?," ujarnya yang sudah mempersiapkan tangannya untuk memukul lagi. Seseorang muncul untuk menghentikan rombongan perempuan itu. Ternyata itu adalah, Damian? Bukannya dia benci sama gue? Wow, eum itu sangat tidak terduga.

Damian menarikku keluar dan cewek-cewek itu, they look so pissed out. Damian membelikanku es krim favoritku, aku tidak tahu bagaimana dia mengetahui nya. Mungkin instingnya. Kita duduk di bangku Taman. Kita sedikit canggung. "Jadi, tadi kenapa tuh cewek-cewek?," tanya Damian sambil menyentuh lebam di wajahku. "Eum, karena gua confess ke Lance". Aku lanjut memakan es krim. "Oh, ga heran," ujarnya sambil mengobati lukaku. Aku merasakan arti cinta sebenarnya. Tunggu, apakah aku gila? Kenapa aku jatuh cinta dengan bajingan ini?

udahlah, aku ingin mencari alasan untuk pergi dari Taman ini. "Gua pulang dulu ya, ada les soalnya, makasih by the way udah nyelametin gua". Aku bangkit dari bangku itu dan berjalan cepat menuju exit taman itu. Damian terlihat sedikit kecewa namun, dia membiarkan ku pergi. Dia hanya melambaikan tangannya. Aku merasakan sesuatu yang aneh. Seperti hal buruk akan terjadi kepadaku. Aku cuma bisa diam karena ayah dan ibuku sudah meninggal dan aku tinggal di Panti Asuhan. Sebentar lagi, aku akan di usir dari Panti Asuhan itu. Aku akan berjuang sendiri.

Aku sedang berjalan di lorong sempit menuju Panti Asuhan. Aku mendengar suara aneh, angin semakin kencang aku tidak menggunakan jaket. Aku kedinginan. Aku seketika tidak sadar karena ada orang yang menggendong ku dan aku di lempar ke dalam bagasi truk. Aku melihat mata merah yang menyala lalu menyuntik badanku dengan obat bius. Aku tidak tahu obat bius apa itu. Hanya memori itu yang aku ingat. Saat aku sadar, aku terbangun dalam keadaan mulut yang ditutupi lakban, badan yang diikat dengan tali, dan mata yang ditutupi kain. Aku merasa ada di sebuah cottage kecil yang sudah lama tidak di tempati. Tempat itu sangat bau. Seseorang membuka lakban yang ada di mulutku dan kain yang menutupi mataku. Aku melihat seseorang menggunakan hoodie berwarna hitam. Orang itu lalu melepaskan hoodie-nya dan ternyata orang itu adalah Poppy? Dia memutuskan tali yang mengikati badanku itu. Poppy keluar dan senyum dengan kesan yang jahat. Aku berlari agar sempat keluar. "Poppy, Poppy, JANGAN WOI! POPPY LESMANA VIDA!," teriakku yang dalam keadaan panik. Tempat itu gelap sekali dan bau. Aku terkunci di dalam cottage kecil itu. Aku kelaparan dan kehausan.

Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku terjebak disitu hanya menunggu dan menunggu sampai ada mukjizat yang terjadi. Setiap hari, aku berdoa di dalam cottage itu untuk meminta bantuan. Aku tidak tahu siapa yang akan mencariku. Sepertinya, aku akan menyusul Ibu dan Ayahku. Saat aku sedang berdoa, ada yang membuka pintu cottage itu. Aku sangat senang, aku bisa keluar. Aku bisa melihat cahaya matahari yang bersinar terang. Orang itu menggunakan jubah hitam dan masker hitam dan baju yang serba hitam.

Saat aku memeluk kaki salah orang itu, dia menendangku. Dia menampar wajahku. Dia melakukan kekerasan kepadaku sampai badanku penuh dengan lebam dan darah. "Cu...kup...". Aku sudah dalam keadaan letih, lesu, lemah. Aku kesakitan, aku mengeluarkan darah dari mulutku. Lalu, orang berjubah hitam itu mengeluarkan benda tajam. "Apa itu?," tanyaku yang pemandangannya sudah tidak jelas. Orang itu menusukku dengan benda tajam itu di perutku berkali-kali dan akhirnya aku meninggal. Aku tidak mengikuti ujian karena diriku terkunci dalam tempat itu selama seminggu. Tepat sehari setelah ujian selesai, aku meninggal pada 15 Mei 2019.

Saat aku meninggal, aku melihat tempat yang berbunga. Indah sekali tempat itu, aku melihat 2 orang seorang laki-laki dan perempuan. Saat aku mendekati mereka ternyata mereka adalah Ayah dan Ibuku. "Ayah? Ibu?".  Aku memeluk mereka saking rindunya. "Kenapa kamu ada disini nak?," tanya ibuku yang memelukku dengan erat. Aku melihat di bawahku, aku melihat orang-orang yang sedang mencariku. Aku sangat bingung apa yang terjadi pertama kali aku mendarat di Surga. Aku melihat Gia yang sedang mencariku lalu, Gia menemukan mayatku. "PAKK AKU MELIHATNYA DISINI!," teriaknya yang agak takut. "Apakah dia mati?," tanya Damian. "Ya iyalah, kau lihat baju nya yang sudah robek itu dia juga tidak bernafas," ujarnya yang sedikit panik. Aku ingin sekali menemukan siapa pembunuh diriku. Orangtua ku bilang dari sini, aku bisa memberi kode lewat barang-barang kesayangan mereka. I am going to hunt you!

Psycho's LoveWhere stories live. Discover now