010: Kilas Balik

220 36 0
                                    

Malam yang ramai di ruang makan Eagle. Meja panjang yang dipenuhi oleh hidangan itu berhiaskan canda tawa. Saat kedua orang yang bertugas memasak kembali duduk di ruang makan –Mingyu dan Jeonghan– mereka mulai menyantap makanannya.

Bukankah makan malam dengan keluarga selalu menjadi momen yang baik untuk bercerita ria? Walaupun mereka bukan keluarga yang sebenarnya, tapi mungkin kehangatan yang dirasakan masih sama dengan kata keluarga.

Hoshi telah kembali ceria saat Scoups membelikan Kimchi untuk dirinya sendiri, melalui Mingyu yang pergi ke minimarket bersama Jeonghan selepas pulang dari Kantor EGO. Kimchi adalah kunci kehidupannya.

Dino tertawa terbahak-bahak ketika Dokyeom tersandung kursi dan jatuh kelantai, yang lucunya adalah ketika ia jatuh, bukannya meringis. Pria itu malah langsung berpose layaknya model majalah.

Makanan dimasing-masing piring telah habis. Beberapa memulai sesi minum alkohol seperti Scoups, Mingyu dan Dino. Anggota yang tak terlalu suka minum adalah Jeonghan dan Woozi.

Jeonghan menatapi Wonwoo yang tertawa karena ulah anggota lain. Ia tersenyum. "Wonwoo." Panggilnya.

"Hm?" Wonwoo menoleh. Jeonghan menyimpan gelasnya disamping piring. Melipat kedua tangannya di atas meja.

"Entah ini momen yang cocok atau bukan, tapi aku masih belum mendapat jawaban dari peristiwa dimana pertama kali kau kemari. Selain itu, aku juga penasaran kenapa kau mahir menolong Jun kala itu dengan persediaan yang ada." Mendengar hal itu, Wonwoo menyimpan gelas bir nya. Yang lain pun sama.

Dokyeom mendekatkan wajahnya bersemangat. "Ayo ceritakan!"

"Sebagai bayaran, aku ingin kalian juga bercerita." Mereka serentak mengangguk. Bahkan Mingyu dan Scoups mendengarkan sembari meminum alkohol. Malam ini Mingyu tidak merokok karena ternyata ia menitipkan rokoknya yang terakhir di saku celana Hoshi. Ya, rokoknya ikut tenggelam. Mingyu telah berjanji bahwa itu rokok terakhirnya karena setelah melakukan pemeriksaan medis, ia dimarahi habis-habisan oleh Jeonghan.

"Ah, aku tinggal di distrik 4. Perbatasan dimana area nya adalah tempat para penjahat tinggal. Sejak kecil aku hidup dengan ibuku. Tapi, kukatakan pada kalian bahwa hidupku jauh dari orang-orang. Maksudku, dijauhi." Wonwoo mendongak, melihat semua memperhatikannya dengan seksama.

Ia melanjutkan. "Ayahku adalah pecandu alkohol dan obat-obatan. Saat aku berumur 4 tahun, ayahku secara sengaja membunuh seorang preman karena menghalangi jalannya, ia melakukan itu dalam pengaruh obat juga. Hal itu langsung tersebar dari mulut ke mulut di distrik 4. Lalu sebulan kemudian, beberapa orang datang kerumah kami dan membunuh ayah didepan mataku yang masih balita. Di umurku yang ke 8 tahun, ibuku meninggal karena leukemia.

Sejak saat itu pula, bagaikan kehilangan perisai. Semua orang tanpa ragu akan menghakimi ku, mencaci ku sebagai anak pembunuh, atau bahkan teman dari preman yang dibunuh ayahku akan datang hanya untuk memberiku beberapa pelajaran. Saat itu aku masih tidak mengerti apa yang terjadi, aku masih sangat kecil untuk mengerti apa itu pukulan. Aku bahkan belum mengerti apa itu emosi.

Suatu saat, seorang pria paruh baya mengadopsi ku. Ia pria yang baik. Aku memanggil nya paman Will. Ia mengajariku banyak hal. Sampai ketika aku besar, aku mulai mengerti bahwa pria itu bukan pria biasa. Aku pernah masuk kedalam ruangannya, mengintip. Tapi aku mendapati bahwa ia tengah membedah tubuh manusia. Ia bahkan mengajariku cara merakit senjata, memberitahu pertolongan pertama untuk luka ledakan dan menggunakan pedang, pisau, bahkan revolver. Maaf aku berbohong tentang belajar merakit melalui game." Wonwoo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

ECLIPSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang