Kesal.
Satu kata yang mampu mendeskripsikan Oca saat ini. Bagaimana cara ia mendapatkan lip balmnya kembali?
Bibirnya sekarang kering dan air minumnya sudah habis. Murung sendirian di halte membuatnya bosan. Hana, sohibnya itu sudah dijemput oleh kakaknya.
"Lo nyari ini?"
Suara seseorang mengagetkannya. Sebuah benda kecil berwarna merah favoritnya tiba-tiba di depan mata. Oca mendongak melihat siapa yang datang. Orang itu, melihat wajahnya saja membuat Oca naik darah.
"Ooh berarti lo tadi emang niat ngambil lip balm gue ya, pake embel embel razia."
Junghwan hanya tertawa.
Tangan Oca bergerak ingin mengambil lip balm kesayangannya tetapi Junghwan malah menariknya kembali.
Tentu saja mata Oca melotot. "Balikin dong!"
"Bus udah dateng. Ayo naik. Keburu pergi." Junghwan malah melengos pergi memasuki bus.
"Edward!"
Wah, ingin sekali Oca menendang orang itu hingga tersungkur ke parit. Tapi nanti saja, takut ketinggalan bus.
Di dalam bus, sialnya hanya tingga 2 bangku yang kosong. Mau tak mau dia harus duduk bersebelahan dengan manusia yang membuatnya naik darah ini. Ya sudah lah, Oca juga mau pulang.
"Lo beneran gak mau balikin lip balm gue, Ed?"
Junghwan menoleh.
"Lo kenapa manggil gue Edward?" tanyanya.
"Karena itu nama lo. Yang lain juga manggil lo Edward kan?"
Junghwan mengangguk seadanya. Sebenarnya dalam hati dia kurang puas dengan jawaban gadis ini.
"Nih benda, ada syaratnya kalo mau balik ke lo," ujar Junghwan.
"Dih? Barang, barang gue," balas Oca tak terima.
"Ya udah kalo lo ga mau." Junghwan hendak memasukkan pelembab bibir itu ke sakunya lagi.
"Eh mau dong, iya deh iya. Apaan syaratnya?" Oca mencebikkan bibirnya kesal.
Junghwan tersenyum kecil.
"Lo harus mau jadi pacar gue."
Oca terdiam.
Sedetik.
Dua detik.
Tiga detik.
Junghwan menghela napas.
"Ck! Malah bengong lo." Junghwan mengipaskan tangannya di depan wajah Oca.
"Ya udah nih ambil ambil."
Akhirnya Junghwan mengembalikan lip balm itu.
Tentu saja bengong Oca hilang dan langsung mengambil barang kesayangannya dengan sumringah.
"Bibir gue tuh mudah banget kering tau. Jadi harus dipakein ini biar ga makin pecah pecah." Oca memakai lip balmnya.
"Gue pernah dapet pesan anonym waktu buat story di ige, dia bilang kebiasaan gue ngelopekin bibir itu ga bagus. Gue jadi sadar dan mulai pake ini. Dan lo, lo si Kabid ketertiban keamanan, si tukang ngerazia, malah ngambil lip balm gue. Dan ternyata Lo bawa sampe pulang?! Apa gak naik darah gue?!"
Junghwan tertawa mendengar ocehannya.
Junghwan tahu. Junghwan tahu bahwa gadis ini seakan tidak pernah lepas dari lip balmnya.
"Eh tadi lo ngomong ..."
Junghwan tertawa kecil. "Gak, becanda aja gue. Ga usah dipikirin. Anggap aja angin lalu."
Bus yang mereka tumpangi berhenti di suatu halte.
"Gue duluan. Baik baik lo di jalan. Titip salam buat orang tua lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Lip balm | Junghwan✓
Roman pour AdolescentsBerawal dari lip balm yang disita sama Kabid OSIS. . . . •~••~•~••~•~••~•~••~•~••~•~••~• Happy reading! ^^ FOLLOW & VOTE JUSEYO~ Rank: #1 at #lip (29/11/23)