41 - Demam

3.2K 336 86
                                    

Sudah seminggu lamanya, Samudra tak pulang ke Rumah orangtuanya dan memilih jalan sulit bolak-balik kampus ke apartement nya hanya untuk berdiam diri pagi, atau sore bahkan ada kala nya malam ia berdiam diri di bangku taman atau di kursi di depan supermarket.

Untuk apa? Yap betul, menunggu hadirnya El, anak kecil yang menarik perhatian nya itu. Padahal ia hanya seorang anak kecil, bukan wanita cantik yang dapat memikatnya.

Bahkn kehadiran seorang Nibiru dalam otaknya seolah tergantikan oleh kehadiran El yang hanya beberapa hari ia temui.

Bagaimana kabar anak kecil itu? Bagaimana kabar kucingnya? Dan kenapa ia jarang ada di taman, kemana sebenarnya El pergi? Atau mungkin El sudah tak lagi di apartement milik papa nya itu?

Ada kalanya seharian full Samudra berdiam diri di taman memperhatikan orang berlalu lalang, namun anak kecil yang di carinya tak ada bahkan tak menunjukan batang hidungnya sama sekali. Jadi kemana ia harus mencari anak itu hanya bermodalkan nama El yang ia sebutkan?

Kenapa pula ia penasaran sekali? Kenapa seolah ia khawatir dengan El? Bukan kah El hanya anak kecil asing yang tak sengaja Samudra selamatkan? Tapi kenapa kehadiran nya bahkan senyuman nya yang lucu itu terus terngiang terputar bagai kaset rusak di kepalanya.

Ayahnya saja bukan kenapa harus ia khawatir?

"Hm?" Samudra meloudspeaker panggilan nya dengan posisi tubuh terlentang di atas kasur menatap langit-langit kamarnya.

"Sini arena kak, Langit turun." suara Pacific terdengar.

Samudra menaikan lengan nya untuk melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan nya.

22.39 WIB

"Tumben, masih sore juga." balas Samudra selesai menatap jam tangan nya.

"Dia mau di jodohin orangtua nya sama anak Jendral." jawab Pacific.

Samudra terkekeh renyah. "Akhirnya dia ngerasain jadi anak petinggi."

"Masalahnya dia masang 500juta buat yang bisa ngalahin dia."

Barulah Samudra melongo kaget.

"Anak Letkol emang beda sih, terus ada yang mau?" tanya Samudra.

"Ada, random aja orangnya lagi butuh duit kayaknya padahal motornya standar dibawah Langit." jawab adiknya.

"Arena biasa kan? Gue otw deh."

"Oke jangan lama."

Akhirnya panggilan itu terputus, menyisakan Samudra yang berganti pakaian memakai celana jeans sobek dengan balutan kaos berwarna putih dan jaket yang ia tenteng.

Sementara ia keluar apartement nya seraya mengeluarkan kacamata di saku belakang celana nya.

"Huhuhu buna.."

Suara itu membuatnya edarkan pandangan dan terhenti di siluet anak kecil pendek dengan pintu unit apartement yang terbuka seraya tangan nya terus menekan ponsel yang mengalung di lehernya.

"El?" gumam Samudra.

Jarak unitnya dan unit dimana anak itu berdiri terhalangi 5 unit, karena unit Samudra ada di ujung dekat lift sementara unit anak itu paling ujung dan sedikit lebih besar daru miliknya.

Samudra urungkan niatnya memakai kacamata, ia berjalan menghampiri anak kecil yang di tebaknya El itu.

"Hiks.. Buna aka skeli.." gumamnya terus menerus.

Samudra berjongkok di belakang anak itu, karena posisinya ia membelakangi Samudra dan menghadap pintu yang sedikit terbuka.

"El?" panggil lembut Samudra.

UNCONDITIONALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang