***
Meoow~
Meeooow.
Meera merasakan gulungan berbulu menyeruduk wajahnya, tapi matanya masih terlalu enggan terbuka.
Purr. Kini gadis itu merasakan hidungnya basah karena jilatan si kucing, yang membuatnya terkekeh. "Annu.. Aku masih mengantuk." Tapi kucing itu tak juga mengganggu si majikan, kini dengan hidung mungilnya.
Akhirnya Meera menyerah. Sembari tertawa, perlahan ia membuka mata dan terduduk menyender. Dengan lembut Meera memangku si anak berbulu. Tampaknya mentari belum cukup tinggi untuk bisa menembus jendela kamarnya yang sejak semalam tidak sempat ia tutup rapat.
"Good morning.." Bisik Meera yang mengelus pelan bulu lebat Annu. Kucing jantan abu-abu itu akhirnya terdiam dan merebahkan diri menikmati sentuhan yang diberikan sang majikan. Semakin lama Meera memandang Annu, semakin muram wajahnya.
"Annu.."
Annand..
Tak terasa air mata Meera meleleh.
Nama Annu diambil dari nama orang yang telah memberinya hewan menggemaskan itu.
Annand..
Dia begitu merindukannya.. Sangat rindu.
Kemarin malam Meera benar-benar ingin cepat pagi agar bisa berkunjung lagi ke rumah sakit dan memuntahkan semua kerinduannya. Tapi kini, terlalu enggan meninggalkan kasur. Bukan karena malas, tapi... rasanya ia terlalu takut berharap. Terlalu takut menghadapi kenyataan dan kemarin ternyata hanya bagian dari mimpi buruk.
Jika benar itu Annand.. Kenapa baru sekarang,
setelah lima tahun?
Tapi, jika dia bukan Annand... Kenapa harus semirip itu. Dan kenapa orang kiriman ayahnyalah yang harus mirip dengan Annand?
Bahkan, sampai nama keluarga merekapun sama.
Sambil terus mengelus Annu, isakan Meera tak tertahankan lagi. Rasanya sesak, otaknya menyerah untuk berpikir. Ia terlalu bingung dengan semua pemikiran yang ada.
Karena terlalu fokus dengan pikirannya sendiri, Meera sedikit terlonjak saat mendengar dering telepon yang menempel ditembok sebelah lampu tidur. Cepat-cepat Meera menghapus air matanya sebelum mengangkat telepon itu tanpa mengganggu kenyamanan Annu di pangkuan.
"Sudah bangun?" Suara Sayeedah terdengar dari seberang telepon. "Haan.." Jawab Meera lemah. "Beta, Pia menelepon. Dia masih belum bisa menghubungi ponselmu."
"Aku memang belum menyalakan ponselku, Daijaan.." Jawab gadis itu parau.
"Are.. Ada apa dengan suaramu, Meera? Kau menangis?" Tanya Sayeedah yang sudah hafal dengan kondisi anak majikannya.
"N-nahin.. Hidungku hanya sedikit tersumbat. Tadi malam aku lupa menutup jendela." Kelitnya.
YOU ARE READING
INCOMPLETED LOVE [✓]
RomantizmMeera Chopra. Putri satu-satunya Mukesh Chopra, seorang konglomerat India, kini berulah lagi. Ini tahun ke tiga gadis itu kabur dari rumah karena menolak perjodohan yang diatur sang ayah. Dan kali ini, Mukesh mulai khawatir. Sudah dua minggu Meera t...