Bab 5. Damian, kau bisa melihatku?

1 0 0
                                    


Aku di Surga, aku tenang bersama keluargaku. Tapi, kalau aku melihat ke Bumi tempat itu sangat menakutkan dan tidak membuatku tenang. Namun, aku sangat penasaran dengan keadaan di Bumi sekarang. Aku bisa teleportasi dari Surga ke Bumi namun, aku tidak akan terlihat. Aku tetap bisa merasuki badan orang. Aku ingin coba merasuki salah satu temanku itu, Poppy. Aku merasuki pengkhianat itu. Dia terjatuh pingsan. "Halo s-semua," suaraku yang bunyinya seperti desahan keluar dari mulut Poppy. "A-Aira?," Damian mendengar suaraku. "Siapa yang membu-bunuh k-ku?," suaraku yang agak sulit untuk didengar terdengar oleh Damian. Tiba-tiba, arwah ku keluar dari tubuh Poppy. Aku mencoba untuk merasukinya lagi tapi tidak bisa karena saat aku ingin merasukinya sepertinya ada yang menghalangiku tapi tak terlihat sepertinya invisible.

Bagaimana ini? Apakah akan bisa? Oh, aku baru ingat. Durasi untuk aku merasuki hanya 2 menit. Tapi, tidak ada larangan untuk memasuki tubuh orang lain jadi, aku merasuki tubuh Lance. "Rambut kuning dan merah terlihat dari jubah hitam". Aku keluar lagi dari tubuh Lance. Bagaimana caranya agar aku bisa lama di dalam tubuh itu? Aku saja tidak tahu.

Aku mengelilingi Taman waktu Damian dan aku sedang bersama. Aku melihat Damian yang sedang duduk sendirian. Aku duduk di sebelahnya. Dia menengok ke arahku. "Hai, Aira," sapa Damian. Aku tentunya terkejut. Kok dia bisa melihatku? Bukankah aku sudah menjadi hantu? "Hai Dam," sapaku. Dia menyodorkan es krim ke tanganku. "Makanlah, es krim ini enak," ujarnya sambil menjilat es krim miliknya. "Kok, lu bisa ngelihat gue?," tanyaku yang sedikit curiga. "Aku bisa melihat orang yang meninggal" jawabnya sambil menggigit es krim nya itu. Aku melihat wajahnya, sepertinya dia memang tampan namun, aku tidak ingin melupakan apa yang terjadi di masa lalu. "Maaf kalo gue iseng selama ini, sebenarnya gua caper doang sih," ujarnya tiba-tiba. "Oh, tidak apa-apa". Aku sepertinya suka dengan nya. Aku tidak ingin membuang-buang waktu untuk menyatakan cintaku. "Dam, gua suka sama lu". Aku bangkit dari bangku taman itu dan berjala cepat menuju exit. Kali ini berbeda, dia menarik tanganku dan bibir kita saling bersentuhan. Aku memikirkan itu, apakah bisa manusia dan hantu menjalani hubungan?

"Lu mau ke taman hiburan? Gua harus bayar satu tiket doang karena lu hantu dan ga bakal keliatan" ujarnya dengan senyuman yang manis. Aku mengangguk. Kita ke taman hiburan. Aku ingin menaiki banyak sekali wahana. Aku memakan gulali entah bagaimana aku bisa mencerna itu. Aku bersenang-senang dengan Damian. Kita menaikki bianglala, kita berbicara tentang sehari-hari kita di Dunia yang berbeda. "Udah ketemu belom pelakunya?," tanyaku yang membuat dirinya meneguk ludahnya sendiri. "Belum". Damian menundukkan kepalanya dengan penuh rasa bersalah. "Oh, akan aku temani, walau aku hantu aku bisa melihatmu dari Surga bahkan teleportasi ke sini". Aku memeluk dirinya itu. Dia meneteskan air matanya.

"Aku akan berusaha menemukan bajiingan itu!," ujar Damian dengan nada yang sedikit keras. Wahana itu selesai, aku ikut ke rumah nya. Aku melihat rumahnya sangat besar. Aku juga melihat ayah dan ibunya. Rupanya, Ayah dan Ibunya juga bisa melihatku. Mereka sangat baik, aku nyaman di tempat itu. Damian rupanya juga bisa teleportasi ke Surga. "Ini siapa?," tanya Ayah Damian, Rein. "Ini pacarku ayah". Bisakah dia langsung memperkenalkan ku seperti itu? Jika ayahnya langsung merestukan aku dengan nya aku sangat terkejut. "Oke, asal cewek itu cinta dengan mu nak aku restui" jawab Om Rein. "Cantik sekali pacarmu, sini duduk nak". Yang tadi bilang itu Ibu Damian, Tante Tou. Ibu Damian sangat cantik, kulitnya mulus sekali seperti tidak ada pori-porinya. Aku ingin sekali wajahnya seperti Tante Tou.

Aku mengelilingi rumahnya yang besar itu, kalian tidak tahu seberapa besar rumah itu. Aku makan bersama keluarga mereka. Aku lalu bertemu dengan adik Damian, Ling. Dia mirip sekali dengan Ibunya. "Hai adik kecil," sapaku yang gemas sekali dengan tingkah laku dan wajahnya itu. Aku ingin sekali adik perempuan tapi aku adalah anak tunggal. "Hai cici, aku Ling," gadis kecil itu memelukku. Aku berinteraksi nya selama beberapa menit dan lanjut makan. Saat keluarga  Damian sedang makan bersamaku Ling menangis. "Ling, kamu kenapa?," tanyaku sambil menggendongnya ke sofa. "Kaki ku sakit," ujarnya sambil merengek. Aku melihat darah di kakinya aku bertanya kepada Tante Tou. "Apakah ada obat luka?" "Ada". Tante Tou bergegas mengambil obat itu. Aku mengoleskan obat itu pelan-pelan. "Kalau sakit peluk saja boneka ku ini," ujarku sambil menyodorkan boneka ke tangannya. "Sudah selesai, tidak sakit kan?" "Enggak, karena cici yang olesin," ujar Ling sambil memelukku. Satu keluarganya itu bisa melihat orang meninggal. Aku dan Damian tertawa saat sedang mengobrol lalu Tante Tou menanyakan sesuatu. "Jadi, bagaimana kau bisa meninggal?"

Bab 6. Coming Soon

Psycho's LoveWhere stories live. Discover now