Salah kirim

24 19 2
                                    

Pagiku cerahku matahari bersinar ku gedor pintu Ehan sangat keras dan brutal! Bagaimana tidak aku mengedor pintunya sangat brutal, pagi ini dia membuat suasana hidupku yang tenang dan slay menjadi ricuh karena kecerobohannya sendiri. Memang, memang benar dia sudah menarik pesannya lagi. Tapi anak anak yang lain sudah mulai menyebar rumor bahwa ada bau bau kedekatan aku dan Ehan.

"Siallaannn! Buka pintunyyaa!! Bangsatt!! SETANNN!!!" Aku terus mengedor gedor pintu tak peduli akan menimbulkan suara berisik atau tidak. Ehan tidak bergeming, dia tidak segera membuka pintunya.

"EHAN! AKU MAU NGOMONG YAA SAMA KAMU!" Teriakku sambil menendangi pintu kamar Ehan, bukannya pintu kamar Ehan yang terbuka malah dua pintu di sebelah kanan kiri Ehan yang terbuka

"Aduh Berisik banget!! Kamu gak tau apa saya baru bisa tidur jam 4 pagi, kamu bikin tidur saya cuma jadi satu jam tau gak!" Geram mas Dimas, matanya masih terbuka setengah, matanya merah dengan tambahan kantung mata yang begitu hitam

Di sebelah kiri kamar Ehan, keluar mas Martin berjalan ke arahku dengan langkah yang sudah cukup tegap. Di lihat dari perawakannya mas Martin nyawanya sudah pasti terkumpul 100 persen, lebih dari kesadaran mas Dimas. Aku mencebik mendengar ucapan mas Dimas

"Heh! Bocah! Harusnya yang kesaalll ituu tuh sayaa ya!! Kenapa masang muka begitu" Mas Dimas marah marah, membuatku ingin memukulnya karena menambah pening kepalaku. Aku mengeratkan kedua tanganku rapat rapat, lalu kupukulkan ke pintu Ehan sambil berteriak memanggil namanya.

"Saya ada masalah sama nii anak biadap satuu ini. Saya gak ada urusan sama mas, maaf menggangu waktunya silahkan tidur kembali" Ucapku sambil menekan nekan nadaku menahan agar tidak menaikan nadaku kepada mas Dimas. Mas Dimas menatapku dengan tatapan seperti ketakutan tapi ada lirikan lirikan julid tapi dia tak bergeming dan segera membanting pintunya. Mas Martin menatapku dengan ekspresi tertekan dia kemudian menanyakan sesuatu

"Kenapa? Ada apa?"

"Ehan jam segini masih tidur. Kebo banget dia tuh" lirih Mas Martin

"Dia ini yyaa!! Adekkmmuu inii yyaaa mass!! Cari perkara diaa! Aku tau dia udah bangun" Ucapku berseru seru menahan kekesalan yang sudah ada di pucuknya dan tinggal meledak. Karena perkara ini, Nolan tidak mau mendengar penjelasanku lewat chat maupun telfon. Entahlah nanti, aku akan menemuinya. Yang penting sekarang aku ingin mengedik bocah kematian satu ini

"SEKALI LAGI GAK KAMU GUBRIS AKU!! PINTUMU KU DOBRAK!!" Aku akan menghempaskan tubuhku menerjang pintu, tapi oleh mas Martin badanku di tahan untuk tidak melakukannya, mas Martin menepuk nepuk pundakku

"Sabar. Sabar. Sabar" Aku mendengus kasar kembali ke atas tanpa dapat melampiaskan emosi kepada Ehan

🏠🏠🏠

Ehan sialan itu menghindar dariku, dia sudah berangkat lebih dahulu. Aku berjalan ke arah taman sekolah yang masih sepi, menunggu Nolan. Aku sudah menyuruhnya kesini, apabila dia tidak ingin. Wah, entahlah aku mulai overthinking. Bertanya tanya, apakah dia serius dengan perasaanku atau tidak.

Kalau memang dia tidak datang, aku akan menuju kelasnya. Lima menit, sepuluh menit, sampai dua puluh menit berjalan. Nolan tidak menampakan batang hidungnya, sebentar lagi kelas akan di mulai. Maka aku tergesa gesa menuju kelasnya. Tepat disana kulihat dia mengobrol dengan perempuan teman sekelasnya, yah tidak penting. Itu pasti hanya karena mereka teman sekelas. Sama sepertiku yang mengobrol dan bercanda dengan teman teman mas Tio.

"Nolan." Panggilku dengan nada yang datar dan muka tanpa ekspresi

Nolan terperangah dia langsung berdiri dari duduknya, dia menghampiriku lalu menarikku untuk menjauh sedikit dari pintu kelasnya, dia menatapku tak santai

Rumah Mas Mas x NCT 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang