9. Close Up

181 28 9
                                    

Yuk pencet ⭐ di pojok kiri bawah sebelum baca





Keesokan hari, orang tua mereka bersiap-siap untuk perjalanan ke Eropa. Soobin nyaris tidak bisa menahan senyumnya. Biasanya, dia akan sedikit tempramen karena dia harus mengambil alih tugas ayahnya di minggu-minggu mendatang tetapi tidak untuk hari ini. Ia senang melihat mereka pergi karena itu memberi Yeonjun kesempatan untuk tenang dan pulih dari hal-hal buruk yang harus dia tanggung selama ini.

"Hubungi kami jika ada hal yang mendesak."

"Hal seperti itu tidak akan terjadi," jawab Soobin pada ayahnya. "Ini bukan pertama kalinya aku memimpin perusahaan sendirian."

"Aku tahu," kata pria paruh baya itu sambil menganggukkan kepalanya. "Tapi ini pertama kalinya kita ke benua lain."

Soobin mendengus. "Ayah ini terlalu khawatir."

"Aku juga berpikir begitu," Nyonya Choi menyela. Dia menarik sedikit lengan baju suaminya. "Ayo sayang, kita harus pergi."

"Baiklah."

"Selamat berlibur dan semoga sukses dengan pertemuannya, ayah!" seru Soobin setelah orang tuanya akhirnya masuk ke mobil. "Selamat tinggal," dia melihat mobil hitam itu pergi dan begitu dia tidak bisa melihatnya lagi, ia masuk kembali ke mansion.

"Oke," katanya dan berbalik ke arah beberapa pelayan. "Aku cukup yakin ibuku telah memerintahkan untuk mengawasi kakakku, kan?"

Semua pelayan disana menganggukkan kepala.

"Hah," Soobin menghela nafas. "Kalian tidak perlu melakukan itu. Jika ibuku menelepon, katakan saja padanya bahwa semua baik-baik saja. Kurasa kalian semua tahu apa yang ibuku lakukan pada kakakku dan karena dia sudah pergi sekarang, aku ingin memberinya ruang."

"Maaf tuan muda," salah satu pelayan berbicara dan menundukkan kepalanya. "Saya benar-benar minta maaf," ulangnya. "Kami tahu kami seharusnya memberitahu Anda dan apa yang harus ditanggung oleh kakak Anda itu tidak benar, tetapi kami tidak bisa melakukan apa pun untuk menentangnya."

Soobin menatap mereka sebentar, lalu dia tersenyum lembut. "Aku tahu," katanya. "Tak perlu dibahas lagi. Menjauh saja dari rumah kecil itu dan kakakku."

"Baik tuan muda," bisik mereka semua serempak.

"Oke, kalian bisa pergi sekarang. Ambil cuti dan pulang."

Setelah semua pelayan dan tidak ada staff lain yang berjalan-jalan, Soobin berganti pakaian santai dan berjalan menuju tempat Yeonjun. Seperti biasa, dia harus menunggu sampai yang lebih tua akhirnya membuka pintu dan seperti biasa, dia membuka pintu dengan basah kuyup. "Mencoba keramas lagi?"

"Tidak," Yeonjun menggelengkan kepalanya. "Tabung ke mesin cuciku tiba-tiba pecah."

"Apa kerannya masih bisa ditutup?"

"Ya."

"Syukurlah," Soobin terkekeh dan melangkah masuk ke dalam. "Biarkan aku membantumu mengepel airnya."

Ruang laundry itu tampak seperti mesin cucinya telah meledak. Selain genangan air, ada air yang mengalir di dinding.

"Astaga," Soobin menghela napas. Matanya jatuh ke kain pel yang basah. Yeonjun sudah menggunakannya untuk mengepel air. "Apakah kau memiliki kain pel lagi?"

"Tidak, tapi kita bisa memakai handuk."

"Baiklah."

Dua pemuda itu membutuhkan waktu lebih dari satu jam sampai ruangan itu benar-benar kering dan airnya benar-benar tak tersisa. Selain semua handuk yang dimiliki Yeonjun, mereka juga menggunakan kaos dan bahkan sprei untuk menyerap air. "Huff," Soobin mendengus sambil melemparkan kemeja di tangannya ke tumpukan pakaian basah lainnya. "Akhirnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ClandestineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang