Tiga

1.8K 100 7
                                        

Happy reading
_______________√

Eca dan teman-teman kakaknya sudah mulai akrab. Tetapi gadis kecil itu masih aja sinis ketika berhadapan dengan Ervan dan Dev.

Contohnya sekarang.

"Ca gue mau nanya nih."

Eca menaikkan sebelah alisnya, "Apa?"

"Tadi lo bilang katanya lo jenius kan?" Tanya Ervan dengan raut wajah tak yakin.

Eca mengangguk angkuh, "Ia lah, Ca kan enius."

Ervan tersenyum mengejek, "Yang bener?" Goda Ervan.

"Emmm"

Ervan mengangguk ngangguk, "Kalo lo bisa jawab pertanyaan gue, gue akui lo jenius."

Eca menatap Ervan remeh, "Oce, capa akut?!"

Ervan hanya menaikkan sebelah alisnya melihat raut wajah Eca yang terkesan menantang. "Oke! Deal?" tanya Ervan mengulurkan tangannya untuk berjabat.

Tanpa ragu Eca berjabat tangan dengan Ervan, "el!"

(Deal!)

Pemuda itu menyeringai, Dev yang melihat temannya menyeringai langsung saja menggetok kepala Ervan dengan tampang tak bersalahnya.

Tuk

Sialan!

Ervan menatap tajam Dev, barusan ia kelepasan mengumpat. Lehernya terasa merinding, ia meboleh kesamping dan ternyata Zeous sedang menatapnya tajam.

"Jangan mengumpat! Nanti Eca niruin lo!" Ujar Zeous dengan tatapan tajamnya, sedangkan Ervan hanya cengengesan.

"Elek! Adi nda?" Kesal Eca melipat tangannya di depan dada.

(Jelek! Jadi engga?)

Ervan kembali menatap Eca, "1+2 berapa?"
Gadis kecil itu menatap sengit pemuda didepannya ini, "Amu au lemehin Ca ya?! Asa itu peltanyaannya?!" Marah Eca dengan tatapan tajamnya.

(Kamu mau remehin Eca ya?! Masa gitu pertanyaannya?!)

Ervan menggaruk tengkuknya tak gatal, "Emang lo bisa jawab kalo pertanyaannya susah?" tanyanya dengan menaikkan sebelah alisnya.

Dengan sombong Eca mengangkat dagunya, "Ica lah! ca kan enius!"

(Bisa lah! Eca kan jenius!)

"Oke-oke, 10+4 berapa?"

Gadis itu berdecak kesal, memutar bola matanya malas. "pat las." Jawab Eca malas.
(Empat belas.)

Ervan mengangguk-ngangguk, "Bagus-bagus, lo tau dari mana cil? Lo kan masih bocil? Gue aja waktu masih bocil belum tau tatambahan kegini?"

"Amu kan odoh, akanya nda au." Ujar Eca polos.

(Kamu kan bodoh, makanya engga tau)

"Dia bilang apa bos?" Tanya Ervan karna jujur dia tak mengerti bahasa anak kecil.

Zeous memutar bola matanya malas, "Kamu kan bodoh, makanya gak tau," Ujar Ze yang mentransletkan ucapan sang adik.

Ervan memegang dadanya dramatis, "Tega lo cil, gini gini gedenya gue juga jenius!" Seru Ervan tak terima yang disambut gelak tawa yang lain, sedangkan Eca hanya mengangkat bahu acuh.

"Amu nda celu! Ca nda au ain ama amu!" Cuek Eca lalu pergi menghampiri sang kakak.

Melihat kebingungan dari temannya, Zeous menerjemahkan ucapan sang adik, "Kamu gak seru! Eca gak mau main sama kamu! Itu kata adek gue,"

Bocil kematianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang