6

140 27 3
                                    

Bukannya sejak awal Darma sudah tahu bahwa konsekuensi dari memihak wanita pengkhianat itu akan membuatnya hidup sengsara? Lantas mengapa adiknya itu sangat keras kepala ingin hidup sengsara dengan wanita itu alih-alih hidup bahagia dengannya? Satya duduk di ujung kasurnya, merenung seraya mengeraskan hatinya agar tidak merasa iba akan kehidupan Darma. Perubahan 360 drajat di hidup Darma malah semakin membuat Satya tidak karuan. Mengingat bagaimana ekspresi kepedihan Darma tadi di sekolah - saat Abello menghancurkan ponselnya membuat hatinya geram dan panas. Tanpa sadar, Satya mengepalkan tangannya kuat lantas meninju nakas hingga semua barang yang ada di atasnya berserakan.

Abello menendang pintu kamar Satya saat mendengar suara gebrakan dari kamar Satya. "Lah, kenapa lu? Kerasukan si Darma?" Abello sedikit heran melihat kamar Satya begitu berantakan, satu yang dia tahu, Satya adalah tipe laki-laki yang menyukai kerapihan. Melirik Abello, Satya mengembuskan napas kesal.

"Bisa nggak lu jangan so asik sama gue? Berhenti nyebut nama sialan itu," kata Darma tidak main-main. Abello tipe orang yang keras kepala dan selalu menyepelekan semua orang.

"Belagu lu, so asik begini gw kesayangan bokap lu." Abello merebahkan diri di ranjang Satya tanpa melihat situasi Satya yang sedang dilanda gelisah. "Darma ya? lu punya hubungan apa sama si tolol itu?" Abello memasang wajah berpikir keras.

"Menurut lu gue punya hubungan apa? Dia cuma adik kelas gue."

"Gue liat-liat dia kayak obses banget sama lu. Seolah-olah kalian emang pernah saling kenal."

"Berhenti sok tau, tai lu!"

"Suka nih gue sama modelan Darma. Pemberontak tapi gampang ditindas." Abello terkekeh puas membayangkan kejadian tadi sore di sekolahnya, di mana Darma terlihat seperti pecundang menyedihkan hanya gara-gara ponsel jadul keluaran lama yang bahkan kameranya saja sudah sangat buram.

"Jangan ganggu dia!"

"Kenape? Padahal lucu kalau lagi nangis frustrasi."

"Gue bilang jangan bulli dia anjing! Lu denger nggak?" Satya membanting ponselnya ke lantai seraya membentak Abello. Ini pertama kalinya Satya membentak Abello, dan adiknya itu terlihat sangat terkejut.

"Kenapa lu yang marah sama gue anjing? Suka-suka gue bangsat mau bulli dia atau enggak. Toh, nggak ada hubungannya juga sama hidup lu, kan?" Abello tidak mau kalah, dia balik membentak Satya yang semakin tersulut emosi. Satya menatap Abello tajam lantas mencengkram kerah bajunya.

"Gue bilang berhenti berurusan sama Darma! Sekali lagi gue liat lu bulli dia, lu yang akan berurusan sama gue. Sekarang keluar! KELUAR DARI KAMAR GUE!" semakin bingung dengan tingkah laku Satya, Abello langsung keluar kamar tanpa sepatah kata pun. Jantungnya berdebar kencang, napasnya pun tersengal karena ini pertama kalinya Satya menunjukkan sikap aslinya.

Setelah Abello keluar, Satya terduduk linglung di atas ranjangnya. Merenungi segala perasaan berkecamuk yang membuatnya bingung dan kesepian. Satya akui, sebenci apapun kepada Darma, hidupnya tanpa Darma adalah kesepian tidak berujung. Darma bagaikan cahaya bagi hidupnya, dulu dia pernah berkata jika Tuhan ingin mengambil salah satu dari mereka, maka ambilah dia terlebih dahulu karena Satya pasti tidak akan bisa hidup tanpa Darma. Satya berbaring menyelimuti diri, menghadap kanan dengan kedua tangan di bawah pipi, lalu kedua matanya terpejam dengan bulir air mata membasahi pipi.

🏏🏏🏏

"Itu hape lu emang udah mati total Dar? Ini kita nggak seru mabar tanpa bacotan lu." Chandra mengunyah gorengannya yang sudah sangat dingin dan alot. Sedangkan Darma sedang menyender di bahu Keivano sembari ikut menonton tiktok. Keivano hanya pasrah saat Darma seenaknya menggulir layarnya.

"Udah jadi bangke Chan," jawab Darma seadanya. "Kei ini sound miaw miaw yang kucingnya mewek, donlod dong. Mau gue kasih ke Bemby." Darma terkekeh renyah melihat video tiktok anak kecil yang menangis karena suara kucing.

"Anak sekecil itu punya abang setengah gila."

"Gue ngikutin trend orang-orang. Kalau nangis, hati dia lembut, kalau ketawa dan minim empati fix titisan bapaknya." Darma tertawa ringan. Talaga hanya menggelengkan kepala sembari membaca buku.

"Sensitif banget obrolannya anying, gue mau ngeroasting juga takut kena karma."

"Karma karma tai kucing lah, Orang-orang yang jahat masih aja enak hidupnya."

"Karmanya di akhirat kali," Jawab Keivano asal.

"Gue maunya mereka dapat karma di dunia, soalnya gue mau liat secara langsung. Kalau di akhirat, takutnya gak ketemu." Darma tertawa terbahak bahak yang diikuti oleh lainnya.

Chandra melemparkan kulit kacang kepada Talaga. "Sibuk amat si ranking dua, liat noh, si Kei yang ranking satu aja gak ambis." Talaga mendengus kesal menatap Chandra.

"Bapaknya donatur, pasti dia jalur orang dalam," cetus Talaga yang langsung mendapat jitakan Keivano.

"Mulut lu kalau ngomong suka bener, kalau ketauan yang lain bisa tamat riwayat gue, nying." Keivano si selengean tetapi otaknya sangat berguna. Dia dan Talaga selalu saling mengejar nilai meski Talaga tipe siswa yang sangat berambisi.

"Parah, bapak lu nepotisme ye? Nggak salah gue pilih temen." Darma menimpali.

"Lah tolol, nepotisme tai monyet. Kalau iya mah, waktu kemaren gue nyalon ketua OSIS gue udah maju ke podium buat ngasih sambutan kemenangan." Semuanya tertawa mengingat kekalahan Keivano saat dengan percaya dirinya menyalonkan diri sebagai ketua OSIS dan kalah telak.

Sedangkan saat keempat sekawan itu bercengkrama asik perihal apa saja yang mereka anggap lucu dan hal aneh lainnya. Ada Abello yang menatap sekumpulan itu dengan tatapan penuh damba. Dia kebingungan mengapa hidupnya tidak pernah seasyik orang-orang seperti Darma dan teman-temannya. Dulu, dia hanya orang buangan yang selalu ditindas oleh sebayanya. Saat kehidupannya mulai membaik semenjak ibunya menikahi ayah Satya, Abello berubah menjadi antagonis yang ingin meluapkan kemarahannya di masa lalu. Dia... Tidak pernah mendapat ketulusan.

Lalu ada Satya yang menatap Darma dengan perasaan tidak karuan. Di tangannya sudah ada box ponsel yang baru saja dia beli sebelum berangkat sekolah, tetapi Satya bingung bagaimana cara memberikan ponsel ini kepada Darma. Melihat Darma hanya menyender di bahu Keivano sembari ikut menonton di ponselnya, membuat Satya semakin terpukul dan merasa sakit. Adik yang dia sayangi, yang semuanya serba tercukupi dan dilimpahi kasih sayang kini hidup apa adanya dan harus bekerja keras. Satya belum sepenuhnya tahu kehidupan Darma, tetapi Satya bisa menebak bahwa semua ini cukup sulit untuk Darma lalui.

Satya mengernyitkan dahi ketika melihat Abello berjalan mendekat ke tempat Darma dan kawan-kawannya sembari membawa nampan berisi minuman, dengan senyum manisnya, Abello mengguyurkan teh panas itu ke paha Darma yang sontak saja membuat Darma tersentak kaget dan reflek berteriak.

"LU APA-APAAN HAH?" Darma membentak keras menarik atensi semua orang. Bukan hanya Darma yang marah, tetapi semua temannya ikut pasang badan.





VOTE DAN KOMEN DONG, MO. LAGI MOOD NULIS NIH, DOAKAN SEMUA SELALU MOOD YAW HIHIHI.

Satya DarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang