Bab 7. Pasukan Om Rein

0 0 0
                                    

Om Rein sedang mendiskusikan sesuatu dengan Damian tapi aku tidak tahu tentang apa. Mungkin tentang sesuatu yang personal jadi aku tidak terlalu memikirkannya. Tiba-tiba Om Rein menelfon teman-temannya untuk berkumpul di Rumahnya. Aku dan Ling bermain di kamar. Tiba-tiba, ada orang yang mengetuk pintu. Ternyata itu hanya Damian, dia menghampiriku yang sedang bermain dengan Ling. "Setelah kau selesai bermain, kau harus berbincang denganku sebentar," ujar Damian yang lalu meninggalkan kamar. Aku merasa sepertinya ini hal yang serius. "Long, aku ngomong dulu sama kakakmu ya," ujarku kepada Ling yang sedang bermain kuda poni. Dia menganggukkan kepalanya. Aku bangkit berdiri dari lantai dan keluar dari kamar. "Jadi, kenapa?," tanyaku sambil menatap wajah dunia. "eum, ayahku ingin bertemu dengan beberapa orang ayo ikut aku," ujar Damian yang lalu menarik tanganku.

Aku melihat sekitar 5 orang disitu. Ternyata orang-orang itu adalah teman Om Rein. "Aira, mereka akan membantumu mencari pelaku yang membunuhmu," ujar Om Rein. "Tunggu, aku punya pertanyaan". Aku ingin bertanya apakah aku bisa menjadi manusia lagi? Jika iya bagaimana? "Apakah aku bisa kembali  jadi manusia? Jika iya bagaimana?," tanyaku yang ingin sekali menjadi manusia karena aku belum ada impian yang dicapai dan aku ingin melihat dan menjalani masa depanku. "Bisa, kau harus berciuman dengan Damian didepan pelaku pembunuhmu, aku tahu kau akan menanyakan itu. 

Aku di interogasi selama beberapa jam bersama Damian. Kita menceritakan awal kisah kita sampai pada waktu aku dibunuh. Damian merasa curiga dengan seseorang yaitu, Lance. "Mengapa Lance membunuhku? Tidak mungkin dia, kita saja sudah tidak pernah berkomunikasi" ujarku yang kurang setuju dengannya. Namun, aku mencurigakan mantan sahabatku yaitu Poppy, apa aku salah lihat? Mungkinkah aku salah lihat dan salah paham bahwa itu bukan Poppy? Aku kurang yakin. Namun, salah satu anggota pasukan Om Rein yaitu Om Alvin dia ingin menginterogasi kan satu sekolah kita yaitu Juicy High. Kita pun setuju dengan inisiatif Om Alvin dan mengikuti alurnya saja.

Aku, Ling, dan Damian pergi ke taman hiburan agar tidak terlalu memikirkan tentang pembunuhku itu. Saat kita sedang makan permen kapas aku merasakan aura yang sedikit aneh seperti aku merasakan ada pelaku pembunuhku disitu. Aku melihat jubah hitam dengan tulisan do you know me dan aku ingat salah satu pelaku itu menggunakan jubah itu. Orang itu menghampiri Damian aku menghindar dan mengumpat dibelakang Damian dan aku baru sadar bahwa aku ini tidak terlihat. Ling menertawakanku dan aku sedikit malu.

Orang itu membuka jubahnya, ternyata itu Lance. Sudah lama sekali aku tidak melihatnya semenjak aku merasuki tubuhnya. "Hai Ling, Damian" sapa Lance. Tiba-tiba bibirku dan Damian saling bersentuhan. Aku sudah izin kepada orang tuaku untuk menjadi manusia mereka tidak keberatan aku akan tinggal di rumah Damian tentunya. Saat Damian menciumku, aku menjadi manusia lagi. Lance terkejut saat aku menjadi manusia lagi. "Lance, kau membunuh pacarku?" "Eum, siapa coba yang membunuh pacarmu? Tunggu Aira itu pacarmu?," tanya Lance. Damian sudah siap untuk menyerang Lance dan aku memberhentikan pacarku tentunya. "Bisa saja bukan dia Dam," ujarku. "AIRA! Aku baru saja mencium mu didepannya bukankah artinya dia pelakunya?," tanya Damian dengan nada yang sedikit tegas. "Iya sih, ya nanti suruh Om Alvin interogasi aja Dam," ujarku yang lega aku sudah menjadi manusia lagi.

Saat aku, Ling, dan Damian balik ke rumah. Tante Tou dan Om Rein terkejut saat melihatku menjadi manusia lagi. "Apa kamu menemukan pelakunya?," tanya Tante Tou. Damian menunjukkan Lance yang digendong seperti Tuan Putri yang pingsan. Ling dan aku tertawa terbahak-bahak. Aku bahkan menirukannya dengan menggendong Ling yang pura-pura pingsan. Damian terlihat bete "Seriuslah" "Maaf, maaf" ujarku sambil menahan tawa. "Koko, temanmu seperti seorang putri kerajaan yang sedang digendong" ujar Ling yang kabur dari Damian bersamaku. "Interogasi orang ini, dia tiba-tiba pingsan" ujar Damian yang melempar Lance ke sofa.

"Oke, besok aku akan interogasi satu sekolah namun untuk orang ini aku akan interogasi dua kali" ujar om Alvin sambil mencatat. Aku dan ling sibuk meledek Damian dan lance di kamar. Tiba-tiba Damian masuk. Aku dan Ling diam. "Koko gan-," "Apa?," tukas Damian. "Kerjain PR aku dong" ujar Ling yang berusaha membujuk kakaknya itu untuk mengerjakan tugas dari sekolahnya itu. "Enggak mau, wlee" ledek Damian. Ling mengadu ke Tante Tou dengan jurusan menangis tentunya. "MAMAA" teriak Ling yang mengeluarkan air mata. "Oke, sst ku kerjakan PR mu" bisik Damian. Ling memeluk Damian dan lanjut bermain kuda poni denganmu. Aku tertawa saat melihat tingkah laku mereka. Namun, aku tidak bisa berhenti memikirkan Poppy dan Lance, apakah mereka pembunuhku?

Bab 8. Coming Soon...

Psycho's LoveWhere stories live. Discover now