Penyusup

63 9 0
                                    

Sesaat Seo Hui bersama Dang-gu dan Seo Yul memasuki perpustakaan, perhatian para murid Jeongjingak hampir sebagian besar dari mereka memperhatikan kehadiran Seo Hui.

Banyak yang berbisik mempertanyakan identitas Seo Hui kepada Dang-gu ataupun Seo Yul.

Seo Yul yang merasa tak nyaman dengan tatapan para murid Jeongjingak terhadap adiknya segera menarik Seo Hui untuk menjauh dari sana, mengacuhkan teriakan Dang-gu. Di sepanjang perjalanan Seo Yul hanya bisa mendumel pelan.

"Aku mendengar sesuatu," ujar Seo Hui menghentikan langkah Seo Yul. "Apa benar ada Naksu di sini?"

Seo Yul menatapnya dengan intens, "apa kau akan menurutiku jika aku akan menunjukkannya?" Awalnya Seo Hui ingin membantah, tapi ia dengan cepat menerima kesepakatan kakaknya.

•••

"Jadi, ini Naksu?" Gumam Seo Hui menatap mayat wanita yang di simpan di ruang rahasia Jeongjingak. "Apa rumor mengenai pemindah jiwa itu benar-benar terjadi? Naksu melakukan ritual pemindah jiwa?"

"Kita tak mengetahuinya dengan pasti," jawab Seo Yul. Seo Hui mengalihkan pandangannya ke arah potongan kayu yang dipegang oleh Seo Yul, potongan kayu yang berbentuk burung itu menyadarkan Seo Hui.

"Bukankah itu peluit? Mirip seperti milikmu?" Tanya Seo Hui.

Seo Yul mengangkat potongan kayu tersebut lalu mengangguk. "Kau mengingatnya juga? Ini memang milikku," jawab Seo Yul.

"Apa? Kukira punyamu sudah hilang,"

Seo Yul menggeleng pelan. Seo Yul menatap adiknya, "Lebih baik kita pergi dari sini, kau sudah puas bukan melihatnya?"

Seo Hui mengangguk mengerti, "Baiklah." Saat mereka akan meninggalkan ruang rahasia, Seo Hui sejenak memalingkan wajahnya menatap mayat Naksu. Hatinya sedikit risau ketika dia akan berjalan pergi dari sana.

"Apa yang kau tunggu?"

"Tak ada," putus Seo Hui mengejar ketertinggalan langkahnya dengan Seo Yul.

"Jadi, berapa lama kah akan menginap di Daeho?" Tanya Seo Yul. Lamunan Seo Hui buyar, perempuan itu bergumam pelan, "Berapa lama kau menginap di sini?" Ulang Seo Yul.

"Entahlah, mungkin sampai aku bertemu dengannya," kata Seo Hui dengan nada yang masih menduga-duga. Seo Yul menghentikan langkahnya, menatap adiknya dengan wajah intens.

"Ayah pasti akan bertanya-tanya alasan kau menetap terlalu lama di sini, jadi persingkat saja waktumu." Tegas Seo Yul, "apa perlu aku mengatur pertemuan mu dengannya?"

Seo Hui mendecih pelan, matanya memutar dengan cepat. Ia cukup kesal mendengar perkataan sang kakak, seolah-olah dia akan diusir begitu saja dari Kota Daeho.

"Aku akan mencarinya sendiri, jangan ikut campur," tekan Seo Hui membalas perkataan Seo Yul. "Lagipula kau sibuk juga dengan urusanmu di sini kan? Sebagai murid terbaik di Jeongjingak," Seo Hui memasang wajah cemburut.

Seo Yul mengangkat alisnya, menyadari akan kekesalan adiknya. ""Begitukah?"

Di saat Seo Hui melemparkan tatapan tajam, sebuah teriakan menghapus semua rasa kesal Seo Hui. "Penyusup!"

Salah satu murid Jeongjingak berlari menghampiri Seo Yul, dengan napas yang tersengal-sengal, murid itu menatap Seo Yul dengan penuh ketakutan. "Ada pembunuh bayaran, mereka sedang menyerang halaman depan!"

Seo Yul mengerutkan keningnya, "Pembunuh bayaran? Di Songrim?" Beo Seo Yul.

"Orabonie!" Seru Seo Hui menyadarkan Seo Yul . "Jangan hanya berpikir! Kau akan mati jika tetap diam di sini!" Seo Yul membenarkannya,

"Aku harus mengambil pedangku,"

"Yul! Hui!" Dang-gu datang membawakan pedang milik Seo Yul. "Ini! Kau membutuhkannya, bukan?" Seo Yul menerimanya dan menatap Seo Hui.

"Lebih baik kau ke dalam-"

Brak!

Para pembunuh bayaran memasuki kawasan dalam Jeongjingak. Mereka mulai menyerbu Seo Yul dan Dang-gu yang untungnya sudah bersiap menghadapi para mereka.

Seo Hui ikut bergabung dengan keduanya, mengeluarkan pedang yang sedari tadi ia sembunyikan. Seo Yul menghentikan sejenak pertarungan dan menatap heran adiknya, sedangkan Seo Hui hanya bisa meringis pelan saat sang kakak menatapnya.

Pertarungan mereka kembali dilanjutkan. Seo Hui melancarkan aliran energinya menuju 2 pembunuh bayaran yang membuat mereka terpental cukup jauh. Seo Yul dan Dang-gu juga begitu fokus dengan pertarungan mereka sendiri.

Ketika Seo Hui berhasil melukai salah satu pembunuh bayaran, sebuah cahaya dari langit membuat fokus mereka teralihkan.
Para pembunuh bayaran segera kabur meninggalkan Jeongjingak, Seo Hui dan yang lain baru menyadari sesaat mereka tak melihat tanda-tanda kehadiran pembunuh bayaran lagi di depan mereka.

"Yul, ada apa ini?" Tanya Dang-gu menghampiri Seo Yul yang sedang memeriksa kondisi pembunuh bayaran yang telah menjadi mayat di Jeongjingak.

Seo Hui masih berdiri di tempatnya, mendengar dari utusan Songrim yang mengungkapkan jika tempat latihan telah terbakar.

"Orabonie-!" Seo Hui ingin menahan kepergian Seo Yul dan Dang-gu, namun tak sesuai yang diharapkannya, keduanya malah meninggalkan Jeongjingak. "Padahal aku ingin mengatakan sesuatu," gumam Seo Hui masih berdiri di tempat Jeongjingak.

Seo Hui memasukkan kembali pedangnya, "Kenapa para penyusup pergi begitu saja?" Pikirnya seraya mendongakkan kepalanya menatap langit malam, "Cahaya yang muncul tiba-tiba membuat para penyusup pergi, Apa mungkin..."

Mendapatkan jawab atas persoalan ini, Seo Hui lantas segera berlari menuju tempat yang ingin ditujukan, "Bagaimana kalau mereka ingin mengambil mayat Naksu?"

"Kenapa Orabonie tak memikirkan hal itu?!"

Seo Hui bersuaha untuk melebarkan langkahnya menuju ruang rahasia, tempat sebelumnya ia kunjungi bersama Seo Yul. Sayangnya, belum ia memasuki ruang rahasia, Seo Hui telah diserang 4 para penyusup secara mendadak.

Seo Hui pun mengeluarkan pedangnya, melihat sekilas tubuh Naksu digendong oleh salah satu dari orang yang telah menyerangnya. "Jadi itu alasan kalian membakar tempat latihan? Itu hanyalah pengalih perhatian,"

"Aku tak bisa membiarkan kalian," Seo Hui menyiapkan dirinya untuk memulai pertarungan.

"Bunuh dia,"

Trang!

3 penyusup menyerang Seo Hui sekaligus dengan kaburnya 1 penyusup yang membawa jasad Naksu.

Seo Hui mengerang keras karena harus menahan tiga pedang. "Ini sangat tak adil!" Ia mengeluarkan energi dari pedangnya untuk memberikan serangan.

3 penyusup itu menghindari serangannya. Seo Hui pun kembali mengeluarkan energi dan menghunuskan pedangnya ke arah salah satu penyusup untuk menumbangkannya.

Awalnya tak berhasil karena ia selalu dihalangi, untuk kesekian kalinya akhirnya Seo Hui berhasil menghantam satu penyusup dan meninggalkan luka di tangan penyusup lainnya.

Seo Hui terengah-engah sesaat ia mengeluarkan energinya. "Sepertinya aku tak bisa membiarkan ini," dan seluruh energi yang telah ia simpan sejak tadi di tangan kirinya akhirnya dikeluarkan dengan penuh semangat,

"Jangan remehkan aku!" Seo Hui memberikan serangan terakhir kepada 2 penyusup yang belum tumbang, mengalirkan energi penuh dari tangan kiri untuk menumbangkan mereka.

Sesaat kemudian asap mendadak muncul di depannya. Seo Hui tak bisa melihat dengan jelas karena asap tersebut, ia segera menyingkir dari jalan menyadari para penyusup kembali bergerak, tapi tidak menyerangnya, mereka memilih kabur dengan menggunakan kesempatan terganggunya penglihatan Seo Hui.

"Hui!"

Seo Hui menyipitkan matanya, mencoba mencari keberadaan yang baru saja memanggilnya. Seo Yul dan Dang-gu datang menghampirinya, "Apa ada sesuatu yang terjadi?"

"Dia menculik jasad Naksu," napas Seo Hui menggebu-gebu sesaat ia kembali menyarungkan kembali pedangnya.



Next Part

Alchemy of souls: Twillight Disapper (FF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang