7.Wanodya

91 35 28
                                    

"Adhira sarapan dulu..."Pinta Arlan saat melihat sang adik menuruni tangga dengan tergesa-gesa.

"Nggak bisa bang, Dhira udah telat."

Arlan mengerutkan kening bingung."Telat gimana? Bukannya jadwal kuliah kamu sekarang jam 8?"

"Dhira mau kerumah teman dulu." Ujarnya sembari mengulurkan tangan dihadapan Arlan, bermaksud ingin bersalaman dengan abangnya itu.

Arlan menggapai tangan sang adik dan menariknya untuk duduk di kursi kosong yang ada disampingnya. "Nggak bisa, harus makan dulu. Biar abang yang antar nanti kalau takut telat."

"Ah?"

Akasya yang tengah berada diruang tamu sembari melipat kain selimutnya dibuat bingung oleh ucapan Arlan.
Dilemparnya asal selimut yang ada di tangannya, gadis itu lantas berjalan cepat menuju meja makan yang tidak jauh dari ruang tamu tempat dia berada.

"Bang! Ini hari pertama gue sekolah, kan? Surat-surat pendaftaran sama segala macamnya gimana kalau emang lo mau ngaterin ka Dhira?" Jelas Akasya

Arlan menghembuskan nafas pelan."Pendaftaran? Abang belum pernah daftarin kamu dimana pun."

Akasya melongo kaget."Maksudnya!?"

Arlan menaruh kasar sendok makan yang ada digenggamannya,cowok itu lantas memfokuskan sepenuhnya perhatian pada Akasya yang berdiri dihadapannya.

"Dari awal kamu menginjakkan kaki untuk tinggal kembali dirumah ini, peraturan apa yang saya tegaskan pertama kali untuk kamu?"

Kedua telapak tangan Akasya mengepal kuat.

"Kamu disini tidak boleh bergantung pada siapapun, masalah dan segala urusan kamu silahkan urus sendiri, masih ingat?"

"Ya tapi nggak gini juga abang! Bang Rakhan bilang masalah sekolah, aku nggak harus khawatir karena katanya abang yang akan urus semuanya, tapi sekarang apa!?"

"Mikir, sya! Masa iya masalah sepele kek gini harus bang Arlan langsung yang turun tangan! Bang Arlan juga lagi sibuk! Kalau mau sana suruh abang Rakhan kamu it-"

"Adhira.... Bang Rakhan itu juga abang kamu, tolong bicara yang sopan." Potong Arlan.

"Dan untuk kamu Akasya, seperti yang saya tegaskan tadi, tolong belajar mandiri mulai sekarang, jangan apa-apa selalu mengandalkan bang Rakhan sama abang. Kamu ud-"

"Yaudah sih, terus terang aja kalau emang nggak mau bantuin gue, nggak usah bertele-tele gitu!"

.....

"AKASYAAAAAA!!!!"

Akasya terlonjak kaget saat namanya diteriaki dengan sangat keras oleh seseorang dari arah belakangnya.
Gadis yang tengah menutup gerbang rumahnya itu lantas berbalik dengan cepat guna melihat orang yang barusan meneriakinya.

"LO KAPAN DATANG KOCAK!? KENAPA TIBA-TIBA UDAH DI JAKARTA AJA!? KENAPA NGGAK NGASIH KABAR!? KENAPA HARUS MENDADAK!? KENAPA GUE BARU TAHU SEKARANG!? KENAP-"

"KANARA BRISIK! JANGAN TERIAK-TERIAK BISA!?"

"NGAK BISA ASYA! GUE SHOCK BERAT INI, SERIUS!"

"NGGAK GITU JUGA RA! KEK NGGAK KETEMU BERTAHUN-TAHUN TAU NGGAK!?"

"YA-"

"Shuttt...Udah ya? Malu sama tetangga." Ujar Akasya sembari meletakkan jari telunjuknya di bibir.

Kanara memberengut kesal, "Habisnya lo bikin kaget bangett."

Akasya mengehela nafas pelan."Kagetnya ntar aja, lo mau berangkat sekolah kan ini?"

Kanara mengangguk cepat.

"Bagus, kalau gitu gue ikut." Sambung Akasya.

"Ah? Lo kangen berat sama gue, sya? Sampai-sampai mau temenin gue sekolah?"

"Astagaa jijik banget." Kesal Akasya yang dibalas tawa oleh Kanara.

"Gue mau daftar sekolah di tempat lo."

"Kamu belum daftar sekolah, sya?"

Arkhas yang datang tiba-tiba itu langsung saja melontarkan sebuah pertanyaan pada kedua gadis yang ada dihadapnnya sekarang ini.

"Arlan belum daftarin kamu?"

Akasya menggeleng pelan membalas pertanyaan Arkhas.

"Yaudah kita daftar sekarang, abang bantuin."

Akasya menggeleng cepat." Gue bisa sendiri bang, nggak usah repot-repot."

"Tunggu, ini makssunya apa sih? Daftar sekolah? kamu pindah kesini, Sya?"

Aaksya kembali menatap kanara sembari mengangguk pelan.

"Serius? Nanggu banget Asyaaa, kenapa nggak dari dulu sih! Kan gue ada temennya."

Arkhas memandang Akasya lumayan lama, tidak bertemu bertahun-tahun ternyata membuat Akasya secanggung itu padanya, gadis yang dulu bahkan lebih manja dari pada adik kandungnya sendiri.

"Ceritanya panjang, Ra. Lo bisa telat."

"Nggak usah sekolah kalau gitu! Kita duduk dulu sambil rapat kena-"

"Lama nggak ketemu, teman gue ini makin pintar rupanya." Sindir Akasya.

Arkhas hanya dapat tersenyum ringan." Ayo masuk mobil, kita berangkat sekarang."

Kanara mengangguk sembari menggandeng tangan Akasya berjalan menuju mobil sang abang.

...

Akasya memandang sekitar sekolah yang akan menjadi tempatnya menuntut ilmu sampai satu tahun kedepan itu. Sekolah yang cukup luas ini memang hanya berisi anak-anak pintar didalamnya, cukup menakutkan bagi Akasya sebenarnya untuk mendaftar sekolah disini, tapi Akasya dengan tekad nya yang kuat itu selalu berpikir jika dia pasti bisa menggapai apa yang dia inginkan.


Nara kekelas dulu bang." Ujar Kanara sembari menggapai tangan sang abang untuk bersalaman.


"Belajar yang benar." Balas Arkhas sembari mengusap rambut adiknya.

"Siap! Dah Asyaaa."

Duk

Suara pintu mobil yang ditutup sedikit kencang oleh Kanara berhasil menyadarkan Akasya dari lamunannya.

"Jadi gimana Asya?" Tanya Arkhas sembari membalikkan badannya menghadap Akasya yang duduk dikursi belakang.

Akasya meremat kuat ujung baju yang dia kenakan, ntah kenapa sesampainya diparkiran sekolah, nyali Akasya tiba-tiba menciut begitu saja.

"Owh iya ta-tapi."

Arkhas senantiasa menunggu jawaban dari Akasya dengan santai.

"Kayaknya, kayaknya sekolah ini luas banget bang, gue jadi bingung kalau harus jalan sendirian diluar sana, bukannya takut, tapi kalau diluar nanti nggak ada orang gue harus nanya kesiapa?"

Arkhas terkekeh ringan yang benar saja, di trmpat sebesar ini tidak ada orang satu pun.

"Ayo abang temenin."

Akasya mengangguk sembari menghembuskan nafas, syukurlah Arkhas tidak mengejek kelakuannya yang sangat aneh ini.
Julukan gadis aneh memang sangat tepat untuk Akasya sepertinya.
.
.
.
.
.
.
.
.

(Senin 15 April 2024)
20.27

Arti kata Wanodya adalah gadis remaja

Anantara waktu (on Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang