5

228 31 11
                                    


"Dia kan orang yang udah macem-macem sama lu?" Keivano menggeram seraya mengepalkan telapak tangan melihat sosok tinggi masuk bersama wali kelas.

"Iya, namanya Abello. Bocah sinting, datang-datang langsung tantrum." Darma menimpali malas.

Dari gayanya saja yang songong sudah membuat Talaga, Keivano dan Chandra geram. Merasa diperhatikan Abello memainkan lidah dan menatap penuh intimidasi pada Darma dan kawan-kawan seolah sedang menandai target, sedangkan Keivano sejak tadi sudah memberikan gesture meninju wajah songongnya.

"Nama dia adalah Guardian Abello, semoga kalian bisa berteman baik, ya? Abello, silakan duduk di kursi yang sudah disediakan, " ucap wali kelas memperkenalkan murid baru berambut pirang tersebut.

"Orang tuanya kesambet apa ngasih nama si setan Guardian? Artinya beda jauh sama nama dia yang sekarang." Chandra menyobek kertas kecil kecil sembari menatap Abell.

"Orang tua, mah, selalu pengen yang terbaik buat anaknya. Karakter anak ya terbentuk dari sikap dan cara ajar orang tua dan bagaimana dia hidup di lingkungan." Talaga sedikit terkekeh remeh melihat perawakan Abello mulai beranjak ke kursi kosong.

"Kayaan mana gue sama si Kobel?" tanya Chandra jenaka karena mendengar Abello sempat menghina ekonomi Darma.

"Tuan muda Chandra kuda, iye iye lu si paling kaya dan rendah hati." Keivano menimpali kejumawaan Chandra sedangkan Talaga hanya terkekeh sumbang.

"Si Kobel Kobel kayaknya nargetin gue dah, kalian siap jadi body guard gue kan?" Darma mencondongkan tubuh sambil berbisik-bisik pada Keivano di sampingnya dan dua teman lainnya yang duduk di depan.

"Demi Tuhan, kalau gue ada di tkp tadi waktu si Kobel bully lu, gue yang akan lempar batu ke kepalanya. Lu juga kenapa diem aja?" Chandra berkata menggebu-gebu, dia tidak terima sahabatnya diperlakukan seperti tadi.

"Energi gue habis buat lawan bokap tiri, Chan." Darma menopang dagu.

"Si bangsat itu bikin ulah lagi?" Keivano bertanya dan dibalas oleh anggukan kepala Darma.

"Setiap hari juga dia ngulah."

"Gue beliin lu apartemen buat hidup Bamby sama ibu lu, gimana?" Chandra menawarkan bantuan.

"Berlebihan anying, gak usah, gue lawan semua orang bangsat yang ada di hidup gue." Darma tertawa renyah sembari menepuk pundak Keivano keras.

"Termasuk si Satya?" Goyah, nama itu membuat Darma terdiam dan malah berkelakar renyah.

"Gak tau." Darma berucap gamang setelahnya pelajaran dimulai yang membuat keempatnya mulai khusyu mengamati materi.

Sejak Abello duduk di belakang geng Darma, sosok itu sibuk mengamati serunya guyon dan pertemanan mereka yang solid. Abello memicingkan mata lalu menggedikan bahu acuh dan kembali fokus pada video game sekaligus mengacuhkan Wali kelas.

🌸🌸🌸

Bel pulang berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas sudah tidak sabar. Sebagian pengurus OSIS memang biasa pulang terakhir termasuk ketiga teman Darma. Sosok itu sedang sibuk meraba saku celananya mencari sesuatu, membuka satu per satu kantong tas pun barang yang dia cari tidak ada.

"Nyari apa lu, Dar?" Talaga ikut bingung melihat raut wajah cemas Darma.

"Tolong misscall ponsel gue, La. Kok gak ada, ya?" Tidak berbasa basi, Tala langsung memanggil nomor Darma, tetapi nomor tersebut sudah tidak aktif.

"Terakhir lu taro di mana?" Tala ikut mencari ke setiap kolong meja dan tempat sekitaran Darma berada.

"Gue selalu simpen di saku celana, La. Seinget gue, gak gue mainin kok ponselnya."

Satya DarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang