Hampir 15 menit berlalu, akhirnya Dokter yang memeriksa Utara sudah selesai menangani anak lelaki berusia 3 tahun kurang itu.
"Keluarga anak Utara?" panggil seorang perawat di meja administrasi.
"Iya." jawab Nibiru berjalan cepat menuju meja administrasi bahkan ia tak menoleh sedikitpun ke arah Samudra yang masih menggendong Selatan yang tengah tertidur dan tak mau dilepaskan dari pelukan nya.
"Saya ibunya." tegas Biru. Perawat itu mengangguk paham.
"Adek Utara harus segera melakukan transfusi darah tapi mohon maaf di Rumah Sakit kami stock darah sedang kosong, apakah ada keluarga yang memiliki golongan darah yang sama dengan adek Utara dan berkenan melakukan donor darah?" tanya perawat itu serius.
Entah kenapa tangan Biru seketika tremor, ia sedang di hantui rasa takut kali ini. Mendengar kabar anaknya yang tidak dalam kondisi baik baik saja membuat dunia nya runtuh seketika.
"Golongan darah Utara apa ya mbak?" tanya Biru hati-hati dengan harap cemas.
"AB- barangkali ibu atau ayahnya memiliki golongan darah yang sama?" tanya sang perawat.
Tubuh Biru melemah, kepalanya terasa pusing untung saja ada Samudra yang sigap menangkap tubuh Biru dari belakang.
Biru mendongak dengan tatapan sayu namun Samudra menghadiahinya dengan senyuman.
"Golongan darah Utara apa mbak?" tanya Samudra lembut seraya mengusap bahu Nibiru perlahan untuk menenangkan nya.
"AB- pak."
Ternyata dugaan Samudra benar, ia sedari tadi sibuk berkutat dengan otaknya sendiri mencari puing-puing yang hilang dalam ceritanya dan akhirnya ia menemukan satu kesimpulan Utara dan Selatan itu anaknya karena golongan darah yang ia miliki sama dengan dua anaknya, AB-.
Entah bagaimana kejadian nya namun Samudra seratus persen yakin bahwa anak kembar yang tengah terbaring lemah di ranjang pasien adalah darah dagingnya.
"Biar saya." Samudra lepaskan elusan di bahu Nibiru namun tanpa di sangka Nibiru menahan tangan Samudra.
"Sam." Nibiru menatap lekat mata Samudra, sementara lelaki itu hanya menaikan satu alisnya.
"Kenapa?" tanya Samudra heran Biru seolah melarangnya untuk melakukan donor darah, apa ia ketakutan kalau Samudra tau bahwa Utara dan Selatan adalah putranya?
"Biar saya saja." seorang lelaki dengan suara berwibawa dan tegas berjalan ke arah keduanya.
Bahkan Nibiru bukan nya menoleh ia malah menunduk takut, sementara Samudra lah yang menoleh ke arah datangnya lelaki yang amat ia kenali.
Andi Atmaja, ayahnya.
"Pah?" Samudra kaget tak main-main saat kehadiran sang papa mengenakan kaos polo berkerah dengan celana bahan berjalan ke arahnya.
"Golongan darah Utara AB- kan? Biar saya." kata Atmaja tegas kepada perawat, menghiraukan tatapan aneh dari anaknya.
Lengan Biru yang semula menahan milik Samudra pun ikut terlepas, ia menunduk takut dengan kehadiran Atmaja.
"Maksud papah? Samudra yang akan mendonorkan darah." katanya tak kalah tegas.
"Kamu mau bunuh Utara? Dengan darah pecandu alkohol yang kamu miliki? Papah sudah peringatkan kamu berkali-kali untuk jangan kecanduan minuman laknat itu tapi apa? Sekarang dengan berani nya kamu mau mendonorkan darah kamu kepada anak kamu sendiri? Kamu mau bunuh dia?!" Atmaja terlihat marah menatap anaknya.
"Jadi bener kalo Utara dan Selatan itu anak aku?"
Dor.
Baik Atmaja maupun Nibiru diam membisu tak ada yang bisa menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCONDITIONAL
Romance⚠️ CERITA INI HANYA TERSEDIA VERSI PDF. Samudra yang berwarna Biru merupakan lautan luas yang berada di permukaan bumi. Namun lain halnya dengan kisah klasik dua insan manusia yang memiliki nama bak saling terikat ini. "Jangan jatuh cinta sama gue."...