013: Darah Pada Senapan

246 31 6
                                    

"Regu 3! Regu 3!"
.
.
"Seungkwan? Seungkwan! Dino! Jawab!"
.
.
"Dino, Seungkwan? regu 3, kumohon ucapkan bahwa kalian baik-baik saja!"
.
.

×××

Regu keempat telah membobol basement melalui arah barat bangunan ini setelah baku tembak yang cukup sengit. Dimana Hoshi dan Mingyu yang mendominasi. Bahkan, Dokyeom tidak mengangkat senapannya tadi.

Hoshi terkekeh pelan. Wajahnya yang kelam berganti dengan gairah yang mengerikan. Mereka memasuki ruangan satu persatu, dan mengambil gambar dengan kacamata bila diperlukan.

Langkah mereka terhenti ketika mendengar suara jeritan. Serentak mengangkat senjata. Hoshi berada didepan, memimpin jalan.

Pria itu memberikan isyarat menggunakan tangan ketika menoleh ke lorong didepannya. ('sandera').

×××

Scoups berdecak sebal ketika darah lawannya memuncrat, menodai wajahnya. Pria itu menyekanya dengan telapak yang dibalut sarung tangan. Tangan lainnya, masih diposisi yang sama, pria itu mencekik dan mengangkat lawannya menempel pada dinding. Dan darah tadi dihasilkan dari sayatan dalam Jagdkommando nya yang merobek kulit serta daging lawannya dari rongga dada hingga pinggul. Ia melepaskan cengkeramannya hingga lawannya itu langsung terjatuh kelantai.

Ia menoleh kearah anggotanya, "ada jawaban dari regu 3?"

The8 menggeleng. Masih belum ada jawaban dari regu 3 semenjak tragedi yang baru saja terjadi. Scoups menghela nafas panjang. Diambilnya senapan yang ia taruh dilantai. "Lupakanlah. Fokus pada tugas." Lanjutnya.

×××

Regu kedua yang dipimpin oleh Namjoon rasanya telah mencapai batas mereka. Stamina yang terkuras habis, keringat bercucuran. Nafas mereka terengah-engah. Vernon, ditatapnya jejeran pria yang baru datang dari lantai 2.

Entah kesekian berapa menit telah berlalu, bantuan demi bala bantuan datang untuk melawan para predator hingga mereka lelah. Angin malam dengan kencang masuk melalui pintu yang terbuka lebar. Dinginnya bertemu dengan air keringat yang belum meresap. Dihirupnya oksigen dalam-dalam sebelum kembali masuk kedalam medang perang.

×××

Suara retakan yang menggema di lorong besar itu bukanlah retakan tembok, atap atau batu. Melainkan tengkorak kepala manusia. Mingyu, pria itu mencengkram kepala lawannya. Ia hantam-hantam kan ke tembok kokoh diantara lorong. Tak lupa Hoshi, pria itu menggeledah isi rompi lawan yang kedua lengan dan kakinya telah terpisah dengan tubuh.

Woozi dan Dokyeom melepaskan ikatan dua orang remaja yang adalah tawanan Kastil Barat untuk dilelang. Keduanya wanita. Woozi menaruh telunjuk didepan bibir untuk mengisyaratkan mereka agar diam.

Hoshi mengambil suatu kartu dari dalam saku rompi korbannya. Mendongak kepada Mingyu dan Woozi.

"ID Card." Ia menunjukkan benda itu sembari dihimpit oleh jari telunjuk dan tengah. Mereka tersenyum. Hoshi memasukkan benda itu ke kantung celananya.

Hoshi mengambil Walkie Talkie nya. "Regu 4 pada Regu 1. Over." Ujarnya. Hal yang sama terjadi. Hanya ada suara radio rusak. Hoshi menatap Woozi dengan kerutan di kening. Mingyu yang melihat itu mengambil Walkie Talkie miliknya.

Hasilnya sama, hingga mereka mencoba menghubungi semua regu pun tetap tidak ada jawaban. Mingyu melemparkan benda itu ke lantai. "Bagus, sekarang kita tidak dapat berkomunikasi. Nara, ada solusi?" Tanya nya pada gadis itu. Nara menggeleng.

ECLIPSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang