Terspill

29 20 2
                                    

Semester baru mulai mengambil alih pertunjukan. Biasanya, aku masih bermalas malasan di kasur namun tidak untuk sekarang dan tahun tahun yang akan datang nantinya.

Di depan cermin aku merapikan rambutku dan memberikan riasan tipis tipis di wajahku agar tidak terlihat pucat. Selesai itu, aku keluar dari pintu bersamaan dengan mas Jovan yang kamarnya bersebelahan denganku, di bahunya bertengger handuk, rambutnya sedikit acak acak an

"Mau berangkat dek?" Basa basi mas Jovan padaku

"Iya, hehee.. Mas jo mau mandi ya?" Aku ikut basa basi juga, mas Jovan tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, kami berdua terjebak di situasi super awkard.

Tak lama dari itu suara kenop pintu terbuka dari pintu sebelahnya, menampakkan mas Jeff yang masih sipit matanya belum terbuka sepenuhnya, dia mengalungkan sebuah handuk di lehernya. Mas Jeff langsung mengucek matanya, dia melemparkan senyum kepadaku, kemudian tatapannya menatap sinis mas Jovan begitu juga mas Jovan yang menatap tajam ke arah mas Jeff

"Saya duluan ya bang, ada kelas hehe!" pinta mas Jeff sambil nyengir

"Gak ada! Saya buru buru nih, sibuk kerja" Sahut mas Jovan menanggapi permintaan mas Jeff, mereka saling menatap sengit. Dari gerak geriknya mereka seolah saling siap siaga untuk berlari ke arah kamar mandi. Dengan gerakan mendadak mereka berlari meluncur dengan cepat sambil saling senggol senggolan. Aku yang menyaksikan kejadian itu hanya dapat mengerenyitkan alis, menatap hal yang sedikit 'aneh' menurutku.

Turun ke bawah, siapa sangka aku akan mendapatkan pemandangan begitu mencengangkan jiwa dan raga.Lebay. saat jalan menuju dapur, suara pintu yang berasal dari kamar mandi terbuka, terdapat mas Yudha hanya mengenakan celana boxer sepaha, handuknya ia gunakan untuk mengusap usap rambutnya yang basah. Aku terkejut akan hal yang aku lihat secara tiba tiba ini, mas Yudha menatapku lalu tersenyum dia menyadarkan bahunya di ambang ambang pintu. Karena malu, reflek aku membalikkan badanku, sambil menutup mukaku.

Tak berselang dariku membalikan dan menutup wajahku, dari arah belakangku sudah muncul keributan. Aku langsung berbalik, kudapati ada mas Tegar, mas Tio dan juga mas Juan. Mereka mengepung mas Yudha bersamaan. Aku melihat keadaan mas yudha, kepala hingga pinggang sudah tertutup setengahnya oleh sebuah karung goni. Mereka mentoyor mas Yudha secara bergantian dengan brutal. Apakah ini normal day di rumah ini?

"Kaliann kenappaa sihh???!!" Tanyaku sedikit menahan tawa melihat ekspresi mereka yang sangat bersemangat dan berapi api

"KALAU AKU JELLASS BILL!! MAS LIHAT DIA GODAIN KAMU TELANJANG DADA GITUU!! ASTAGFIRULLAH!! PARAH LU YUD!! MEMBERIKAN TONTONAN GA BAIK KE ADEKKKUU" Mas Tio meresponku dengan ngotot, toyorannya juga pun tak kalah ngototnya

"Ampunn dahhh!!! Yoooooo!!! Fitnah ammaatt dahh yooo!!" Sangkal mas Yudha yang masih terbalut oleh karung

"Nah, ya gini loh dek masalahnya. Celanaku abis di ambil sama dia nih." Mas tegar menjawab pertanyaanku dengan nada yang lembut

"Balekno kolorku! Ki barang! Sing mbok gae lak kolorku to!!(Kembalikan celanaku! Ini juga! Yang kamu pakai itu punyaku juga!)" Ucap mas Tegar dan masih fokus dengan kegiatan toyor mentoyornya

"Iyaa mas!! Nanti saya kembalikkann lohh.. Masa yang saya pakai saya lepas sekarangg... Ampun mass.. " Mas Yudha memelas minta ampunan

Aku melihat mas Juan sangat bernafsu mentoyor mas Yudha dengan seluruh tenaganya. Aku menanyakan hal yang sama, tapi kali ini khusus ke dia yang belum menjawab sama sekali.

"Oh.. Bang yud seminggu lalu pinjam kameraku-" Jawab mas Juan terpotong oleh mas Yudha

"Kan kemarin udah ku kembalikkann!!" suara mas Yudha sudah cukup terdengar begitu pasrah

Rumah Mas Mas x NCT 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang