You're Voice in My Silent World || Juyeon [✓]

Chapter 10

ლ(・﹏・ლ)

"Eunseo tunggu aku!!" Teriak Kino pada Eunseo ya meskipun ia tidak bisa mendengar teriakannya

"Tunggu mengapa kau kemari?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin berjalan-jalan"

"Huft.. bisakah kau istirahat sebentar aku lelah mengejarmu"

"Maafkan aku Kino. Maukah kau menemaniku ke kafe itu?" Tanya Eunseo sambil menunjuk ke arah kafe diseberang mereka

Kino menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan permintaan Eunseo. Mereka pun menyebrangi jalan, karena suasana jalan yang cukup ramai Kino menggandeng tangan Eunseo. Setelah itu keduanya sampai dikafe, mereka mulai memesan minuman. Eunseo menginginkan Es krim Coklat kesukaan nya. Sedangkan Kino memesan kopi Capuccino.

"Kau sering datang kemari?"

"Eum cukup sering. Biasanya aku kemari bersama Juyeon"

Eunseo terdiam. Sudah beberapa tahun semenjak ia dan Juyeon berkomunikasi. Sekarang ia sudah dikelas tiga, yang artinya tepat 3 tahun saat Juyeon meninggalkan Eunseo.

"Kau merindukannya?"

Lagi-lagi Eunseo terdiam. Ia tak tahu harus berkata apa. Sejak saat kejadian perkelahian Chan dan Joon Woo itu, Kino sudah mengetahui jika saat ini Juyeon sedang tidak ada di Korea melainkan di luar negeri.

"Aku tau kau merindukannya. Sudah terpampang jelas di wajahmu" batin Kino sambil menyeruput kopi nya

••••••

"Kau tahu? Kudengar seorang pemain basket terkenal itu akan kembali ke Korea"

"Benarkan siapa mereka?"

"Sungguh kau tak tahu? Dia adalah tim Juyeon. Satu tim itu khusus semua pemain dari Korea"

"Maksudmu Juyeon LJY, dari tim NBA Los Angeles Lakers itu??"

"Tentu saja"

"Wahh aku menantikannya"

"Tapi kudengar ia mempunyai seorang manajer yang sangat cantik. Mereka sering dijodohkan oleh pemain lainnya"

"Manajer cantik? Aku ingin melihat wajahnya"

Salah satu pengunjung kafe itu terdengar membicarakan Juyeon. Kino yang mendengarnya pun terkejut. Lain dengan Eunseo yang tak mendengar apapun, ia malah memperhatikan sikap Kino yang berubah

"Hei ada apa?"

"E-e tidak ada apa-apa. Kau minum saja"

Eunseo memiringkan kepalanya. Matanya yang bulat menatap Kino bingung. Entah apa yang disembunyikan oleh Kino. Kino pun mencari alasan untuk mengganti topik pembicaraan

"Hei aku bisa memfotomu?"

"Untuk apa?"

"Tak apa-apa. Untuk kenang-kenangan saja"

"Oke baiklah. Bagaimana poseku??"