Galau

16 11 2
                                    

Masih di hari yang sama, aku membawa beberapa camilanku ke ruang tengah. Untuk menghilangkan ke galauanku aku lebih memilih menonton acara televisi di ruang tengah daripada mengurung diri di kamar.

"Ehh, banyak jajan nih! Bagi dong" Ehan langsung duduk di dekatku dan megambil salah satu snackku

"Ambil aja" Ucapku lesu sambil masih mengunyah biskuit yang aku makan, mataku menatap kosong acara televisi

"Mpir ... Aku tau, aku salah. Maaf ya, aku tadi itu pure salah kirim aja. Bukan sengaja. beneran deh suwer!" Ehan meminta maaf padaku atas kecerobohannya

"Aku jelek ya disitu?" Tanyaku menghiraukan permintaan maaf Ehan yang langka di dengar. Aku menatap Ehan, wajahnya nampak bingung

"Emang bangsat tu orang! Kamu juga sama bangsatnya! AKU JELEKK YYAA!?!? SAMPAI GAK BISA JAW-" Kegiatan memakiku terpotong oleh Ehan yang sudah membekap mulutku

"Cantik! Kamu cantik. Sumpahh dehh!!!! Rill rilll ... " Ucap Ehan sambil menangkup pipiku

"Yaudah sip. Emang tolol aja tuh laki ... Arghhh!! Songong amat tann dia tuhh!! Dia gak mau dengar akuu lohhh!!!" Aku ngedumel, masih tidak terima akan sikap Nolan pagi tadi. Sedangkan Ehan menyimakku sambil memakan chips yang sudah dia ambil dariku tadi. Lalu setelah itu dia mengusap usap punggungku. Aku menatapnya tajam.

"JANGAN CARI GARA GARA KAMU SETANN!" Bentakku pada Ehan yang mengusapkan tangan bekas bumbu bumbu micin ke bajuku

"hehehe ... Tau aja kamu. Udahlah mpiirr ... Jangan galau galau" Ehan nyengir saja dan masih melanjutkan kunyah mengunyahnya.

"Gampang banget kamu bilangnya, aku ... Aku gak habis pikir aja! Dia gak mau dengerin aku loh" Aku menundukkan kepalaku frustasi

Ehan menepuk nepuk tangannya untuk menghilangkan bumbu bumbu chips yang ia makan kemudian dia menarikku untuk mendekat dengannya. Dia mengusap usap lenganku sekali kali di tepuk tepuk lembut juga.

"Kamu udah bilang itu berkali kali, di UKS, kita jalan ke parkiran, di parkiran, di motor, di perjalanan, terus sekarang juga ... Udah tau begitu, apa yang di sedih sedihkan?" Akhir Ehan dengan pertanyaan

"Aku gak ada sedih! Cuma gak habis thingking! Seperti, seperti aku gak begitu penting. Aku kayak di ajak melayang tinggi habis itu di banting. Tau gak?!" Aku menjawab dengan mengebu gebu penuh kekesalan

"Nyeblak mau?" Tanya Ehan menghiraukan keluh kesahku

"Kamu bayarin?" Aku balik bertanya padanya. Lalu memasang puppy eyes padanya

Ehan menatapku datar untuk beberapa saat, aku hanya menunggu jawabannya yang tak kunjung ia lontarkan itu. Padahal aku sudah sangat menunggu kata iya.

"lama amat! Kalau engga gak mau." Ucapku tak sabaran menunggu Ehan yang masih berdiam diri saja

"Iya! Boleh. Sebagai balas budi atas perhatiannmu sama menebus kesalahan, boleh deh" Ucap Ehan final. Yes! Akhirnya. Kapan lagi bisa malakin setan satu ini, biasanya dia yang malak.

"Kok aku curiga ya ... " Aku menatap Ehan penuh curiga

"Jadi mau apa engga nihh!! Sebelum berubah pikiran." Ucap Ehan sambil melipat kedua tangannya ke dada dan mengalihkan pandangan. Aku langsung berdiri dengan bersemangat

"Kuuy, Gass!!" Ajakku berapi api

"minimal ganti celana sana. Bukannya jadi makan seblak. Kamunya yang di makan om om!" Suruh Ehan padaku sambil menatap intens ke arah celanaku yang memang minim, namanya juga mini pants

"Mesum banget sih!!" Aku melempar bantal sofa ke wajah Ehan, kemudian berjalan ke kamar melawan rasa mager yang begitu hebatnya.

"Eh!! Siapa mesumm?!! Gak ada kalik ... Masih Bohayan Saputri kelas sebelah keless!! Gak ada apa apanya kamu tuuh" Teriak Ehan tidak terima di katai mesum olehku, Aku hanya menutup kedua telingaku sambil berjalan kesal

🏠🏠🏠

Aku dan Ehan kini tengah menunggu pesanan yang masih di kongsrang kangsreng. Aku menyandarkan kepalaku di meja bosan menunggu pesanan yang baru di pesan lima menit lalu. Aku merasakan tangan Ehan menyentuh lembut kepalaku, tapi tak lama dari itu dia mengosok kulit kepalaku dengan kasar. Aku yang kaget langsung duduk tegap menatap Ehan tajam kemudian mencubit tangannya penuh power membuatnya berteriak mengaduh meminta ampun. Karena kita terlalu gaduh, mata semua pengunjung tertuju pada kami berdua. Aku yang mulai sadar menjadi bahan tontonan pun menutup wajah dengan brosur menu yang tergeletak di meja, dan Ehan hanya pura pura tidak terjadi apa apa dan berusaha tetap cool sembari menutup wajahnya dari samping menggunakan tangan kiri kanannya. Beberapa menit kemudian akhirnya pesanan sudah jadi, aku sudah tidak dapat menahan malu yang begitu besarnya. Begitu mengambil pesanannya aku menarik Ehan cepat cepat meninggalkan si warung seblak.

Sesampainya di rumah Aku dan Ehan mulai menyantap seblak, tetap di ruang tengah sambil menonton film dari kokflix. Ponselku yang memang ku biarkan di meja terus bergetar menjadi ponsel goyang. Begitu juga ponsel milik Ehan yang berbunyi terus notifikasinya. Ehan yang merasa risih itupun membuka ponselnya bersamaan dengan tangan kanannya menyuapkan kerupuk seblak ke mulutnya.

"Uhukk ... Uhukk ... Uhukk ... " Ehan menyemburkan seblak yang baru saja dia suapkan beberapa detik lalu, dengan cekatan aku menepuk nepuk punggungnya lalu memberikan dia minum

"Cok! Irungku panas!(Hidungku panas!)" Gerutu Ehan, lalu menegak air yang ku sodorkan padanya. Aku menaik turunkan alisku sebagai kode apa yang telah terjadi. Ehan yang masih minum membalas dengan kode lirikan mata, matanya melirik ke arah ponselku.

Aku yang sudah penasaran pun segera melihatnya sendiri, ternyata chat dari grup kelas sudah banyak. Dan sudah banyak pesan yang menyebutku. Aku pun langsung membukanya. Akupun ikut terkejut, ada fotoku dengan Ehan yang sedang berada di Tempat seblak tadi, sedang duduk berhadapan. Dan bobroknya teman satu kelasku adalah memberikan caption konyol membuatku ingin menghantamnya.

"Yaudah sih wir ... Mau di bilang cinlok lah pacaran lah serah anyingh!!" Aku berdecak kesal kemudian menyesap kuah seblak yang membuatku lupa dunia. Ehan menatapku sekilas kemudian ikut memakan kembali seblaknya.

Di ruangan yang sama aku dan Ehan masih menonton, namun mataku terasa sangat berat membuatku ingin memejamkan mata, ku tahan mataku untuk tetap menonton. Namun nyatanya aku kehilangan kesadaran saat itu juga.
.
.


.
.
.
.
.
.
.
.

"BILAAA!! OII BANGUN KALIAN BERDUAA!!"

sebuah teriakan menggelegar membuatku gelagapan terbangun dari lelap yang tak bisa ku hindari. Mataku masih mengerjap, sampai setelah beberapa detik aku mulai menyadari satu hal, kenapa kepalaku terasa berat. Aku membelalak kaget saat menyadari posisi Ehan tertidur bersandar di kepalaku, dan sudah pasti aku tertidur bersandar di bahunya. Dengan cepat aku mendorong Ehan yang ternyata tidak terbangun oleh suara mas Tio yang begitu menggelegar bak speaker kondangan. Ehan yang ku dorong sembarangan itu kepalanya terbentur di ujung meja, membuatnya langsung terperanjat sambil memegangi dahinya yang terbentur begitu nyaringnya. Aku yang masih setengah ngantuk ini tetap bisa merasakan ke ngiluan yang di rasakan Ehan. Aku mengedarkan pandangan ke sekitar.

Dari arah luar sudah ada mas tio bersama mas Tegar dan mas Jovan. Sedang di arah dalam alias memang yang bukan darimana mana ikut menghampiri karena teriakan mas Tio. Sesungguhnya itu hanya mas Dimas saja yang ku maksud, hehe.. Dia menggerutu karena mendengar suara mas Tio yang berteriak, katanya sangat mengganggu istirahatnya. Entah mengapa mas Dimas agak 'sensi' perihal jam 'istirahatnya' hari ini. Kini mereka ber empat menjadikanku dan Ehan pusat perhatian mereka.

Rumah Mas Mas x NCT 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang