Bab 2

352 23 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(Pesona cowok Bisnis :*)

$$$

Neon baru saja melangkah keluar dari bangunan bernuansa putih dan cokelat di belakangnya. Begitu pintu terbuka lebar, matanya sontak terpejam setengah, tangannya refleks terangkat untuk melindungi diri dari silau flash puluhan kamera yang terus menyorot tanpa jeda. Kepalanya terasa berat untuk diangkat, takut tertangkap lensa-lensa itu.

Dia kira, semuanya akan berlalu begitu saja. Dia pikir, hidupnya akan tetap tenang. Nyatanya, bunyi potret dan pertanyaan bertubi-tubi dari segerombolan orang dengan ID Card berbeda terus mengerubunginya sampai susah untuk keluar kawasan bangunan itu, sungguh memenjarakannya. Mereka seolah mengejar untuk menjadikannya mangsa.

Napasnya kian terengah-engah. Terus seperti itu. Keinginannya hanya ingin berlari, tapi labirin manusia menghadangnya.

"YON!"

Neon membuka matanya dengan paksa, terpaksa bangun dengan napas terengah bersama wajah memerah penuh peluh. Lalu, pandangannya memendar. Dan baru bisa menghela napas lega sesaat sadar bahwa dia berada di ruang tamu, pada sofa memanjang berwarna navy. Laptopnya masih terbuka di atas meja depan sofa, dengan dua buku tebal di sisinya. Neon pasti tertidur lagi, meskipun niatnya hanya ingin beristirahat sebentar dengan menonton One Piece.

Sage yang masih memakai piama tidur navy polkadot sambil memegang gelas kosong dari kamarnya itu memandang Neon heran. "Masih mimpi itu lagi?"

Neon hanya bergumam menanggapi, memilih berdiri dan mengambil laptop beserta dua buku tadi dan mulai berjalan ke kamarnya di lantai dua. Sage masih tetap memperhatikan.

"Mami mau ketemu dulu di depan kampus. Jam sembilan," kata Sage, melanjutkan perjalanannya ke dapur. "Heran banget lihat lo, kaya hidup segan, mati pun gak mau."

Dia melirik Sage sebentar. Sungguh tidak berniat menjawab komentar yang entah ke-berapa kali, semenjak mereka tinggal berdua di rumah ini. Karena pepatah itu tidak salah juga. Sage benar. Boro-boro mau semangat, bisa melanjutkan hidup saja sudah syukur bagi Neon.

Switch-CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang