⚠️JANGAN LUPA VOTE!!!
•
•
•"Hai, Fi! Aku menyaksikanmu dari sini. Bertahanlah sedikit lagi. Waktumu yang tersisa benar-benar sangat berarti." Seorang pria berpakaian serba putih dengan aroma bunga kasturi muncul di hadapan Kahfi.
"Aku takut, Zam... aku takut kehilangan orang yang kusayang lagi. Aku takut kehilangan Ashima." Kahfi terisak, menatap menyakitkan pria di hadapannya.
"Kau tidak akan pernah kehilangan lagi, Fi. Tidak akan ada seorang pun yang pergi meninggalkanmu setelah ini. Kau tidak perlu bersedih." Pria berpakaian serba putih membungkuk, mengelus bahu Kahfi, menenangkan. Kahfi tidak menjawab, dadanya terasa sesak.
"Bagaimana sekarang, Fi? Apakah kau sudah menemukan jawaban tentang siapa yang menduduki singgasana hatimu?" Pria dengan pakaian serba putih bertanya. Kahfi mengangguk, menyeka air matanya.
"Lantas siapa orang itu?" Pria dengan pakaian serba putih lanjut bertanya.
"Ashima..." Kahfi menjawab.
"Apa? Ashima?" Pria di hadapan seketika tersentak, jawaban Kahfi barusan terdengar mengejutkannya. Kahfi mengangguk lagi, membuat lawan bicaranya menggeleng-gelengkan kepala.
"Apakah kau tidak pernah sadar, kehadiran gadis itu telah mengubah hidupmu secara drastis, menjadi lebih rumit, lebih sulit, Fi? Bukankah baru tadi malam karenanya kau dipertemukan lagi dengan kehilangan berikutnya? Bukankah baru tadi malam demi menemuinya kauterluka amat parah? Oh, Putra Bunda, bagaimana mungkin kau masih mencintainya?" Pria dengan pakaian serba putih menatap tak percaya, matanya kini membelalak.
"Hei, Zam... Sungguh aku tidak pernah menemukan cinta yang sejati, maka biarlah, biarkan aku yang menjadi cinta sejati itu." Kahfi menjawab lemah. Jawaban itu membuat wajah pria di hadapannya mengerut, tidak mengerti.
"Hei, Zam, bukankah ini kesejatian yang telah dinanti alam semesta? Setelah berlalu kalimat-kalimat palsu yang diucapkan miliaran pria, maka saksikanlah, aku akan membuktikannya!" Kahfi berkata lantang. Suaranya bergetar.
^^^
Kembali ke ruang rawat, Kamis, 4 Januari 2018. Pemandangan di hadapanku begitu menyakitkan. Kahfi terbaring lemah dengan perut yang terluka. Wajahnya pucat, banyak memar biru. 2 hari lalu dia ditolong oleh seorang wanita tua tetangga Ashima yang ternyata menyaksikan diam-diam keributan di halaman rumah malam itu. Tetangga Ashima segera melapor seluruh kejadian kepada polisi.
Polisi langsung bergerak malam itu juga. Keberadaan Ashima dan abangnya ditelusuri hingga ke Kota Kars. Mereka akhirnya ditemukan dalam kereta menuju Kota Kars dan segera ditangkap. Ashima dibebaskan pagi tadi setelah terbukti tak bersalah. Dia langsung kembali ke Istanbul dan mengabari anggota rumah setelah menemukan lokasi keberadaan Kahfi.
Wajah Ashima basah, matanya merah. Dia tidak berhenti menangis sejak 2 hari lalu. Rasa bersalah telah menyelimuti pikirannya. Lihatlah, pria yang begitu ia cintai, yang rela menyerahkan sebagian hidupnya untuk mengajarkan Islam, kini berada dalam kondisi kritis. Keluarga Kahfi sudah diberi tahu soal ini. Mereka akan segera berangkat ke Istanbul.
"Bertahanlah, Fi..." Aku mengusap lengan Kahfi. Pria itu tersenyum menyakitkan.
~
KAMU SEDANG MEMBACA
DI MANA KUMENJEMPUT SURGA? (SELESAI)
Spiritualité"𝘼𝙥𝙖 𝙢𝙪𝙣𝙜𝙠𝙞𝙣 𝙖𝙠𝙪 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙗𝙙𝙞 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙖𝙠 𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙡𝙞𝙝𝙖𝙩? 𝘼𝙩𝙖𝙪 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙝𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙙𝙞𝙖𝙢 𝙙𝙞 𝙩𝙚𝙢𝙥𝙖𝙩? 𝘼𝙩𝙖𝙪 𝙢𝙪𝙣𝙜𝙠𝙞𝙣𝙠𝙖𝙝 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣...