Cuplikan

424 200 105
                                    

"Arlan?"

Beberapa detik sambungan telepon itu berlangsung, tidak ada sahutan apapun yang Arkhas dengar.

Arkhas kembali melihat layar telepon genggamnya, panggilan itu masih terhubung.
"Arlan? Dengar gue, kan?" Suara Arkhas benar-benar serak oleh tangisannya.

"Ada apa?"

Arkhas memejamkan mata sesaat,mencoba menormalkan detak jantungnya yang tidak hentinya berdetak kencang sedari tadi.
"Akasya, kita telat nolong dia, mereka berhasil buat Akasya kita celaka, Arlan."

"Akasya sekarang dirumah sakit de-"

"Lo pikir gue peduli?"

Arkhas terdiam, detak jantungnya semakin menggila, rasanya seluruh badan laki-laki dua puluh lima tahun itu nyaris ditusuk oleh benda tajam yang tak kasat mata.

"Setidaknya kesini sebentar, sampai Akasya sadar, sampai dia ngelewatin masa kritisnya, dia butuh lo, abangnya."

Demi apapun, Arkhas bersuara dengan nada yang benar-benar sayu dan sangat kalut.

"Abang? Gue nggak pernah ngerasa punya adek kayak dia, Arkhas."

Baik, Arkhas menyerah.

"Sekarang gini aja, kalau lo emang mau ngerawat dia, silahkan. Tapi kalau nggak, tinggalin dia sendiri disana."

Arkhas mengepalkan telapak tangannya keras. Pandangan cowok itu teralih pada ruangan operasi didepannya, didalam sana gadisnya sedang berjuang seorang diri, berjuang melawan kesakitan yang dia rasakan, kesakitan yang juga dia hadapi sendiri.
Dan diluar sini, tidak ada satupun orang yang menanti, tidak ada satupun orang yang menaruh doa dan harapan untuk Akasya menghadapi masa kritisnya, tidak seorang pun.

Arkhas mengeleng pelan, mengenyahkan pikiran jika gadisnya sendirian, tidak! Ada dia, Arkhas akan selalu disini! Berdoa untuk keselamatan gadisnya! Sampai kapan pun, walau hanya ada dia sendiri.

Menarik nafas panjang, Arkhas kembali berujar pada orang disebrang sana.

"Oke.., kalau memang itu mau lo, gue bisa apa? Gue nggak akan ngemis belas kasihan. Gue bisa jaga Akasya sendiri."

"Selepas Akasya sadar nanti, lo atau siapapun itu, nggak ada hak bawa Akasya pergi dari gue, mulai sekarang sampai seumur hidup, Akasya tanggung jawab gue. Dengan pengakuan lo tadi, gue anggap Akasya benar-benar nggak punya keluarga. Lo ingat ucapan gue ini, bajingan."

Telapak tangan Arkhas mengepal keras, pandangannya menatap nyalang pintu ruang operasi dihadapnnya.
Didetik ini, di jam ini dan dihari ini, Arkhas janji, seluruh rasa sakit yang gadisnya rasakan harus terbalas kontan dengan apapun caranya, walau menaruhkan nyawa sekalipun.
.
.
.
.
.
(Minggu,26 November 2023)
23.16

Anantara waktu (on Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang