13. Dua Orang Manis

77 16 45
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tadi siang seusai mata kuliah, ia langsung menuju resto. Bertemu dengan Fico, si decorator yang sudah membawa semua jenis furniture untuk merangkai desain yang telah mereka setujui. Walau pada akhirnya, Candra tak bisa menemani pria itu sampai selesai, setidaknya pengerjaan tata letak itu hari ini telah menjadi final.

Karena itu kini ia menunduk lesu, sama sekali tak bersemangat karena tenaganya terkuras, padahal diklat ruang akan segera dimulai.

"Kenapa lo?" tanya Hendery yang berpencar dari kelompoknya. Pemuda itu juga tetap mengawasi kelompoknya agar masih dalam jangkauan. Karena saat ini mereka ada di kelas anak teknik, meminjam ruangan itu untuk dijadikan tempat diklat.

"Gak apa-apa, gue cuma capek."

"Kegiatan lo sekarang apa, sih, Can? Lo sesibuk apa sebenarnya sampai diajak ngopi gak pernah bisa." Hendery merasa jika Candra semakin jauh darinya, bukan dalam artian tidak mau berteman, tetapi pemuda itu sulit ditemui di luar kampus.

"Gue lagi memantaskan diri," lirih Candra yang menempelkan pipi di meja sambil menghadap Hendery

"Hah? Apa?"

Candra melirik sinis ketulian Hendery. Ia enggan mengulangi.

"Ngomong yang jelas."

"Kok bisa ya Cinta sesempurna itu di mata gue? Rasanya kayak gak ada cela sama sekali."

Mendengar perkataan Candra, Hendery mengembuskan napas. Pemuda itu menyandarkan punggung sembari melipat tangan. Ternyata ini masih perkara tentang Cinta.

"Apa yang udah lo lakuin buat cewek itu?"

"Gue? Gue cuma ikuti apa yang Cinta lakuin. Gue mulai mempelajari mata kuliah tanpa suruhan, gue ikuti semua lomba yang Cinta ajak, gue pakai waktu luang gue buat bangun bisnis, gue mencoba grow up."

Hendery terdiam. Ada decak kagum yang keluar dari bibir pemuda itu. "Keren, cewek itu bisa ngubah cowok apatis kayak lo jadi cowok aktif kayak sekarang. Lo ngeliat dia sesempurna itu ya?" tanya Hendery dan dibalas anggukan oleh Candra. "Tapi lo sadar gak, sih, kalau kesempurnaan yang lo liat itu sebenarnya fatamorgana?"

Masih mempertahankan posisi kepala, Candra mengernyit bingung. "Maksudnya?"

"Kesempurnaan itu cuma keliatannya. Bukan sebenarnya. Saat orang lain ngeliat lo, mereka pasti mikir lo sempurna. Lo orang baik, keluarga lo harmonis, lo sopan, lo ganteng, udah ... itu aja orang-orang bisa anggep lo sempurna. Apalagi kalau mereka tau lo lagi belajar bangun bisnis, kesempurnaan lo bakal plus plus. Tapi apa mereka tau capeknya lo yang sekarang ini? Apa mereka tau tekanan yang lo hadapi tiap harinya? Enggak, kan? Ya udah Cinta juga kayak gitu, tapi dia gak nunjukin ke elo. Bukanya lo sadar sama kekurangan Cinta? Karena itu lo simpati sama dia di awal. Lo udah lupa?"

Candra bergeming, kini menghadapkan wajah ke meja. Ia berpikir keras, apa yang dikatakan Hendery benar. Mungkin karena terbuai ia lupa dengan apa yang membuat dirinya tertarik dengan Cinta.

Shooting Star | Chenle [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang