16. Penunggu RO

1K 125 58
                                    

"Pan, lu nunggu gue atau balik duluan?"

Sopan melirik pada Gentar yang berdiri di ambang pintu, menunggu dirinya piket kelas.

Hari ini Gentar ada jadwal ekstrakurikuler robotik, kira-kira selesai sekitar setengah lima sore. Sopan sebagai teman baik hati tentunya menunggu, seperti Gentar menunggunya selama ada ekstrakurikuler.

"Nunggu, nanti ketemu di parkiran saja."

Gentar mendapat balasan itu tentu mengangguk mantap. "Gue ke ruang ekskul ye, dah!"

Sopan melambaikan tangan seraya tersenyum kecil. Setelah melihat Gentar pergi, Sopan buru-buru membereskan kelasnya. Karena ia ada janji untuk bertemu dengan Ibu Kuputeri.

Sopan meraih ranselnya dan mengunci pintu kelas dari luar. Sopan memang penanggung jawab kunci kelas.

Sopan tiba di laboratorium komputer yang dekat dengan lorong IPS. Murid-murid sudah banyak yang pulang, jadi terkesan sangat sepi sekolah ini. Terkecuali di lantai 3 sebab ada beberapa ekstrakulikuler mempunyai jadwal.

"Ibu." Sopan menyalami tangan gurunya.

"Silakan duduk, nak."

Sopan duduk di hadapan Ibu Kuputeri. Sopan merasa Ibu Kuputeri ini seperti waspada akan seseorang.

"Mau langsung intinya saja?" tanya Ibu Kuputeri.

Sopan mengangguk dengan yakin. "Pelaku dari siswa, tapi, apa hubungannya Kak Bintang sama Kak Api dan Kak Angin, Bu?"

"Sopan, kamu percaya mistis?"

Sopan mengerutkan keningnya. Kenapa gurunya balik bertanya?

"Saya percaya dunian lain itu ada," kata Sopan.

Ibu Kuputeri tersenyum kecil. "Bintang meninggal karena terlibat sekte."

Sopan tidak mengerti. Sekte? Bintang tidak seperti orang yang akan mengikuti hal-hal gaib.

"Enggak Sopan, bukan seperti yang kamu pikirkan," sela Ibu Kuputeri. Beliau seperti tahu pikiran Sopan.

"Bintang korban dari sekte."

"Kak Api dan Kak Angin...ikut sekte itu?" tanya Sopan memastikan.

Ibu Kuputeri tanpa ragu, menganggukkan kepalanya.

Sopan semakin merasa aneh. Sekte macam apa yang membuat Bintang seperti ini?

"Tapi—"

Ibu Kuputeri menatap tajam Sopan, beliau menaruh jari telunjuk di depan mulutnya, mengisyaratkan dirinya untuk diam.

"Sopan, kamu jangan coba cari tau, kamu lagi diawasi."

Diawasi? apa yang harus diawasi dari diri aku? pikir Sopan.

"Kalau saya coba cari tau?" tanya Sopan seperti orang menantang.

"Mereka gak akan segan." Kuputeri tersenyum.

Sopan mengerutkan keningnya. Rasa kecurigaan pada dirinya keluar.

TEROR ORGANISASI [Publish Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang