Kabur

56 33 2
                                    

Aku turun dari motor abang ojol dengan perasaan lega sekaligus getir, panas terik di hari libur memang tiada dua, sengatan cahayanya serasa membakar sekujur tubuhku. Syukurlah ternyata pagarnya tidak terkunci jadi aku bisa langsung masuk ke dalam tanpa harus menunggu mas Tio membuka pagarnya di terik matahari yang sedang membara ini.

Tepat di depan pintu saat aku ingin menekan bel rumah, pintu terbuka menampilkan sosok yang tak asing bagiku. Bukan. Dia bukan mas Tio

"SETANN!!!!"

"LAMPIR!!"

Kami memekik bersamaan, laki laki di depanku ini adalah Ehan teman sekelasku. Tapi siapa sangka tiba tiba ada dia di rumah masku. Aku melotot ke arahnya bertanya tanya, mengapa bisa bisanya dia ada disini. Dia juga balas melotot ke arahku

"Ngapain kamu di rumah masku!!!" Tanyaku pada Ehan sambil berkacak pinggang

"Lah, aku tinggal disini. Masmu siapa?!" Jawab Ehan lalu melipat kedua tangannya ke dada

Aku terkejut mendengar pernyataan dari Ehan, aku menatapnya seolah tak percaya ternyata dunia terasa seluas telapak tangan

"Woii!! Nama masmu siapa mpirr lampir??!! Meneng ae(diam aja) terpesonakah dirimu padaku yang seksi begini?" Seru Ehan sambil menaik turunkan alisnya dan tidak lupa memasang raut wajah sok ganteng, aku hanya dapat ternganga mendengar kata kata yang keluar dari mulutnya

"Stress! Aku gak tertarik sama kamu, boxer motif power ranger aja sok sok seksi!! Iwhh!! Hoeokk.. Panggilin mas Tio aja sini. Mau ku usir kamu dari sini hahahahahaaaaa!!!" Ucapku padanya sambil tertawa meledek, sedang Ehan memanyunkan bibirnya lalu melangkah kesal kemudian menginjak kakiku terus berlari meninggalkanku sambil menjulurkan lidahnya

"JANCOK!!!!! EHAN STREESSS!!!" Teriakku frustasi karena serangan dadakkan yang Ehan lakukan, Sesungguhnya aku ingin mengejarnya yang sudah kabur keluar, tapi karena cuaca yang tak mendukung ku biarkan kau selamat setan!

Aku membalikan badan, betapa terkejutnya aku. Sudah ada mas Tio berkacak pinggang dan melotot ke arahku, di jewernya kupingku sambil ditarik masuk ke dalam rumah.

"Mas!! Mass!!! Sakitt lohh mass!!" Aku memukul mukul tangan Mas Tio yang sibuk menjewer kupingku

"duduk!" Perintah Mas Tio padaku, dengan cepat dan taat aku menaati titahnya

"Siapa yang ngajarin gak sopan gitu?! Ayah bunda bingung nyariin kamu!! Siapa yang ngajarin mulutmu itu jadi kasar begitu?!! Di sekolahin sampai besar begini, attitude kok kosong!!" Murka mas Tio Kepadaku, aku hanya menunduk mendengarkannya

"Nabila, lihat mas" Ucap Mas Tio dengan nada tegas, aku mendongak perlahan menatapnya dengan mata berkaca kaca. Mas Tio menatapku cukup lama sambil mengeratkan kepalan tangannya, dia berjongkok lalu menggenggam tanganku kemudian menciumi punggung tanganku, seolah merasa bersalah telah memarahi adiknya yang imut nan lucu ini.

"Mas, Aku pergi, pergi juga ke rumah mas. Mas gak nanya, kenapa aku pergi gak pamit ke ayah, ke bunda. Bila tau mas, Bila memang salah." Jawabku pada mas Tio perlahan lahan

"Bila.. Bila gak mau ikut mereka mas, Bila mau disini. Tapi Ayah dan Bunda tidak mau dengar, Bila kesal mas. Jadi bila langsung ke rumah Mas aja. Tapi mas malah bentak Bila.. " Lanjutku dengan terisak isak mendramatisasi keadaan, mas Tio yang sedari tadi menciumi punggung tanganku kini beralih duduk di sampingku lalu memelukku erat mengusap usap punggungku sambil memohon mohon maaf kepadaku.

"Maafin Mas bila, mas emosi. Jangan nangis, bila mau di beliin apa biar mau maafin mas?" Ujar Mas Tio menenangkanku yang sekaligus memang berhasil langsung membuatku tenang dan siap mengkoret habis uang di dompetnya mwehehe!

"Yaudah di maafin, Bila mau borong jajan di betamart" Pintaku sambil mengusap air mata yang masih tersisa, Mas Tio hanya tersenyum kecut lalu mengusap usap kepalaku

"Sopo sing ngajari misoh?! (Siapa yang ngajarin ngomong kasar?!)" Tanya mas Tio dengan tatapan tajamnya tapi masih mengusap usap lembut kepalaku

"Maaf mas, bila kelepasan. Kakiku tadi di injak sama ehan, bila emosilah" Jawabku apa adanya, membuat mas Tio membelalak seakan matanya ingin terbang dari wadahnya. Batinku berkata, mampus kau Ehan hermansyah. Baru juga di bicarakan, yang punya nama nyelonong masuk begitu saja tanpa tau apa yang sedang menunggu.

Mas Tio beranjak dari duduknya lalu menjewer Ehan, sedang yang dijewer teriak mengaduh dan minta ampun. Aku di belakang mas Tio tertawa tanpa suara dan mengejek Ehan puas. Ehan yang tidak bisa berkutik hanya dapat menatapku penuh dendam, tapi siapa peduli? Hahaha!

"Waduh waduh, ada ribut apalagi ini?" Ucap seseorang dari arah pintu membuatku menoleh ke arahnya, terpampang dua orang, lelaki satunya berambut pirang dengan rahang yang tegas dan tatapan mata yang tajam. Dan yang satunya berambut coklat, rahangnya tak kalah tegas namun cukup manis karena memiliki lesung pipit di kedua pipinya. Aku tau itu karena dia tertawa melihat Ehan yang sedang di jewer oleh mas Tio, jujur saja aku cengo menatap dua lelaki tampan dalam satu waktu.

Tanpa aba aba, mereka mengalihkan pandangannya ke arahku secara bersamaan, aku tersenyum kikuk. Lalu ganti mereka berdua yang memasang muka cengo.

"APA KALIAN PANDANG PANDANG ADEKKU!!" Teriak mas Tio sewot, dia sudah melepaskan jewerannya kemudian dia menarikku untuk berada di belakangnya, kulihat ke arah Ehan yang sudah ada di sampingku sedang mengusap usap kupingnya kemudian dia menatapku kesal. Aku segera mengalihkan pandanganku, mengintip intip dari belakang badan Mas Tio

"Apasih yoo.. Posesif amat jadi abang! Aku gak gigit" Ucap si lelaki berambut pirang

"Iya mas, cuma mau kenalan aja mas. Jangan galak galak dong mas yoo" Ucap salah satunya si lelaki dengam lesung pipit yang menggoda dan dapat mengait para gadis sepertiku. Aku yang di belakang mas Tio menyembulkan kepala menyapa mereka dengan ramah

"Haaii kakak kakak, aku Nabillaaa"

Dengan segera mereka mengulurkan tangannya rebutan untuk menjabat tanganku, tapi apalah daya kedua tanganku terborgol oleh tangan mas Tio.

"Gausah salaman! Tangan kalian bawa kuman tuh!" Cibir mas Tio melihat kedua orang di depannya yang berebut untuk berjabat tangan denganku. Keduanya dapat ku lihat memutar bola matanya malas.

"Apa kok pada diem? Kasih meja makan tuh makanan. Ayok buru pada makan siang" Titah mas Tio kepada kedua lelaki yang namanya masih unknown. Mereka pun hanya dapat membalas dengan acungan jempol saja, sedang aku di bawa pergi ke teras depan

"Udah, mas Tio antar pulang" Kata mas Tio lugas dan terdengar tidak dapat di nego

"Bila kan sudah bilang gak mau mas! Kalau mas gak terima bila, yaudah bila pergi ke rumah temennya bila aja!" Ancamku ke mas Tio, harap harap dia mempertimbangkan keinginanku

"Kamu gak bisa tinggal disini billaa!! Disini cowok semuaa!! Kalau gak ikut ayah bunda kamu mau tinggal ama siapa lagii?? Tolong dipikirkan itu" ujar mas Tio penuh penekanan

"Aku sudah besar mas, kalau gak boleh sama mas. Ya bila tinggal sendirilah, minggu depan bila udah kelas 3 SMA kali! Serah mas lah." Jawabku kesal, aku pergi meninggalkan mas Tio menjauh dari teras rumah, tapi saat aku akan keluar dari pagar mas Tio menahan tanganku.

Setelah perdebatan cukup panjang, akhirnya mas Tio mulai membuka ponselnya untuk menghubungi ayah dan bunda. Mas Tio mulai meletekan ponselnya di telinga dan memulai percakapan. Mas Tio menyampaikan keinginanku kepada ayah dan bunda, tapi di sela itu, dia juga mengungkapkan ke tidak inginannya apabila aku harus dituruti. Aku pun menyela pernyataannya bahwa aku bisa tinggal sendiri juga. Tapi mas Tio lebih tidak setuju jika aku tinggal sendiri. Aku yang kekeh pun, mengeluarkan pilihan sama mas Tio atau aku bertahan hidup sendiri. Walau sungguh! Aku ketar ketir apabila mereka membiarkanku terlantar luntang lantung untuk hidup sendiri. Tapi syukurlah, sepertinya ayah dan bunda sudah lelah berdebat denganku. Akhirnya dengan berat hati mas Tio memperbolehkan aku tinggal bersamanya.

Rumah Mas Mas x NCT 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang