Pindah

39 29 2
                                    


Aku sudah sibuk berkutat dengan barang barangku padahal sang surya masih malu malu memperlihatkan eksistensinya, setelah negosiasi yang aku lakukan dengan mas Tio dan kedua orang tuaku kemarin tidak apa apa aku harus susah susah menata barang yang aku bawa, harus sibuk padahal waktu masih berkutat pada jam 04.45 dini hari.

Tok Tok Tok

Masuk saja, pintunya tidak dikunci” Ucapku di kala mendengar suara ketukan pintu, aku masih sibuk menata bajuku sedemikian rupa agar koperku dapat menampung lebih banyak baju bajuku yang lainnya

Setelah pintu terbuka, aku dapat merasakan telapak tangan mengusap lembut kepalaku, lalu ku dengar suaranya berbicara

“Jam segini udah heboh sendiri, mau di bantu?” Mas Tio menawarkan bantuan untuk membantuku, aku menggelengkan kepalaku untuk jawaban, lalu mas Tio pun melompat begitu saja ke kasurku dan dengan segera menghancurkan fokusku, aku menoleh ke arahnya sekejap kemudian tetap melanjutkan pekerjaanku yang tinggal sedikit ini. Aku beranjak untuk mengambil kloter terakhir dari baju bajuku yang berada di lemari sebelah tempat tidurku.

Namun tiba tiba mas Tio menarik pergelangan tanganku

“Aku sayang kamuu.. ” racau Mas Tio, matanya terpejam dengan posisi tidur tengkurap, aku menatapnya jijik lalu melepaskan cengkramannya

“dih, ngigo nih orang. Huek, pasti mimpiin crushnya” cibirku pada mas Tio yang tak sadarkan diri begitu saja dan dengan kurun waktu yang sangat cepat

Akhirnya selesai juga aku membereskan barang barang yang akan ku bawa nanti untuk pindahan, aku melihat jam digital yang berada di nakas dekat kasurku menampilkan jam 05:10 sesungguhnya masih begitu pagi bagiku karena ini masih musim liburan sekolah, rasanya aku ingin kembali tidur tapi kasurku sudah di penuhi oleh badan mas Tio sehingga membuat selera mengantukku sirna hilang begitu saja. Aku pun memutuskan untuk membuka pintu menuju balkon yang berada di kamarku dan memilih untuk menghirup udara segar disana.

“Bil, ponselmu berisik nih!” Mas Tio menghampiriku dengan langkah gontainya, aku yang terkejut mendengar dering ponselku itu langsung merebut ponselku dari tangan mas Tio. Aku memilih untuk segera mengangkat telfon dari seseorang yang special bagiku dan mas Tio memilih untuk duduk di kursi yang ada di area balkon tempatku selalu bersantai.

Area balkon di kamarku memang tidak seluas itu, tapi cukup untukku mengatur jarak dengan mas Tio yang sepertinya masih setengah sadar. Nolan, kekasihku. Entah tumben tumbennya dia sepagi ini sudah menelfonku hanya untuk bicara bila dia rindu padaku. Aku yang sedang tersipu sipu malu dalam percakapan via telfon merasa terintimidasi dengan tatapan tajam mas Tio yang sepertinya sudah kembali penuh nyawanya. Dengan segera aku pamit dan mengakhiri panggilan manis yang berlangsung sebentar.

“Kenapa wajahmu begitu? Telfon sama pacar ya?!” Goda mas Tio kepadaku, tunggu nadanya memang terdengar santai dan menggoda. Tapi kenapa wajahnya itu seolah.. Ah sulit di artikan yang pasti terlihat jelek

“gak! Kepo! Kamu tuh mas, ngigo ngigo jijik!! Kalau ada orang yang di sukaa ituu confesss maaaass!!” Celotehku lalu pergi meninggalkan mas Tio begitu saja, sedang mas Tio memasang muka kebingungan sambil menggaruk garuk kulit kepalanya yang entah betulan gatal atau tidak.

🏠🏠🏠


09:00 WIB

Tepat hari ini aku akan tinggal bersama mas Tio lagi setelah lima tahun kita tak lagi tinggal bersama, yah memang sih. Jarak rumah sebelumnya dengan sekarang tidak terlalu jauh, hanya menempuh waktu selama 15 menit menggunakan kendaraan. Tapi tetap saja, aku jadi jarang bertemu dengan mas Tio. Aku dan mas Tio memang terlihat dekat, namun anehnya kadang kita terasa canggung satu sama lain. Sama halnya seperti sedari perjalanan sampai tiba di rumahnya, aku dan dia terjebak di situasi hening nan awkard.

Rumah Mas Mas x NCT 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang