***
"Sorry, Sir.. Apa katamu tadi?" Ibrahim Khan bertanya seperti tak percaya dengan apa yang telinganya tangkap.
Di hari berikutnya, sesuai kesepakatan, Ammar dan Ibrahim pagi-pagi sudah berada di galeri seni milik Pia Kapoor. Karena mereka tak tau Meera akan datang jam berapa ke tempat itu. Setidaknya lebih cepat lebih baik, kan?
"Apa, apanya?" Ammar balik bertanya. Karena bosan, dia mengajak ngobrol sang kapten hal-hal tidak penting. Dengan santainya Mayor itu mengupas pisang sebagai pengganjal perut. Ia membawa sarapannya ke Gallery. Kacamata hitam masih setia bertengger di hidung mancung tentara tersebut. Ia pun memakai kemeja loreng lengan pendek seperti biasa. Bertolak belakang dengan Ibrahim yang lebih suka memakai pakaian casual diluar hari bertugasnya. Ayolah ini hari minggu. Untuk apa berpakaian formal?
"No offense, Mayor. Kenapa harus anak kucing?"
"Kyun*? Kau tidak suka kucing, Kapten?" Ammar bertanya dengan wajah datar.
( *Kenapa? )
"Not that. But-"
"Gadis itu punya kucing yang lucu."
"Sir!" Ibrahim merasa frustasi dengan jawaban atasannya, yang membuat Ammar terkekeh.
"Relax, Capt! Dr. Malhorta yang memberi nama, Misi Pencarian Anak Kucing. Menurutku tak buruk juga." Sang Mayor menaikan bahunya. Ia menerima nama pemberian dokternya itu untuk misi kali ini.
Ibrahim menghembuskan napas pasrah. Ia membiar saja ucapan Mayornya yang terkadang random itu. "Lalu kenapa kita tidak sekalian saja membawa pet cargo?"
Sambil mengunyah potongan terakhir pisangnya, Ammar menjawab, "Oh? Ya.. Tak terpikirkan juga olehku-"
"Guys!" Dengan wajah panik, dari arah jendela Pia menghampiri kedua pria yang sedang berdebat tidak jelas itu. "She's here!" sahutnya dengan berbisik.
"Lalu? Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Ibrahim polos.
"Oh, god! Bersembunyilah! Sesuai kesepakatan, kalian akan menyergapnya di kafe kemarin. Aku tidak mau Meera melihat kalian ada di sini. Cepat!" Usir Pia, yang membuat kedua pria itu bergerak bingung entah harus bersembunyi dimana.
"Cepatlah!" Pia sudah cukup kesal dengan tingkah keduanya yang seperti anak kecil. Hingga akhirnya Ammar dan Ibrahim bersembunyi di salah satu pilar yang cukup lebar, yang membuat mereka saling berhimpitan untuk mencuri dengar.
Tak lama terdengar pekikan dari Pia. "Meera!" sahutnya yang membuat kedua pria di balik pilar terkesiap. Ammar dan Ibrahim terlihat seperti menahan napas, saking takut ketahuannya.
Ammar sedikit mengintip. Ia melempar senyum miring sampai lesung pipinya terlihat jelas saat akhirnya melihat putri dari Mukesh Chopra secara langsung. Gadis yang memakai salwar kamezz berwarna putih dan dupatta abu-abu terang transparan di kepalanya itu, memperhatikan sekitar sebelum melangkah masuk gallery.
YOU ARE READING
INCOMPLETED LOVE [✓]
RomanceMeera Chopra. Putri satu-satunya Mukesh Chopra, seorang konglomerat India, kini berulah lagi. Ini tahun ke tiga gadis itu kabur dari rumah karena menolak perjodohan yang diatur sang ayah. Dan kali ini, Mukesh mulai khawatir. Sudah dua minggu Meera t...